METODE PENELITIAN Potensi Kebangkrutan Pada Sektor Perrbankan Syariah Untuk Menghadapi Perubahan Lingkungan Bisnis Dengan Menggunakan Model Altman Z-score Modefikasi (Studi Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2010-2014)
14
b. Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan
Undang-undang ini merupakan penyempurnaan dari UU No.7 Tahun 1992. Dalam undang-undang ini diatur secara jelas bahwa baik bank umum maupun BPR dapat
menjalankan operasionalnya dan melakukan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil mudharabah,
pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal musharakah, prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan murabah, atau pembiayaan barang
modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan ijarah, atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh
pihak lain ijarah wa iqtina.
4
c. Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
Aspek baru yang diatur dalam undang-undang ini adalah terkait dengan tata kelola corporate governance, prinsip kehati-hatian prudential principles, menajemen
resiko risk menagement, penyelesaian sengketa, otoritas fatwa dan komite perbankan syariah serta pembinaan dan pengawasan perbankan syariah.
5
4
Undang-Undang Repeblik Indonesia No. 10 Tahun 1998, Tentang Perbankan, diakses pada 20
Oktober 2015
dari http:www.ojk.go.idundang-undang-nomor-7-tahun-1992-tentang-
perbankan-sebagaimana-diubah-dengan-undang-undang-nomor-10-tahun-1998
5
Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008, Tentang Perbankan Syariah, diakses pada 30 Maret 2015 dari
www.bi.go.ididperbankansyariahDocumentsUU_21_08_Syariah
15
Perbankan syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan prinsip syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. Dalam UU No. 21 Tahun
2008 pasal 3, tujuan perbankan syariah adalah “menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat”.
6
Fungsi bank selama ini dikenal sebagai intermediary penghubung antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Selain menjalankan
fungsi jasa keuangan seperti yang disebutkan tersebut, maka dalam bank syariah memiliki fungsi yang sedikit berbeda dengan bank konvensional. Bank syariah bukan
hanya berperan sebagai sebuah lembaga usaha, tapi juga berperan sebagai lembaga sosial.
7
Menurut Sofyan Harahap fungsi bank syariah yaitu manajer investasi, investor, jasa keuangan, dan fungsi sosial:
8
a. Manajer Investasi
Bank syariah bertindak sebagai manajer investasi dari pemilik dana dimana dana yang dikumpulkan tersebut disalurkan pada pembiayaan produktif, sehingga dana
yang disalurkan tersebut memperoleh keuantungan yang dapat dibagihasilkan antara pihak bank syariah dengan pemilik dana.
6
Undang- U da g Repu lik I do esia No. Tahu
8, Te ta g Per a ka “yariah”, diakses pada 30 Maret 2015 dari
www.bi.go.ididperbankansyariahDocumentsUU_21_08_Syariah
7
Rizal Yaya, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontenporer, Jakarta: Salemba Empat, 2013, h. 54.
8
Sofyan S. Harahap, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah: Edisi Revisi Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti LPFE
– Usakti, 2004, h. 5–8.