Setelah dilahirkannya UUPT pengaturan mengenai akuisisi perusahaan semakin lebih lengkap, karena pembahasan utama yang belum dibahas pada
KUHPerdata adalah mengenai akuisisi perusahaan sudah dibahas pada UUPT. Untuk menyempurnakan celah-celah yang ada pada UUPT Tahun 1995. Lalu dilahirkanlah
UU No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang melengkapi kekurangan pada UUPT sebelumnya.
Selain itu pada tanggal 24 Februari 1998 telah pula diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 yang mengejewantahkan ketentuan-ketentuan
dalam Undang-Undang Tentang Perseroan Terbatas Nomor 1 Tahun 1995 yang telah direvisi menjadi UU No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Akuisisi yang dilakukan menyangkut dengan PT Terbuka haruslah memperhatikan peraturan-peraturan lainnya yang terkait seperti:
5
a. Undang-Undang tentang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995
b. Peraturan pelaksanaan Undang-Undang Pasar Modal, antara lain:
1 Peraturan Pasar Modal Nomor IX.E.2 tentang Transaksi Material dan
Perubahan Kegiatan Usaha Utama. 2
Peraturan Pasar Modal Nomor IX.E.1 tentang Transaksi Afiliasi dan Berbenturan Kepentingan
5
Ibid, h. 85.
3 Peraturan Pasar Modal Nomor IX.H.1 tentang Pengambilalihan
Perusahaan Terbuka. 4
Peraturan Pasar Modal Nomor IX.F.1 tentang Penawaran Tender.
C. Pelaksanaan Akuisisi Pada Perusahaan Di Indonesia
Dalam melakukan kegiatan akuisisi peraturan perundang-undangan di Indonesia sudah mengakomodir hal-hal yang harus dipersiapkan dan dilakukan oleh
perusahaan pengakuisisi maupun perusahaan target akuisisi. Dengan dilakukannya suatu tindakan akuisisi maka kedua perusahaan tersebut harus memperhatikan
peraturan yang telah diatur pada UU No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, PP No 27 Tahun 1998 tentang Tata Cara Penggabungan, Peleburan, dan
Pengambilalihan Perseroan Terbatas, peraturan lainnya yang relevan dan tetap memperhatikan anggaran dasar masing-masing perusahaan.
6
Akuisisi sendiri dapat dilakukan dengan cara akuisisi saham shares acquisition, akuisisi asset assets
acquisition , konsolidasi, dan merger.
7
Untuk melakukan akuisisi, ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan seperti, kepentingan pemegang saham minoritas, kepentingan para pihak
ketiga, kepentingan persaingan tidak sehat, kepentingan karyawan, dan kepentingan
6
Felix Oentoeng Soebagjo, Hukum Tentang Akuisisi Perusahaan di Indonesia Jakarta: Pusat Pengkajian Hukum
, 2006, h.. 11.
7
Ibid. h. 88.
kreditor. Untuk itu peraturan-peraturan yang mengatur tentang akuisisi bertujuan untuk menjaga kepentingan para pihak yang telah dijabarkan.
Pada tahap pertama perusahaan pengakuisisi menyampaikan maksud akuisisi pada perusahaan target dengan menyusun rancangan akuisisi. Dalam menyusun
rancangan akuisisi UUPT mengatur sebagai berikut: a.
Nama dan tempat kedudukan dari Perseroan yang akan mengambil alih dan Perseroan yang akan diambil,
b. Alasan serta penjelasan Direksi Perseroan yang akan mengambil alih dan
direksi perseroan yang akan diambil alih, c.
Laporan keuangan tahun buku terakhir dari Perseroan yang akan mengambil alih dan Perseroan yang akan diambil alih;
d. Tata cara penilaian dan konversi saham dari Perseroan yang akan diambil
alih, e.
Jumlah saham yang akan diambilalih, f.
Kesiapan pendanaan akuisisi, g.
Neraca konsolidasi performa Perseroan yang akan mengambil alih setelah Pengambilalihan yang disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia, h.
Cara penyelesaian hak pemegang saham yang tidak setuju terhadap Pengambilalihan,
i. Cara penyelesaian status, hak dan kewajiban anggota Direksi, Dewan
Komisaris, dan karyawan dari Perseroan yang akan diambil alih, j.
Perkiraan jangka waktu pelaksanaan Pengambilalihan. Untuk menjalankan rencana akuisisi hanya dapat dilakukan apabila rancangan
pengambilalihan perseroan memperoleh persetujuan melalui keputusan RUPS yang dihadiri paling sedikit ¾ tiga perempat bagian dari jumlah seluruh saham dengan