30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembuatan Ekstrak Tomat
Buah tomat segar yang telah dicuci untuk menghilangkan pengotor dihaluskan menggunakan blender. Tujuan dari proses tersebut adalah untuk
memperluas luas permukaan kontak antara buah tomat dengan pelarut yang akan digunakan. Semakin luas kontak buah tomat dengan pelarut, maka proses
maserasi akan berlangsung lebih baik. Tujuan lain dari proses penghalusan menggunakan blender adalah menghancurkan sel-sel yang ada sehingga senyawa
yang terkandung dalam sel mampu terlarut dalam pelarut. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi, yakni dengan cara
merendam dengan pelarut etil asetat. Kandungan dari buah tomat yang memiliki efek antioksidan cukup tinggi adalah likopen dan ß-karoten. Likopen dan ß-
karoten adalah senyawa bersifat non polar sehingga digunakan perlarut non polar dalam ekstraksi. Buah tomat dikenal sebagai salah satu sumber utama likopen,
sebesar 8,8-42 μg gram buah tomat segar Rao dan Rao, 2007.
Proses ekstraksi dilanjutkan dengan penguapan pelarut menggunakan vacuum rotary evaporator
yang dengan tekanan rendah untuk mempercepat proses penguapan. Suhu pada saat penguapan dijaga agar tidak melebihi 60
o
C. Likopen sendiri dapat mengalami proses oksidasi dan fotodegradasi. Likopen
juga dapat mengalami reaksi isomerisasi akibat pengaruh dari energi cahaya maupun panas Rao dan Rao, 2007. Pada suhu di atas 60
o
C, maka senyawa
likopen dikhawatirkan dapat terdegradasi akibat suhu tinggi sehingga tidak lagi memiliki aktivitas antioksidan. Penguapan ini dilakukan hingga terbentuk ekstrak
kental di mana pelarut tidak lagi menetes pada kondensor. Setelah didapatkan ekstrak kental, hal yang berikutnya dilakukan adalah
penambahan talkum. Penambahan dengan talkum ini bertujuan untuk mengeringkan ekstrak kental sehingga didapatkan ekstrak kering yang dapat
diformulasikan menjadi krim. Proses pencampuran ekstrak kental tomat dan talkum dengan perbandingan 1:5. Angka tersebut diperoleh dari hasil orientasi, di
mana pada perbandingan tersebut ekstrak kental tomat yang semula berupa cairan telah berubah menjadi ekstrak yang kering.
Rata-rata rendemen yang diperoleh dari ekstraksi ini adalah 0,55. Metode ekstraksi ini sebenarnya kurang sempurna dikarenakan langsung
digunakan etil asetat sebagai pelarut utama. Etil asetat tidak dapat masuk ke dalam sel yang mayoritas komponen utamanya adalah air dikarenakan perbedaan
polaritas. Ekstrak dapat diperoleh karena adanya sebagian sel yang telah hancur akibat blender sehingga etil asetat dapat melarutkan senyawa aktif yang
diinginkan. Hal ini ditunjukkan dengan perubahan warna pelarut etil asetat menjadi berwarna oranye sekaligus pemudaran warna oranye pada buah tomat
yang telah dimaserasi. Warna oranye tersebut dapat merupakan warna dari likopen dan ß-karoten. Sebaiknya, digunakan ekstraksi pelarut campuran ataupun cara lain
yang dapat menghancurkan sel lebih sempurna untuk hasil ektraksi yang lebih maksimal.
Pada penelitian selanjutnya, perlu dipertimbanngkan penggunaan ekstrak kering etil asetat tomat tunggal tanpa campuran talkum sebagai bahan pengering.
Hal ini mengingat adanya kemungkinan interaksi yang tidak dapat diprediksi antara talkum dengan ekstrak kental etil asetat tomat maupun dengan basis krim.
Ekstrak kering etil asetat tomat dapat diperoleh dengan cara freeze drying.
B. Uji Kualitatif Antioksidan Ekstrak Tomat