Analisis Akibat Hukum Dan Ekonomi Leveraged Buyout Di Tinjau Dari

Akuisisi yang menggunakan Leveraged Buyout ini menjadi seperti akrobat finansial karena tidak menambah produksi dan hanya mengotak-atik keuangan perusahaan. 4 Seperti keterangan di atas bahwa hutang tersebut digunakan untuk menutup hutang sebelumnya yang dipergunakan untuk mengakuisisi perusahaan. Melihat dari contoh kasus yang telah dijelaskan, transaksi leveraged buyout ini dapat membuat suatu perusahaan berada pada posisi yang rentan terhadap reaksi dari pasar. Contohnya seperti kasus diatas dimana disaat harga komoditi utama perusahaan anjlok maka perusahaan mengalami masalah keuangan karena pendapatan yang berkurang sedangkan kewajiban hutang perusahaan harus tetap dibayar pada waktu yang telah ditentukan. Dalam jangka panjang perusahaan yang memiliki hutang cukup besar dan telah jatuh tempo akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan tersebut, yang umumnya harga saham perusahaan tersebut akan jatuh. Kebijakan akuisisi menggunakan leveraged buyout membutuhkan perhatian khusus karena akan mempengaruhi kinerja perusahaan dan menyangkut berbenturan kepentingan para stakeholders khususnya pemegang saham minoritas yang tidak dapat berbuat banyak karena hanya bisa menerima ketentuan yang telah ditetapkan dan kreditor yang uangnya menjadi sangat riskan. 4 Munir Fuady, Hukum Tentang Akuisisi, Take Over dan LBO, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2014, h.144. Karena itu leveraged buyout bukan suatu jawaban atas rangkaian penyelematan suatu perusahaan, karena iklim bisnis yang bergerak sangat cepat dapat membuat suatu perusahaan mengalami kerugian besar, menurut penulis leveraged buyout ini hanya keserakahan perusahaan pengakuisisi untuk menguasai banyak perusahaan dengan cara yang batil karena menggunakan bunga dalam melakukan pinjaman, seperti yang telah difirmankan Allah swt pada surah An-Nisa ayat 29: 29 لطابّْاب ْمكنْيب ْمكّاوْمأ اولكْأت اّ اونمآ نيذّا اهيأ اي “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil ” QS: An-Nisa ayat 29 Nabi Muhammad saw pun melarang keras para pihak yang terlibat dalam kegiatan riba yang dalam kasus ini Leveraged Buyout seperti yang diriwayatkan oleh HR Muslim No 2995. “Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam melaknat pemakan riba, orang yang memberi makan dengan riba, juru tulis transaksi riba dan dua orang saksinya. Kedudukan mereka itu semuanya sama.” HR. Muslim nomor 2995 Dari yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa Leveraged Buyout memiliki banyak mudarat yang menyebabkan suatu transaksi tersebut membuat suatu perusahaan berada posisi yang riskan. Dan sesuai dengan ajaran Islam bahwa Leveraged Buyout adalah suatu tindakan yang dilarang karena menggunakan riba untuk berjalannya transaksi tersebut.

B. Pertanggungjawaban Hukum Perusahaan Pengakuisisi

Proses akuisisi akan menimbulkan perbuatan hukum dalam perseroan yaitu, perusahaan pengakuisisi akan menjadi induk perusahaan yang akan mengetuai anak perusahaan hasil akuisisi dan menciptakan hubungan khusus. 5 Suatu perusahaan dapat dikatakan anak perusahaan secara umum ketika perusahaan pengakuisisi memiliki lebih dari 50 saham perusahaan yang diakuisisi, serta pengawasan atas jalannya perseroan, pengangkatan dan pemberhentian direksi dan komisaris sehingga membentuk suatu kesatuan ekonomi, 6 dan bertindak sebagai pimpinan sentral yang mengendalikan perusahaan-perusahaan anak secara keseluruhan. 7 Anak perusahaan yang berbadan hukum mandiri dapat melakukan perbuatan hukum guna mengembangkan perusahaan, anak perusahaan pun harus bertanggung jawab berdasarkan kewajibannya kepada pihak ketiga atas transaksi yang dilakukan. Pada prinsipnya, induk perusahaan ataupun anak perusahaan tidak mempunyai kepentingan hak dan kewajiban anak perusahaan dalam interaksi terhadap pihak 5 Munir Fuady, Hukum Perusahaan Dalam Paradigma Hukum Bisnis, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1999, hal. 83 6 Sulistiowati, Aspek Hukum dan Realitas Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia, Jakarta: Erlangga, 2010, h.35. 7 Miranda Chairunnisa,dkk, Pertanggungjawaban Perusahaan Induk Terhadap Perusahaan Anak Dalam Hal Terjadinya Pencemaran danatau Kerusakan Lingkungan Hidup Jurnal 2013, h.33. ketiga, 8 atau yang umum terkenal dengan asas limited liability pertanggung jawaban terbatas. Namun asas limited liability pertanggung jawaban terbatas tidak berlaku bagi induk perusahaan pengakuisisi yang melakukan hal-hal sebagai berikut: 9 1. Induk perusahaan turut menandatangani perjanjian yang dilakukan anak perusahaan dengan pihak ketiga anak perusahaan. 2. Induk perusahaan bertindak sebagai corporate guarantee penjamin perusahaan atas perjanjian anak perusahaan dengan kreditor 3. Induk perusahaan melakukan perbuatan melawan hukum yang mengakibatkan kerugian bagi pihak ketiga dari anak perusahaan. Pada kasus akuisisi menggunakan uang hutang atau leveraged buyout maka perusahaan yang melakukan akuisisi bertanggung jawab atas kerugian yang dapat diderita oleh perusahaan yang diakuisisi tersebut karena membebankan hutang terhadap perusahaan yang diakuisisi dan peminjaman uang tersebut atas persetujuan perusahaan pengakuisisi. Kerangka pengaturan hukum perseroan sebenarnya bertujuan untuk mengatur hubungan hukum antara perseroan tunggal dan pemegang saham perseroan, karena 8 Ahmad Yani Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas, cet III, Jakarta: RajaGrafindo Persada,2003, h.156. 9 Sulistiowati, Aspek Hukum dan Realitas Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia, Jakarta: Erlangga, 2010, h.158. itu hukum perseroan seperti kelagapan menghadapi masalah yang terjadi pada perusahaan induk dengan anak perusahaan khususnya akuisisi yang menggunakan LBO. 10 Untuk menanggulangi masalah tersebut telah dikenal doktrin Piercing The Corporate Veil Menerobos tanggung jawab perusahaan, hal ini sesuai karena dengan kewenangan induk perusahaan melakukan anak perusahaan sebagai instrument kepentingan induk perusahaan. Doktrin Piercing The Corporate Veil menjadi doktrin yang digunakan untuk menerobos asas Limited Liability yang dapat melindungi induk perusahaan dalam hal ini perusahaan pengakuisisi dari hutang yang timbul dari akuisisi tersebut. 11 Dalam hal seperti ini pengadilan akan mengabaikan status badan hukum perusahaan pengakuisisi serta membebankan tanggung jawab kapada perusahaan pengakuisisi 12 bahkan pihak pribadi perusahaan yaitu direksi, komisaris, dan pemegang saham minoritas jika ditemukan adanya kesalahan dari pihak tersebut. 13 10 Ibid, h.164. 11 Varlen Sinaga, Batas-Batas Tanggung Jawab Perdata Direksi Atas Pailitnya Perseroan Terbatas Dalam Teori Dan Praktik , Jakarta: Adinatha Mulia, 2012, h.224. 12 Munir Fuady, Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2014, h.7. 13 Gunawan Widjaja, Risiko Hukum Sebagai Direksi, Komisaris Pendiri PT, Jakarta: Forum Sahabat, 2008, h. 25. Berdasarkan penjabaran di atas, Piercing The Corporate Veil dapat dikembangkan menjadi prinsip hukum pada keterkaitan induk dan anak perusahaan mengenai hapusnya tanggung jawab terbatas induk perusahaan pada hal ini perusahaan pengakuisisi. 14

C. Upaya-Upaya Hukum Guna Melindungi Kreditor

Dalam kegiatan akuisisi yang menggunakan LBO sebagai metode pembayarannya, kreditor menjadi pihak yang memiliki ujung tombak. Darinya perusahaan pengakuisisi mendapatkan uang untuk pembayaran akuisisi tersebut. Leveraged Buyout yang menggunakan uang sangat besar membutuhkan kreditor dengan keuangan yang besar pula. Umumnya kreditor dalam LBO adalah bank dan private equity firm perusahaan investasi yang notabene memiliki uang dalam jumlah yang sangat besar. Untuk menjamin uang yang telah dikeluarkan oleh kreditor. Umumnya debitor yang merupakan perusahaan target akuisisi akan mengeluarkan obligasi dengan bunga yang tinggi atau lebih dikenal dengan Junk Bond atau obligasi sampah. Obligasi yang bersifat spekulatif ini memiliki resiko yang cukup tinggi atas terjadinya gagal bayar karena tidak melihat keuangan dari perusahaan yang diakuisisi. 15 14 Sulistiowati, Aspek Hukum dan Realitas Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia, Jakarta: Erlangga, 2010, h. 167. 15 Irfan Fahmi, Pengantar Pasar Modal. Bandung: Alfabeta, 2012