Sedangkan dalam Pasal 42 UUPA menyebutkan bahwa yang dapat mempunyai Hak Pakai antara lain adalah orang asing yang berkedudukan di
Indonesia. Landasan hukum ketentuan dalam Pasal 42 UUPA adalah Pasal 2 UUPA yang merupakan pelaksanaan amanat Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang
Dasar 1945. Salah satu perwujudan kewenangan Negara adalah menentukan dan mengatur hubungan hukum antara orang dengan bumi termasuk tanah, air, ruang
angkasa, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Dalam frase yang terkandung dalam Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 tersebut, terkandung makna bahwa
hanya WNI yang dapat mempunyai hubungan sepenuhnya dengan tanah sebagai bagian dari bumi. Dalam Pasal 9 Ayat 1 UUPA menyatakan bahwa hanya WNI
yang dapat mempunyai hubungan sepenuhnya dengan bumi, air, dan ruang angkasa; dengan perkataan lain, hanya WNI saja yang dapat mempunyai Hak
Milik. Sedangkan bagi WNA yang berkedudukan di Indonesia dapat diberikan Hak Pakai.
Ketentuan tentang persyaratan subyek hak, khususnya terhadap WNA, disertai dengan sanksi terhadap pelanggarannya dimuat dalam Pasal 26 Ayat 2 UUPA.
Pelanggaran terhadap ketentuan tersebut berakibat peralihan Hak Milik kepada WNA batal demi hukum dan hak atas tanahnya jatuh kepada negara.
b. Pemilikan Rumah Tinggal oleh Warga Negara Asing WNA
Dalam rangka memberikan kepastian hukum mengenai pemilikan rumah tempat tinggal atau hunian untuk orang asing dan sebagai tindak lanjut dari
ketentuan UUPA tentang WNA, maka diterbitkanlah Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1996 tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian
oleh Orang Asing yang berkedudukan di Indonesia. Secara garis besar, Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1996 memuat
ketentuan sebagai berikut :
73
73
Maria.S.W. Sumardjono a, Alternatif Kebijakan Pengaturan Hak Atas Tanah Beserta Bangunan Bagi Warga Negara Asing Dan Badan Hukum Asing, Jakarta:Penerbit Buku Kompas,
2007, hlm.8.
Universitas Indonesia
Pemberian hak..., Dyah Ayu Grashinta, FH UI, 2010.
1. Pada prinsipnya, orang asing yang berkedudukan di Indonesia diperkenankan
memiliki satu rumah tempat tinggal, bisa berupa rumah yang berdiri sendiri atau satuan rumah susun sarusun yang dibangun di atas tanah Hak Pakai.
2. Rumah yang berdiri sendiri dapat dibangun di atas tanah Hak Pakai atas Tanah
Negara atau Hak Pakai yang berasal dari tanah Hak Milik yang diberikan oleh pemegang Hak Milik dengan akta PPAT.
3. Perjanjian pemberian Hak Pakai di atas tanah Hak Milik wajib dicatat dalam
buku tanah dan sertifikat Hak Milik yang bersangkutan. Jangka waktu Hak Pakai di atas tanah Hak Milik sesuai kesepakatan dalam perjanjian, tetapi
tidak boleh lebih lama dari 25 dua puluh lima tahun. Jangka waktu Hak Pakai tersebut tidak dapat diperpanjang, tetapi dapat diperbaharui untuk
jangka waktu 25 dua puluh lima tahun, atas dasar kesepakatan yang dituangkan dalam perjanjian yang baru, dengan catatan bahwa orang asing
tersebut masih berkedudukan di Indonesia.
74
4. Bila orang asing yang memiliki rumah yang dibangun di atas tanah Hak Pakai
atas Tanah Negara atau berdasarkan perjanjian dengan pemegang hak tidak berkedudukan lagi di Indonesia, dalam jangka waktu 1 satu tahun wajib
melepaskan atau mengalihkan hak atas rumah dan tanahnya kepada pihak lain yang memenuhi syarat.
5. Bila dalam jangka waktu tersebut hak atas tanah belum dilepaskan atau
dialihkan kepada pihak lain yang memenuhi syarat, maka terhadap rumah yang dibangun di atas Hak Pakai di atas Tanah Negara, rumah beserta tanah
yang dikuasai WNA dilelang; bila rumah tersebut dibangun di atas Hak Pakai atas tanah Hak Milik, maka rumah tersebut menjadi milik pemegang Hak
Milik.
c. Pembatasan Bagi Warga Negara Asing WNA Dalam Pemilikan Rumah Tempat Tinggal di Indonesia