Faktor konversi : C =
Table 3.1. Policy Factor K pada Frequncy Level of Service
9
Frequncy Level of Service K
70 0,52
75 0,67
80 1,84
85 1,04
90 1,28
95 1,65
97,5 1.96
98 2,05
99 2,33
99,5 2,58
99,86 3
99,99 4
Tingkat persediaan pengamatan dapat ditentukan dengan S = X – fC, dimana X diambil dari Tabel 3.2. Policy Factor dari chi-square distribution.
Penentuan frequency level of service ini ialah berdasarkan pengalaman terjadinya stockout, sebagai contoh apabila dalam satu tahun terjadi stockout
sebanyak 3 kali, maka diperoleh persentase sebesar 1 - 352 x 100 = 94,23
≈ 95
10
3.2.9. Standar Kulitas
9
Ibid, 194
10
Fogarty, Blackstone and Hoffman, Production Inventory Management, 2
nd
Edition, South- Wester Publishing Co. Cincinnati, Ohio, 1991, Hal. 165 – 169.
Universitas Sumatera Utara
Setelah dapat ditentukan jumlah pesanan ekonomis dan jumlah persediaan pengaman, maka selanjutnya dapat ditentukan empat dasar utama dalam kebijakan
persediaan. Kebijakan persediaan yang dibutuhkan ini terutama untuk menentukan 1. Besarnya persediaan minimum minimum pointstock, dalam hal ini nilainya
sama dengan nilai safety stock. 2. Besarnya standar pesanan standard order, yaitu nilai dari EOQ Economical
Order Quantity .
3. Titik pemesanan kembali re-order point. Dalam hal ini titik pemesanan kembali sama dengan laju rata-rata permintaan D selama masa tunggu
normal LT ditambah dengan stok pengaman S, seperti pada rumus berikut : OP = D x LT + S
4. Besarnya persediaan maksimum maximum pointstock Keempat kebijakan inilah yang disebut dengan standar kuantitas quantity
standard .
3.2.10. Pengujian Kepekaan
Pengujian kepekaan EOQ dilakukan untuk mengukur sampai sejauh mana total biaya persediaan variabel berubah, apabila jumlah pesanan yang sebenarnya
berada pada jumlah pesanan terhemat. Dalam hal ini, pengujian kepekaan akan menunjukkan tingkat kepekaan biaya terhadap jumlah pesanan terhemat dengan
cara menghitung rasio antara biaya total pada jumlah pesanan sebenarnya dengan biaya persediaan variabel total pada jumlah pesanan terhemat. Rumus yang
digunakan adalah :
Universitas Sumatera Utara
3.2.11. Model-model Perencanaan dan Pengendalian Persediaan
Model-model perencanaan dan pengendalian persediaan pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis metode, yaitu didasarkan kepada
penilaian suatu permintaan, yaitu Independent Demand dan Dependent Demand
11
Metode Independent Demand mengasumsikan bahwa permintaan suatu barang tidak terikat terhadap permintaan barang yang lain. Oleh sebab itu
permintaan aggregate untuk sebuah barang merupakan kumpulan dari berbagai permintaan tidak terikat dari pelanggan yang berbeda-beda. Maka untuk keadaan
tersebut, cara terbaik untuk melakukan peramalan permintaan masa depan adalah dengan memproyeksikan trend masa lalu. Kontrol persediaannya berdasarkan
pada model kuantitatif yang berhubungan dengan peramalan permintaan, biaya- biaya dan variabel-variabel lainnya untuk mendapatkan nilai optimal untuk jumlah
pemesanan dan waktu pemesanan. Model dasar dari pengendalian persediaan tersebut pada dasarnya dapat berupa periodic review maupun fixed order quantity,
yang terdiri dari dua jenis sistem, yaitu sistem P dan sistem Q .
12
1. Sistem – P .
Sistem – P menyarankan untuk mengadakan pemeriksaan terhadap kondisi sistem persediaan secara berkala atau periodik. Jadi dalam periode ini tidak
11
Waters, C. Donald, Inventory Control and Management, 2
nd
Edition, John Wiley and Sons Ltd, England, 2003, hal. 57
12
Starr, Martin K., Miller and David W., Inventory Control : Theory and Practice, Prentice Hall, Inc., Eaglewood Cliffs, N.J., USA, 1962, hal. 120 – 130.
Universitas Sumatera Utara
dilakukan pemeriksaan secara terus-menerus dan dalam pengambilan keputusan, keadaan sistem persediaan tersebut hanya diketahui pada saat
dilakukan pemeriksaan. 2. Sistem – Q
Sistem – Q menyarankan untuk melakukan pemeriksaan secara terus-menerus terhadap posisi sistem persediaan, karena pemesanan dilakukan apabila tingkat
persediaan telah mencapai tingkat tertentu. Sebaliknya Metode Dependent Demand, mengasumsikan bahwa
permintaan sebuah barang berhubungan ataupun bergantung pada permintaan barang lainnya. Pendekatan yang umum untuk tipe ini menghubungkan
permintaan komponen-komponen barang terhadap perencanaan produksi untuk barang jadi. Metode-metode yang dipergunakan adalah seperti Material
Requirements Plannung MRP dan Just In Time JIT.
Model Independent Demand
13
1. Model Jumlah Pesanan Tetap Fixed Order QuantityFOQ dan Jumlah Pesanan Terhemat Economic Order QuantityEOQ.
terdiri dari model-model berikut :
2. Model Titik Pemesanan Statistik Statistic Order Point Model 3. Sistem Peninjauan Berkala Periodic Review System
4. Sistem Kombinasi Titik Pemesanan-Peninjauan Berkala The Order Point- Periodic Review Combination System
5. Sistem Penambahan s,S Fakultatif The Optional s,S Replenishment System
13
Fogarty, Blackstone and Hoffman, Production Inventory Management, 2
nd
Edition, South- Wester Publishing Co., Cincinnati, Ohio, 1991, hal. 219 – 235.
Universitas Sumatera Utara
6. Sistem Peninjauan Visual Visual Review System 7. Sistem Titik Pemesanan Fase Waktu The Time-Phased Order Point System
Berikut akan dibahas mengenai model-model Independent Demand, yaitu sebagai berikut :
1. Model Jumlah Pesanan Tetap Fixed Order QuantityFOQ dan Jumlah Pesanan Terhemat Economic Order QuantityEOQ
Model jumlah pesanan terhemat digunakan dalam menentukan jumlah barang yang akan dipesan untuk setiap kali pemesanan serta jumlah biaya pengadaan
bahan-bahan, agar biaya persediaan keseluruhan menjadi sekecil mungkin. Beberapa asumsi yang harus berlaku agar model tersebut dapat digunakan
adalah : a. Tingkat permintaan, tingkat penawaran dan masa tunggu diketahui dengan
pasti dan tidak berubah sepanjang pembahasan. b. Bahan-bahan dibeli atau dibuat dalam tumpukan lot.
c. Keputusan atas bahan-bahan tersebut tidak dipengaruhi oleh keputusan atas bahan-bahan yang lain.
d. Terdapat hanya satu tempat penyimpanan atau penahanan bahan stockpoint.
e. Harga pembelian atau biaya pembuatan bahan-bahan tidak berubah-ubah. f. Daya tampung tempat penyimpanan tidak terbatas.
g. Tidak ada stockout.
Universitas Sumatera Utara
Model pemesanan terhemat terbagi menjadi dua, yaitu 1 model pemesanan terhemat tanpa masa tunggu dan 2 model pemesanan terhemat dengan masa
tunggu. Pemesanan untuk mendapatkan jumlah pesanan terhemat adalah :
Q = Dimana : Q
= Jumlah pesanan terhemat U
= Pemakaian material selama setahun unit A
= Biaya setiap kali melakukan pemesanan C
= Harga satuan barang I
= Inventory carrying cost per tahun Tetapi apabila pemesanan memiliki masa tunggu, berarti massa tunggu = 0
dibatalkan, maka model jumlah pemesanan terhemat akan sedikit berbeda. Adanya masa tunggu akan mempengaruhi titik pemesanan kembali meskipun
tidak mempengaruhi jumlah pemesanan terhemat. Titik pemesanan kembali dengan adanya masa tunggu dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut : R = L. d
Dimana : R = Titik pemesanan kembali dengan adanya masa tunggu
L
L = Masa Tunggu
d
L
= Permintaan persatuan waktu
2. Model Titik Pemesanan Statistik Statistic Order Point Model
Universitas Sumatera Utara
Sistem titik pemesanan statistik menempatkan pemesanan untuk satu lot ketika jumlah persediaan di tangan sudah berkurang ke batas yang ditentukan,
diketahui sebagai titik pemesanan, seperti yang diilustrasikan pada gambar 2.16. berikut.
Inventory units
Waktu LT
SS OP
Gambar 3.16. Jumlah Stok Berbanding Waktu
Jika laju permintaan dan masa tunggu penambahan konstan, tidak sulit untuk menentukan secara tepat seberapa rendah level stok dari bahan bias jatuh
sebelum pemesanan harus dilakukan untuk menghindari kehabisan stok. Namun demikian, hal tersebut bukan merupakan kasus umum. Biasanya
permintaan akan bervariasi, dan masa tunggu juga bervariasi. Titik pemesanan tanpa stok pengaman safety stock akan mengakibatkan
kehabisan stok semasa setengah waktu dari periode pemesanan, jika permintaan dan masa tunggu bervariasi secara random. Dalam hal ini, titik
pemesanan dibuat untuk menutup pemakaian rata-rata selama masa tunggu ditambah lagi beberapa variasi tinggi yang mungkin terjadi pada permintaan
dan masa tunggu. Stok yang ditahan untuk menagatasi variasi ini disebut stok pengaman.
Universitas Sumatera Utara
Implementasi dari Sistem Titik Pemesanan Statistik memerlukan mekanisme untuk mengingatkan manajemen kerika titik pemesanan sudah dicapai. Ada
dua metode dasar untuk melaksanakan hal tersebut, yaitu : a. Sistem Persediaan Terus-menerus Perpetual Inventory System
Pada sistem ini, pencatatan dilakukan pada setiap transaksi, penerimaan, ataupun penarikan dari persediaan, dan neraca baru untuk persediaan
ditangan. Sistem yang terkomputerisasi dari tipe tersebut biasanya deprogram untuk mengeluarkan suatu pesan khusus ketika neraca stok
sudah dibawah titik pemesanan. Sistem manual membutuhkan seorang perencana persediaan untuk membandingkan neraca stok terhadap titik
pemesanan setelah setiap transaksi dilakukan. b. Sistem Dua Wadah Two Bin System
Persediaan ini secara fisik terpisah kedalam dua wadah, yaitu wadah pertama untuk pemakaian terlebih dahulu, dan wadah kedua untuk jumlah
sisa yang dibutuhkan saat titik pemesanan tiba. Wadah pertama digunakan, setelah habis, maka saat wadah kedua digunakan pemesanan dilakukan.
Sistem dua wadah ini paling cocok untuk jenis permintaan bebas independent demand dan untuk nilai items yang murah dan lead time
yang singkat, seperti misalnya barang-barang perkantoran dan lain-lain. 3. Sistem Peninjauan Berkala Periodic Review System
Penerapan Sistem Peninjauan Berkala dapat diterapkan pada keadaan bahan yang memenuhi syarat-syarat dibawah ini :
a. Permintaan bebas pada situasi normal.
Universitas Sumatera Utara
b. Sangat sulit mencatat pengembilan bahan dari stok dan peninjauan terus- menerus sangat mahal.
c. Bahan-bahan secara kelompok dipesan dari pemasok umum dan total biaya persiapan sangat dihemat dengan menggabungkan jenis yang
berbeda di dalam satu pemesanan. d. Bahan-bahan yang memiliki batas waktu pemakaian cocok untuk sistem
tersebut. Sistem peninjauan berkala meliputi penentuan jumlah bahan dalam stok pada
interval waktu tertentu dan tetap, dan melakukan pemesanan dengan jumlah sebanyak yang dibutuhkan untuk mengembalikan total stok kepada jumlah
awal maksimum yang sudah ditetapkan. Karena periode waktu antar peninjauan terhadap stok di gudang bersifat tetap,
maka pendekatan tersebut disebut juga dengan sistem Periode Peninjauan Tetap Fixed Review Period System.
Model tersebut dapat dituliskan sebagai persamaan : M = D R + LT + SS
Q = M – I Dimana : M
= Level Persediaan maksimum LT
= Waktu tunggu D
= Laju permintaan R
= Durasi periode peninjauan SS
= Safety stock Q
= Stok pengaman
Universitas Sumatera Utara
I = Persediaan
4. Sistem Kombinasi Titik Pemesanan-Peninjauan Berkala The Order Point- Periodic Review Combination System
Sistem ini menggabungkan titik pemesanan dengan peninjauan berkala. Pada dasarnya, jika level persediaan jatuh dibawah level yang sudah ditentukan
sebelum tanggal peninjauan tiba, pemesanan dilakukan segera. Jika tidak, jumlah pesanan ditentukan pada akhir periode dengan metode dasar dari
peninjauan berkala. Sistem ini sangat sesuai ketika variasi permintaan yang datang cukup besar terjadi dan biaya stok pengaman yang dibutuhkan untuk
mengatasi variasi tersebut selama waktu tunggu ditambah lagi dengan waktu ke periode peninjauan cukup besar, yaitu lebih besar dari biaya penggabungan
sistem tersebut. 5. Sistem Penambahan s,S fakultatif The Optional s,S Replenishment System
Metode ini dikenal juga dengan model s,S. S mewakili level persediaan maksimum, dan s mewakili titik pemesanan. Pada sistem tersebut, pemesanan
hanya dilakukan ketika jumlah stok di tangan sudah dibawah batas yang ditentukan. Metode ini memampukan perusahaan untuk menghindari
pemesanan dengan jumlah yang relatif kecil. Pendekatan ini berguna ketika batas waktu pemakaian bahan penting, dan penuaan bahan sangat tidak
diharapkan, terutama ketika terjadinya masa kekurangan atau sedikit sekali permintaan yang datang. Resiko yang timbul adalah potensi kehabisan bahan
stockout.
Universitas Sumatera Utara
6. Sistem Peninjauan Visual Visual Review System Sistem Peninjauan Visual dapat diterapkan pada sistem peninjauan berkala
maupun pada sistem titik pemesanan. Sistem dua wadah untuk penyimpanan persediaan merupakan metode yang umum untuk pelaksanaan dari sistem titik
pemesanan peninjauan visual tersebut. Sistem ini sesuai untuk manajemen dari permintaan bebas, bahan-bahan yang nilainya rendah, dengan waktu tunggu
yang singkat, seperti bahan-bahan kantor dan bahan-bahan komponen umum. 7. Sistem Pemesanan Fase Waktu The Time-Phased Point System
Banyak bahan-bahan yang memiliki permintaan yang bersifat sangat musiman. Dalam hal ini, model titik pemesanan statistik dapat diperbarui
untuk memenuhi perubahan permintaan jenis ini. Sistem titik pemesanan fase waktu menggunakan peramalan permintaan untuk suatu periode tertentu. Oleh
sebab itu, secara jelas siap untuk perubahan-perubahan dalam ramalan permintaan. informasi-informasi yang dibutuhkan sebelumnya untuk sistem
ini meliputi peramalan kebutuhan, waktu tunggu dari bahan-bahan, dan jumlah pemesanan yang dibutuhkan.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada pabrik pengolahan pakan ternak PT. Charoen Pokphand Indonesia yang berlokasi di Jln. Pulau Sumbawa No.5 Kawasan
Industri Medan II KIM-Mabar dan penelitian dilakukan selama satu bulan yaitu mulai dari tangga l 13 Oktober 2008 sampai dengan tanggal 12 November 2008.
4.2. Rancangan Penelitian
Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan identifikasi permasalahan terhadap metode persediaan yang digunakan oleh
perusahaan. Langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada tabel4.1. Setelah suatu
masalah ditemukan, kemudian dicoba untuk merancang sistem persediaan baru yang dapat meminimalkan atau bahkan menghilangkan masalah yang muncul
dengan menggunakan sistem persediaan sebelumnya. Dalam identifikasi masalah tersebut, dibutuhkan data sebagai berikut :
1. Data Primer Data primer yang dipergunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara :
- Observasi dan wawancara langsung dari lapangan - Wawancara dengan pihak-pihak yang berkompeten
Universitas Sumatera Utara