pengalaman belajar individu mandiri. Bentuk nyata dari jenis pendidikan seperti ini adalah pendidikan yang berlangsung dalam keluarga. Dalam lembaga keluarga
tidk dikenal standarisasi program, kurikulum, jenjang, dan lainnya, merupakan proses yang bersifat alamiah. Contoh lainnya adalah media massa, kampanye dan
berbagai bentuk partisipasi dalam organisasi kemasyarakatan. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat penulis simpulkan bahwa
pendidikan informal adalah bentuk pendidikan belajar secara mandiri yang bersifat alamiah baik sadar maupun tidak,secara terus-menerus tidak terorganisir
yang berlangsung dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.
2.1.2.1 Keluarga
Purwanto 2007:48-49 menjelaskan bahwa keluarga merupakan lembaga terkecil dalam kehidupan masyarakat. Lemabaga keluarga merupakan suatu
system tempat berinteraksinya nilai dan norma dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan. Keluarga merupakan unit sosial yang terbentuk oleh ikatan
perkawinan, keturunan, atau adopsi. Ahmadi dan Uhbiyati 2001:177 berpendapat bahwa keluarga adalah
bentuk masyarakat kecil yang terdiri dari beberapa individu yang terikat oleh suatu keturunan, yakni kesatuan antara ibu ayah dan anak yang merupakan
kesatuan kecil dari bentuk-bentuk kesatuan masyarakat. Pendidikan keluarga adalah pendidikan masyarakat, karena disamping keluarga itu sendiri sebagai
satuan kecil dari bentuk kesatuan masyarakat, pendidikan yang diberikan orangtua kepada anaknya sesuai dan dipersiapkan untuk kehidupan anak itu di masyarakat
kelak, oleh karena itu Nampak adanya suatu hubungan erat antara keluarga dan masyarakat.
Gunarsa 2009:120-121 mengungkapkan bahwa Keluarga merupakan lingkungan sosial utama yang mempengaruhi peluang terbentuknya atau
terhindarnya anak dari penelantaran. Anak- anak terlantar cenderung tumbuh dan dibesarkan dalam keluarga kaku, tidak stabil, mengalami hambatan komunikasi,
dan mengalami konflik peran. Keluarga yang kaku adalah keluarga yang menerapkan aturan-aturan secara kaku terhadap para anggotanya, terutama anak.
Keluarga yang tidak stabil atau mengalami disorganisasi mengacu pada kondisi keluarga yang tidak memiliki peran yang jelas. Hambatan komunikasi dalam
keluarga merupakan salah satu factor yang dianggap memberi pengaruh besar terbentuknya penelantaran anak. Anak-anak terlantar memiliki kesempatan sangat
terbatas untuk berkomunikasi, khususnya dngan orangtua mereka. Konflik peran mengacu pada kerancuan peran anggota keluarga.
Cahyaningsih 2011:12 menyatakan bahwa proses sosialisasi dengan lingkungannya anak memerlukan teman sebaya, tetapi perhatian dari orangtua
tetap dibutuhkan untuk memantau dengan siapa anak tersebut bergaul. Khususnya anak remaja, aspek lingkungan teman sebaya menjadi sangat penting. Dalam hal
ini berarti keluargalah yang hendaknya mengawasi anak, namun, karena keterbatasan waktu, jumlah, dan jangkauan yang dapat dilakukan keluarga,
bantuan dari lingkungan masyarakat diperlukan. Lingkungan sebagai tempat anak bersosialisasi, mempunyai aturan didalamnya, sehingga remaja hendaknya
beradaptasi sesuai aturan dan norma yang berada dalam masyarakat.
Berdasarkan pendapat tersebut, penulis menyimpulkan bahwa keluarga merupakan bagian kecil dari masyarakat atau miniatur masyarakat yang terbentuk
karena ikatan perkawinan, keturunan maupun adopsi, dan pendidikan dalam keluaga berlangsung sepajang hayat sehingga dapat dikatakan bahwa keluarga
merupakan faktor yang berpengaruh besar terhadap perkembangan anak. a.
Fungsi keluarga
Pendidikan yang berlangsung dalam keluarga adalah bersifat asasi, karena itulah orangtua merupakan pendidik yang pertama, utama dan kodrati. Orangtua
yang banyak memberikan pengaruh dan warna kepribadian seorang anak. Apapun yang terjadi pada pendidikan keluarga, akan membawa pengarug terhadap
kehidupan anak. Tindakan dan sikap orangtua seperti menerima anak, mencintai anak, mendorong, dan membantu anak aktif dalam kehidupan bersama, agar anak
memiliki nilai hidup jasmani, nilai estetis, nilai kebenaran, nilai moral, dan nilai keagamaan, serta bertindak sesuai dengan nilai tersebut, merupakan perwujudan
dari peran mereka sebagai pendidik hasbullah 2005:22-23. Aziz2005:8 menambahkan, keluarga yang menghadirkan anak ke dunia ini, secara kodrat
bertugas mendidik anak itu. Sejak kecil, anak hidup, tumbuh dan berkembang didalam keluarga itu. Seluruh isi keluarga itu yang mula-mula pribadi anak itu.
Fungsi keluarga menurut Purwanto 2007:50 diantaranya yaitu: 1 fungsi reproduksi; 2 fungsi pengaturan sosial; 3 fungsi sosialisasi; 4 fungsi
penempatan sosial; 5 kasih sayang; 6 fungsi perlindungan.Padil dan Supriyatno 2007 116-120 berpendapat bahwa fungsi keluarga yaitu Fungsi pendidikan,
fungsi rekreasi, fungsi keagamaan, fungsi perlindungan, funsi biologis, fungsi sosialisasi, fungsi afeksi.
Hasbullah 2005:88-89 menyatakan tanggung jawab pendidikan yang perlu disadarkan dan dibina oleh orangtua terhadap anaknya antara lain: 1
Memelihara dan membesarkannya; tanggung jawab ini merupakan dorongan alami untuk dilaksanakan karena anak memerlukan makan, minum, dan perawatan
agar ia dapat hidup secara berkelanjutan; 2 Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara jasmaniah maupun rohaniah dari berbagai gangguan
penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat membahayakan dirinya; 3 Mendidik dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi
kehidupannya kelak sehingga bila ia telah dewasa mampu berdiri sendiri dan mmbentu orang lain; 4 Membahagiakan anak untuk dunia dan akhiratnya
dengan memberikan pendidikan keagamaan. Ahmadi dan Nurbiyati 2001:172 berpendapat keluarga mempunyai hak
otonom untuk melaksanakan pendidikan. Orangtua mau tidak mau, berkeahlian atau tidak, berkewajiban secara kodrati untuk menyelenggarakan pendidikan
terhadap anaknya. Bagi anak, keluarga merupakan tempatalam pertama dikenal dan merupakan lembaga pertama menerima pendidikan.
Berdasarkan pendapat para ahli, penulis menyimpulkan bahwa secara garis besar fungsi keluarga diantaranya mendidik anak, melindungi anak, dan
memelihara sekaligus membesarkannya.
b. Peran keluarga