Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

25 penilaian GCG dengan penetapan klasifikasi peringkat komposit berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.912DPNP ditunjukkan pada tabel di bawah ini: 30 Tabel.2.2 Peringkat Komposit Penilaian Faktor GCG Faktor Nilai Komposit 1,5 1,5 ≤ Nilai Komposit 2,5 2,5 ≤ Nilai Komposit 3,5 3,5 ≤ Nilai Komposit 4,5 4,5 ≤ Nilai Komposit 5 GCG Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik C. Rentabilitas Earning Rentabilitas merupakan kemampuan bank dalam menghasilkan laba dari aktivitas bisnis bank, selain itu aspek rentabilitas ini juga untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan. 31 Bank yang sehat adalah bank yang nilai rentabilitasnya terus meningkat. Di bawah ini adalah tabel yang menunjukkan penilaian terhadap peringkat rentabiliatas earning untuk sebuah bank berdasarkan PBI No.131PBI2011. 32 30 Ba k I do esia, “urat Edara BI No.912DPNP Tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank U u ”, diakases pada tanggal 30 Maret 2015 dari www.ojk.go.idsurat-edaran-bank-indonesia- nomor -9-12-dpnp 31 Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, h.196. 32 Ba k I do esia, PBI No. PBI Te ta g Pe ilaia Ti gkat Kesehata Ba k U u ”, diakses pada ta ggal Maret dari www.bi.go.ididperaturanNo.13_24 DPNP_2011 . 26 Tabel 2.3 Penilaian Untuk Peringkat Rentabilitas Earning Faktor Peringkat 1 2 3 4 5 Rentabilitas Earning Bank memiliki efisiensi operasi yang sangat tinggi dan stabil sehingga memiliki potensi untuk memperoleh keuntungan yang tinggi Bank memiliki efisiensi operasi yang tinggi dan stabil sehingga memiliki potensi untuk memperoleh keuntungan yang tinggi Bank memiliki efisiensi operasi yang cukup memadai dan stabil sehingga memiliki potensi untuk memperoleh keuntungan yang memadai Bank memiliki efisiensi operasi yang rendah dan kurang stabil sehingga memiliki potensi untuk memperoleh kerugian Bank memiliki efisiensi operasi yang sangat rendah sehingga memiliki potensi kerugian yang tinggi D. Permodalan Capital Peraturan Bank Indonesia No.131PBI2011 menjelaskan penetapan peringkat penilaian faktor permodalan bank dilakukan berdasarkan analisis secara komprehensif terhadap parameter atau indikator permodalan dengan memperhatikan signifikansi masing-masing parameter atau indikator serta mempertimbangkan masalah lain yang mempengaruhi permodalan bank. 33 Komponen penilaian permodalan menurut PBI No.91PBI2007 diklasifikasikan menjadi rasio utama, rasio penunjang dan rasio observed. Dari rasio-rasio tersebut rasio utama yang dijadikan penilaian adalah nilai CAR atau kewajiban penyediaan modal minimum KPMM. Bank Indonesia lewat PBI No.1512PBI2013 telah menetapkan bahwa batas KPMM atau CAR yang wajib dimiliki oleh bank adalah minimal 8. 33 Ba k I do esia, PBI No. 131PBI2011 27 Berikut ini adalah kriteria penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan permodalan bank syariah menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.924Dpbs tahun 2007 adalah 34 Tabel 2.4 Penilaiaian Modal Capital Penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan PBI No.131PBI2011 melalui aspek kualitatif dan kuantitatif terhadap masing-masing faktor dan memberi penilaian akhir berupa penilaian komposit berdasarkan analisis secara komprehensif dan terstruktur dengan memperhatikan signifikansi masing-masing faktor. 35 Berikut ini merupakan peringkat komposit penilaian tingkat kesehatan bank dengan 34 Bank Indonesia , “urat Edara BI No.924Dpbs2007 Perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdarakan Prinsip Syariah, diakses tanggal 30 Maret 2015 dari www.bi.go.ididperaturanperbankanPagesse_092407 35 Peraturan Bank Indonesia No.131PBI2011 Faktor Peringkat CAR ≥ 12 9≤ CAR 12 8 ≤ CAR 9 6 CAR 8 CAR ≤ 6 CAR Sangat Memadai, bank mempunyai modal yang sangat kuat untuk menutup resiko kerugian dan penurunan kualitas aktiva Bank mempunyai modal yang memadai untuk menutup resiko kerugian dan penurunan kualitas aktiva Bank mempunyai modal yang cukup memadai untuk menutup resiko kerugian dan penurunan kualitas aktiva Bank mempunyai modal yang kurang memadai untuk menutup resiko kerugian dan penurunan kualitas aktiva Bank mempunyai modal yang tidak memadai untuk menutup resiko kerugian dan penurunan kualitas aktiva 28 mempertimbangkan penilaian dari seluruh aspek di dalam empat faktor yang ada pada metode RGEC: Tabel 2.5 Peringkat Komposit Penilaian Metode RGEC Peringkat Penjelasan PK-1 Mencerminkan kondisi bank secara umum sangat sehat sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari faktor-faktor peringkat penilaian, antara lain profil resiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum sangat baik. Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut tidak signifikan. PK-2 Mencerminkan kondisi bank secara umum sehat sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari faktor-faktor peringkat penilaian, antara lain profil resiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum baik. Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut kurang signifikan. PK-3 Mencerminkan kondisi bank secara umum cukup sehat sehingga dinilai cukup mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari faktor-faktor peringkat penilaian, antara lain profil resiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum cukup baik. Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut cukup signifikan dan bila tidak diatasi dengan baik akan mengganggu kelangsungan usaha bank. PK-4 Mencerminkan kondisi bank secara umum kurang sehat sehingga dinilai kurang mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari faktor-faktor peringkat penilaian, antara lain profil resiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum kurang baik. Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut signifikan dan tidak dapat diatasi dengan baik sehigga mengganggu kelangsungan usaha bank. PK-5 Mencerminkan kondisi bank secara umum tidak sehat sehingga dinilai kurang mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari faktor-faktor peringkat penilaian, antara lain profil resiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum tidak baik. Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut sangat signifikan, sehingga untuk mengatasinya membutuhkan dukungan dana untuk memperkuat kondisi keuangan. 29

D. Analisis Diskriminan

Menurut Agus Widarjono analisis diskriminan adalah “metode teknik dependen di mana variabel dependennya bersifat non metrik”. 36 Menurutnya analisis diskriminan “…kombinasi linear dari dua atau lebih variabel independen yang akan membedakan atau mendiskriminasikan dua objek atau lebih di dalam sebuah kelompok atau grup …” 37 . Model dasar analisis diskriminan mirip seperti regresi berganda, perbedaanya terletak pada bila variabel dependen regresi berganda dilambangkan dengan Y, maka analisis diskriminan dilambangkan dengan D. 38 Perbedaan yang lebih mendasar antara regresi berganda dengan analisis diskriminan adalah bila regresi berganda variabel dependennya harus metrik interval dan rasio, sedangkan dalam analisis diskriminan variabel dependennya kategoris. 39 Formula untuk analisis diskriman dapat ditulis dalam bentuk fungsi diskrimanan sebagai berikut: 40 Di mana: D = skor diskriminan 36 Agus Widarjono, Analisis Statistika Multivariat Terapan, Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2010,h. 167. 37 Ibid., h. 167 38 Bilson Simamora, Analisis Multivariat Pemasaran, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005, h. 144. 39 Ibid., h. 144 40 Ibid., h. 144 D = b + b 1 X 1 + b 2 X 2 + B 3 X 3 + … + b k X k 30 b = koefisien diskriminan atau bobot X = prediktor atau variabel independen Bilson Simamora menjelaskan dalam fungsi diskriminan tersebut hal yang diestimasi adalah “koefisien ‘b’, sehingga nilai ‘D’ setiap grup dapat berbeda. Ini terjadi pada saat rasio jumlah kuadrat antar grup dengan rasio jumlah kuadrat dalam grup mencapai nilai maksimum. Berdasarkan nilai D itulah keanggotaan objek diprediksi”. 41 Metode analisis diskriminan dikelompokkan ke dalam dua jenis yaitu metode diskriminan dengan dua kategori Two-Group Discriminant Analysisdan metode diskriminan dengan lebih dari dua kategori Multiple Discriminant Analysis 42 .

E. Model Altman Z-Score

Altman menggunakan fungsi dari analisis diskriminan yang telah dijelaskan di atas untuk memprediksi kebangkrutan pada suatu perusahaan, model prediksi kebangkrutan yang digunakan adalah MDA Multiple Discriminant Analysis atau lebih dikenal dengan z-score. Analisis z-score ini dibuat untuk mengatasi keterbatasan dari analisis rasio keuangan karena dilakukan secara terpisah. 43 41 Ibid., h. 144 42 Agus Widarjono, Analisis Statistika Multivariat Terapan, h. 168. 43 Nur Hasa ah, A alisis Rasio Keua ga Model Alt a Da Model “pri gate se agai Early Warning System Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Bank Go Public ”, “kripsi “ Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010, h. 18, t.d. 31 MDA Multiple Discriminant Analysis adalah sebuah bentuk analisis diskriminan berganda atau dengan kata lain grup yang dimiliki sebagai variabel dependen bukan lagi dua, melainkan tiga, empat atau lebih. Dalam membangun modelnya Altman menggunakan rasio-rasio keuangan yang didasarkan pada popularitasnya dalam literatur dan relevansi terhadap penelitian, rasio yang digunakan juga memiliki lima kriteria yaitu rasio yang dapat mencerminkan likuiditas, profitabilitas, leverage, solvency, dan rasio aktifitas. 44

1. Model Altman Z-Score Original

Awalnya Altman menguji 22 rasio keuangan dari 33 perusahaan manufaktur yang bangkrut dan 33 perusahaan yang tidak bangkrut pada tahun 1960 sampai 1965 dan pada akhirnya didapatkan lima rasio keuangan yang dikombinasikan dan dinilai paling berpengaruh untuk memprediksi potensi kebangkrutan perusahaan”. 45 Formula MDA pertama yang ditemukan oleh Altman ditulis sebagai berikut: 46 44 Kosasih, A alisis Ti gkat Ke a gkruta Model Alt a da Foster Pada Perusahaa Te tile Dan Garment Go Public di BEI Periode 2007-2009, Skripsi S1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010, h. 54, t.d. 45 Mu tiara Wahyu i, A alisis Rasio Keua ga Terhadap Metode Alt a -Score, Zmijewski Dan Springate Dalam Memprediksi Kebangkrutan Pada Sektor-Sektor Yang Terdaftar di BEI Perode 2009- ”, “kripsi “ , Fakultas Eko o i da Bis is, U iversitas Isla Negeri “yarif Hidayatullah Jakarta, 2014, h. 28, t.d. 46 Ed ard I. Alt a , Financial Ratios, Discriminant Analysis And The Prediction Of Corporate Bankruptcy ”, The Journal of Finan e, Vol 23 no. 4, September 1968: h. 594. Z = 1,2X 1 + 1,4X 2 + 3,3X 3 + 0,6X 4 + 1,0X 5 32 Di mana: X 1 = net working capital to total assets X 3 = earning before interest to total assets X 2 = retained earning to total assets X 4 = market value of equity to total assets X 5 = sales to total assets Z = overall index Nilai Z yang merupakan indeks keseluruhan fungsi multiple discriminant analysis. Dibagi kedalam tiga kategori keadaan, yaitu: a. Nilai Z 1,81 maka tergolong perusahaan yang bangkrut. b. Nilai 1,81 Z 2,99 maka perusahaan masuk dalam grey area atau perusahaan tidak dapat dikatakan bangkrut tapi juga tidak dapat dikatakan sehat. c. Nilai Z 2,99 maka perusahaan dikategorikan dalam keadaan tidak bangkrut.

2. Model Altman Z-Score Revisi

Tahun 1984 Altman melakukan pengembangan model diskriminan alternatif z- score yang sebelumnya. Pada penelitian kali ini Altman melakukan penyesuaian agar model prediksi kebangkrutan ini dapat dipakai untuk perusahaan yang tidak mempunyai nilai pasar ekuitas atau perusahaan non publik. 47 Perubahan atau revisi dilakukan pada variabel X 4 dimana variabel sebelumnya merupakan nilai pasar ekuitas terhadap total kewajiban market value of equity to book value of total debt menjadi nilai buku ekuitas terhadap total kewajiban book value of equity to book 47 “T.I rah Musfa Ka al, A alisis Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan Go Public di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan model altman z- s ore”, “kripsi “ , Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin, 2012, h. 30, t.d

Dokumen yang terkait

Analisis tingkat kebangkrutan model altman dan foster pada perusahaan textile dan garment go public di bursa efek Indonesia periode tahun 2007-2009

0 25 184

Prediksi kebangkrutan perusahaan asuransi syariah berdasarkan metode Altman Z-Score

7 56 98

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA TBK DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z- Analisis Potensi Kebangkrutan Pada Pt. Bank Negara Indonesia Tbk Dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score.

0 2 20

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA TBK DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z- Analisis Potensi Kebangkrutan Pada Pt. Bank Negara Indonesia Tbk Dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score.

0 2 15

PENDAHULUAN Analisis Potensi Kebangkrutan Pada Pt. Bank Negara Indonesia Tbk Dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score.

1 6 6

PREDIKSI KEBANGKRUTAN BANK UNTUK MENGHADAPI DAN MENGELOLA PERUBAHAN LINGKUNGAN BISNIS DENGAN PREDIKSI KEBANGKRUTAN BANK UNTUK MENGHADAPI DAN MENGELOLA PERUBAHAN LINGKUNGAN BISNIS DENGAN ANALISIS MODEL ALTMAN Z-SCORE (Studi Kasus Pada PT. BANK ICB BUMIPUT

0 1 13

PENDAHULUAN PREDIKSI KEBANGKRUTAN BANK UNTUK MENGHADAPI DAN MENGELOLA PERUBAHAN LINGKUNGAN BISNIS DENGAN ANALISIS MODEL ALTMAN Z-SCORE (Studi Kasus Pada PT. BANK ICB BUMIPUTERA Tbk. Di BEI).

0 1 8

Analisis Kebangkrutan pada PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) dengan Menggunakan Model Altman Z-Score untuk Periode 2008-2010.

0 2 18

Analisis Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan Di Indonesia Periode 2001-2012 (Dengan Menggunakan Model Altman Z-Score)

0 0 13

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN SEBAGAI ALAT DALAM MEMPREDIKSI KECENDERUNGAN TERJADINYA KEBANGKRUTAN PADA BANK UMUM SYARIAH; BNI SYARIAH, BRI SYARIAH, MANDIRI SYARIAH, MEGA SYARIAH, BUKOPIN SYARIAH (Suatu Studi Penggunaan Model Altman’s Z-Score)

0 0 9