BAB III
PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG SAHAM MINORITAS PERUSAHAAN TARGET AKUISISI HASIL
LEVERAGED BUYOUT
A. Kedudukan Pemegang Saham Minoritas dalam PT
Kedudukan pemegang saham minoritas dalam perseroan terbatas perlu dikaji lebih mendalam. Oleh karena itu, pemegang saham minoritas harus memiliki posisi
tawar-menawar yang baik untuk mengantisipasi jika terjadi benturan kepentingan dengan pemegang saham mayoritas.
1
Perlindungan hukum bagi pemegang saham minoritas dalam konsep Good Corporate Governance cukup penting karena prinsip
fairness memberlakukan seluruh pemegang saham dalam perusahaan secara adil.
Direksi dan komisaris dalam perseroan berkewajiban untuk menciptakan GCG yang berprinsip melindungi pemegang saham minoritas, sehingga ketidakadilan yang
mungkin dapat dilakukan oleh pemegang saham mayoritas dapat dicegah. Ada tiga faktor penting yang menyebabkan perlakuan yang tidak adil tersebut,
yaitu: 1.
Kurangnya ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundangan-undangan yang melindungi hak-hak pemegang saham minoritas, kendatipun telah ada tetapi
1
Misahardi Wilamarta, Hak Pemegang Saham Minoritas Dalam Rangka Good Corporate Governance
, cetakan kedua, Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005, h 81.
39
praktiknya peraturan tersebut masih belum cukup. Terbukti dari seringnya pemegang saham minoritas yang dirugikan kepentingannya oleh pemegang
saham mayoritas yang beritikad buruk dalam melaksanakan UUPT. Selain itu UUPT memberikan wewenang kepada RUPS untuk menetapkan kebijakan
perseroan yang tidak mengatur mengenai kewajiban partisipasi aktif bagi pemegang saham minoritas untuk mengajukan pendapatnya.
2. Sikap dan perilaku pemegang saham mayoritas, direksi atau komisaris yang
bermoral untung-untungan. Hal ini yang kerap kali mengakibatkan kerugian pada perseroan terbatas.
3. Posisi dan kondisi pemegang saham minoritas yang lemah dikarenakan
kurang modal, pengetahuan, dan kemampuan untuk mengelola perusahaan, yang mengakibatkan pemegang saham minoritas tidak dapat berbuat banyak
untuk menghadapi sikap dan perilaku dari pemegang saham mayoritas. Definisi pemegang saham minoritas sendiri menurut sistem hukum common
law adalah:
“Minority stockholder”:
Those stockholders of a corporation who hold so few shares in relation to the total outstanding that they are unable to control the management of the
corporations or to elect directors .
2
Dari definisi tersebut terlihat menjelaskan bahwa pemegang saham minoritas tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan pengelolaan perusahaan atau untuk
2
Henry Campbell black, Black Law Dictionary, St. Paul, Minn: West Publishing Co, 1990 h 997.
memilih direksi perusahaan tersebut. Selain itu Rudhi Prasetya
3
mengatakan bahwa pemegang saham minoritas adalah satu atau sejumlah pemegang saham yang relatif
hanya menguasai sejumlah saham, yang kalah banyaknya terhadap satu atau kelompok pemegang saham lainnya.
Kedudukan pemegang saham minoritas yang tidak seimbang memberikan kekuasaan yang dominan bagi pemegang saham mayoritas, sehingga pemegang
saham mayoritas dapat dengan mudah menyisihkan pemegang saham minoritas.
B. Hak-Hak Pemegang Saham Terkait Transaksi Leveraged Buyout
Sebagai bagian dari suatu perseroan pemegang saham memiliki hak-hak yang tak terlepaskan. UU No 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas mengatur tentang
hak-hak pemegang saham secara umum untuk terciptanya keadilan bagi semua pihak. Hak-hak tersebut baru berlaku ketika pemegang saham yang bersangkutan tercantum
atau terdaftar pada pemegang saham suatu perseroan. Yang mana hak-haknya sebagai berikut:
1. Dalam hal suatu perseroan ingin menambahkan modal perseroan dengan
penerbitan saham baru, pasal 43 UUPT mengatur sebelum saham tersebut ditawarkan pada pihak lain, saham tersebut harus ditawarkan pada pemegang
3
Rudhi Prasetya, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, Disertai Dengan Ulasan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
, cet III, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001, h 1.
saham lama dengan ketentuan seimbang dengan pemilikan sahamnya, atau yang lebih dikenal dengan pre-emptive right.
2. Dalam Pasal 52 UU PT ditentukan pemegang saham memiliki hak sebagai
berikut: a.
Menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS, b.
Menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi, c.
Menjalankan hak lainnya berdasarkan Undang-Undang PT. 3.
Pemegang saham berhak untuk mengalihkan sahamnya kepada pihak lain dengan mengindahkan peraturan dan tata cara pengalihan saham yang berlaku
pada anggaran dasar, hal tersebut diatur pada pasal 56 UUPT. 4.
UU PT memberikan hak pada pemegang saham untuk meminta sahamnya dibeli dengan harga wajar apabila pemegang saham tidak menyetujui tindakan
perseroan, meliputi: a.
Perubahan anggaran dasar, b.
Pengalihan atau penjaminan kekayaan perseroan yang mempunyai nilai lebih dari 50 kekayaan bersih perseroan, atau
c. Penggabungan,
Peleburan, Pengambilalihan
atau pemisahaan.
5. Pada pasal 72 ayat 1 RUPS memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada
direksi dan komisaris dalam batas yang ditentukan oleh UU danatau anggaran dasar.
6. Pemegang saham memiliki hak untuk mengubah anggaran dasar perseroan
yang dilaksanakan melalui RUPS sesuai dengan pasal 88 UUPT. 7.
Dalam hal rencana penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan, permohonan pengajuan pailit, dan pembubaran dapat dilakukan