Dalam Pasal 2 angka 1 huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1996 tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing yang
Berkedudukan di Indonesia menyebutkan bahwa WNA dapat memiliki rumah yang berdiri sendiri di atas bidang tanah Hak Pakai atas Tanah Negara atau di atas
bidang tanah yang dikuasai berdasarkan perjanjian dengan pemegang hak atas tanah.
1. Perjanjian Sewa Menyewa
Sebelum diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1996 tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing yang
Berkedudukan di Indonesia, alternatif bagi WNA yang memerlukan rumahhunian adalah dengan mengadakan perjanjian sewa menyewa rumahbangunan yang
sudah ada di atas sebidang tanah untuk dihuni tanpa penguasaan hak atas tanahnya. Pengertian sewa menyewa dalam KUHPerdata berbunyi:
88
“Sewa menyewa ialah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak lainnya untuk
kenikmatan dari suatu barang, selama suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan itu disanggupi
pembayarannya.”
Jadi, dapat disimpulkan bahwa sewa-menyewa perumahan adalah suatu perjanjian kontrak yang dibuat oleh pemilik dengan penyewa rumah, baik secara
lisan maupun secara tertulis, untuk penggunaan suatu rumah dalam waktu dan dengan pembayaran sewa yang disepakati oleh kedua belah pihak. Perjanjian
sewa-menyewa bertujuan untuk memberikan hak pemakaian saja, bukan hak milik atas suatu benda.
Dalam perjanjian sewa-menyewa, penguasaan tanah oleh penyewa bangunan hanyalah dalam hubungan dengan perjanjian sewa menyewa bangunan tersebut.
89
Perjanjian sewa menyewa yang obyeknya bangunan tersebut yang lazim disebut
88
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgerlijk Wetboek], diterjemahkan oleh Prof.R.Subekti, Jakarta : Pradnya Paramita, 2004, Ps. 1548.
89
Andi Hamzah, I Wayan Suandra dan B.A. Manalu, Dasar-Dasar Hukum Perumahan, Jakarta:Rineka Cipta,1991, hlm.55.
Universitas Indonesia
Pemberian hak..., Dyah Ayu Grashinta, FH UI, 2010.
hak sewa atas bangunan, tidak memerlukan akta Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT dan berada di luar pengaturan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun
1996 tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing yang Berkedudukan di Indonesia. Oleh karena, obyek perjanjiannya adalah
bangunan, maka hak sewa atas bangunan dapat dibuat terhadap bangunan yang berdiri di atas tanah Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, dan Hak Sewa
untuk Bangunan.
2. Perjanjian-Perjanjian yang Merupakan Penyelundupan Hukum