Universitas Sumatera Utara
kabin, mereka sudah mengetahui cara menghadapi dan menyelesaikannya karena sudah diajarkan pada saat
training yang rutin diadakan oleh GA.
6. Informan 6
Nama : F.I
Tanggal Wawancara : 7 April 2015 Media Komunikasi
: Bbm, email
Sama seperti M.A, F.I juga merupakan FA haji dan pertama tergabung di bawah bendera GA pada tahun 2010 .F.I menyatakan
bahwa seorang purser sangat memiliki pengaruh yang besar bagi awak kabin lainnya. Gaya komunikasi yang dilakukan oleh purser memberikan
dampak terhadap awak kabin lainnya bergantung kepada bagaimana purser menampilkan cara komunikasi yang dipilihnya. Seorang purser
yang memberikan informasi dengan gaya bossy hanya akan membuat
awak kabin lainnya merasa sebagai bawahan yang harus melakukan setiap perintah atasan. Namun, apabila purser menyajikan gaya
komunikasi yang lebih santai namun penuh ketegasan maka hal seperti inilah yang dirasa lebih efektif untuk memacu motivasi bawahan.
Pada saat inflight, seorang purser sebagai orang yang diberi tugas
untuk membawahi para FA harus memiliki pembawaan yang baik
sehingga dapat menjadi contoh bagi para FA. Terutama pada saat briefing
baik pre flight maupun post flight, informasi yang disampaikan
hendaknya benar-benar dipastikan dapat sampai dan dimengerti para awak kabin lainnya. Namun tidak demikian halnya pada saat di luar
briefing, seorang purser dapat lebih santai dalam bersikap bahkan boleh diselingi dengan bercanda sehingga suasana
on duty tidak menjadi kaku dan monoton.
Komunikasi yang dilakukan pada saat on duty tidak hanya dari
atasan kepada bawahan, dalam hal ini seorang purser memberitahukan kepada awak kabin lainnya untuk melakukan ini dan itu.Komunikasi juga
Universitas Sumatera Utara
terbuka bagi FA kepada purser.Pada saat briefing dan di luar briefing,
para FA boleh menyapaikan informasi kepada purser, baik berupa
pernyataan, saran, kendala atau bahkan keluhan. Kondisi semacam ini yang membuat awak kabin GA dapat selalu menjaga kesolidan tim
sehingga masalah yang mungkin saja timbul dapat di minimalisir atau
bahkan di antisipasi kemunculannya.
Selama inflight, kendala yang cukup berarti sampai sejauh ini
belum pernah dirasakan oleh F.I. Masing-masing FA biasanya sudah
mengetahui tugas dan posisi yang menjadi tanggung jawab mereka.Bagi FA yang baru bergabung, F.I selalu memulai dengan percakapan yang
sopan dan bersikap ramah-tamah sehingga anggota yang baru bergabung dapat merasakan kenyamanan pada saat bekerja.Menurut F.I untuk dapat
memberikan kenyamanan bagi para pax, hal yang terlebih dahulu harus
dilakukan adalah menciptakan kenyamanan terhada rekan sesama FA.Kalaupun ada kendala atau masalah itu hanyalah sebatas urusan
pribadi atau kebiasaan masing-masing FA yang berbeda satu sama
lainnya. Berdasarkan hasil wawancara terhadap enam orang informan yang
telah dipaparkan di atas, untuk mempermudah menganalisis data yang didapat, maka peneliti mencoba mengklasifikasikan jawaban informan
sebagai berikut : Tabel 3.4
Klasifikasi Data Informan Keterangan
H.W E.K
A.D. J
M.A S.R.
W F.I
Tahun bergabung di GA 1977 2010 2008 2011 2013 2010
Tujuan Komunikasi
To secure understanding √
√ √
√ √
√ To establish
√ √
√ √
√ √
To motivate √
√ √
√ √
√
Universitas Sumatera Utara
Strategi Komunikasi
Upward √
√ √
√ √
Downward √
Horizontal √
√ √
√ √
√
Sumber : Peneliti 2015
4.2 Pembahasan.
Berdasarkan analisis hasil dan pengamatan yang dilakukan oleh penelti, maka peneliti membuat pembahasan sebagai berikut.
Dari ke enam informan tersebut, peneliti melakukan pembahasan yang dikaitkan dengan tujuan dalam penelitian ini, yaitu untuk
mengetahui apa strategi komunikasi dan bagaimana strategi tersebut diterapkan oleh awak kabin GA sehingga mampu meraih penghargaan
The World’s Best Cabin Crew dari Skytrax tahun 2014 yang lalu. Komunikasi Organisasi
organizational communication terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal danjuga informal, dan berlangsung
dalam suatu jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok. Komunikasi organisasi seringkali melibatkan juga komunikasi diadik,
komunikasi antarpribadi dan adakalanya juga komunikasi publik. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi, yakni
komunikasi kebawah downward communication, komunikasi keatas
upward communicationdan komunikasi horizontal horizontal
communication. Sedangkan komunikasi informal tidak bergantung pada struktur organisasi, seperti komunikasi antar sejawat, juga termasuk gosip
dalam Mulyana, 2005: 75. Dalam kenyataannya masalah komunikasi senantiasa muncul
dalam proses organisasi. Bahkan boleh dikata, organisasi tanpa komunikasi ibarat sebuah mobil yang didalamnya terdapat rangkaian alat –
alat otomotif, yangterpaksa tidak berfungsi karena tidak adanya aliran
Universitas Sumatera Utara
fungsi antara satu bagian dengan bagian yang lain. Conection komunikasi
merupakan sistem aliran yang menghubungkan dan membangkitkan kinerja antar bagian dalam organisasi sehingga menghasilkan sinergi
Panuju, 2001: 1. Awak kabin GA yang sedang inflight biasanya akan dinilai
kinerjanya melalui form penilaian yang dilakukan oleh seorang purser dan
hasilnya diserahkan kepada chief.Penilaian ini menjadi landasan dalam
pembayaran bonus yang diberikan pada setiap akhir tahun. Demikian pula jika ada awak kabin yang membuat kesalahan atau pelanggaran tentu
sudah ditetapkan pula bentuk punishment atau sanksi yang diberikan
sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan oleh awak kabin yang bersangkutan. GA juga mengadakan acara
gathering, biasanya pada saat ulang tahun GA yang dihadiri oleh seluruh karyawan GA itu sendiri.
Strategi komunikasi sangat menentukan sejauh mana kita mengerahkan seluruh kekuatan dan sumber daya demi tercapainya visi dan
misi komunikasi.Startegi berguna sebagai pembimbing komunikasi untuk mencapai tujuan komunikasi. Kita ambil contoh seorang PR yang ingin
menyebarluaskan informasi tentang satu kebijakan baru dibidang perpajakan, maka dia akan diminta membuat strategi komunikasi bagi para
perumus dan pengambil kebijakan pemasaran. Bisnis komunikasi dan pemasaran sangat membutuhkan strategi komunikasi, karena melalui
strategiakan tampak rumusan tentang apa – apa yang akan diproses untuk mencapai tujuan ini.
R. Wayne Pace, Brent D. Peterson dan M. Dallas Burnett dalam bukunya,
Techniques for Effective Communication 1979, menyatakan bahwa tujuan sentral kegiatan komunikasi terdiri atas tiga tujuan utama,
yaitu : a.
to secure understanding b.
to establish acceptance c.
to motivate action
Universitas Sumatera Utara
Pertama adalah to secure understanding, memastikan bahwa
komunikan mengerti pesan yang diterimanya. Andaikata ia sudah dapat mengerti dan menerima, maka penerimaan itu harus dibina
to establish acceptance. Pada akhirnya kegiatan dimotivasikan to motivate action.
Pada saat peneliti melakukan wawancara mendalam kepada informan 1 mengenai hal tersebut di atas, maka demikian pengakuan dari
informan 1 seperti petikan wawancara berikut : “…
itu masuk di Pre Flight, inflight dan post flight. Preflight itu banyak sekali ada sekitar 90 item. Jadi mulai menyiapkan diri 12 jam sebelum
terbang. Awalnya disitu, yaa kita 12 jam sblum terbang harus tidur, fisik kuat, baik, gitu.Safety procedure, menjalani SOP yang udah ada, Iya, kita
pake Audio Visual, saya purser, yang nyampein briefing. Kalo captent briefing nya paling tentang flight information atau mengenai informasi
penerbangannya, kalo purswer briefing nya tentang safety dan service”.
Hal senada juga diungkapkan oleh informan ke lima S.R.W seperti dalam petikan wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap
beliau berikut ini : “sampai saat ini belum ada kendala yang besar, karena kita sebelum
menjalankan schedule kita akan melakukan briefing untuk persamaan persepsi dalam bekerja. Informasi dari purser dapat tersampaikan dengan
baik, selain menyampaikan tentang service dan safety, purser juga member masukan dan kritik dari pola kerja kita…”
Strategi komunikasi sudah tentu bersifat makro yang dalam prosesnya berlangsung secara
vertical piramidal. Mestinya komunikasi vertikal itu tidak hanya berlangsung dari atas ke bawah
downward communication, tetapi juga dari bawah ke atas upward communication.
Onong: 1990:32. Teori ini telah dilakukan oleh para awak kabin GA dan dibuktikan
keberhasilannya dengan dicapainya penghargaan awak kabin terbaik di tingkat dunia berdasarkan penilaian dari Skytrax pada tahun 2014 lalu.
Tujuan dari komunikasi yang dibangun yaitu to secure understanding
dilakukan oleh purser terhadap awak kabin lainnya pada saat on duty,
yaitu dengan memberikan informasi yang sejelas-jelasnya sesuia SOP yang berlaku. Purser harus memastikan bahwa pesan dari informasi yang
Universitas Sumatera Utara
disampaikan dapat diterima dengan baik oleh para FA yang sedang inflight
pada saat tertentu.Perencanaan dan pengawasan terhadap penerimaan pesan tersebut selanjutnya harus di tegakkan dan dibina sehingga pada
akhirnya pesan tersebut dapat memberikan motivasi kepada awak kabin yang sedang bertugas.
Untuk dapat mencapai keberhasilan dalam komunikasi yang dilakukan oleh para awak kabin, formasi yang berlaku pada saat
on duty adalah formasi komunikasi kebawah, hal ini dilakukan oleh purser
terhadap awak kabin lainnya sesuai tugas dan posisi masing-masing. Komunikasi
downward ini dilakukan dengan carapersuasif sehingga para FA dalam melaksanakan tugas merasa dengan senang hati menjalankan
kewajibannya pada saat inflight.Formasi komunikasi ke atas, yaitu
komunikasi FA terhadap purser juga dapat berlangsung dengan baik.
Seorang purser harus mampu mendengarkan suara dari para awak kabin
lainnya, hal ini dilakukan untuk memperkecil permasalahan atau untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh awak kabin lainnya. Penyampaian
informasi yang dilakukan FA terhadap purser dapat berupa saran, keluhan,
pernyataan ataupun pertanyaan. Sehingga keputusan yang tepat dan tindakan yang cepat dapat diambil oleh purser pada saat
inflight.Komunikasi ke atas ini tidak terbatas pelaksanaannya, artinya dapat dilakukan pada saat
pre flight briefing, on duty, atau post flight briefing.
Berikut petikan wawancara yang diungkapkan oleh informan 3 A.D.J tentang komunikasi yang dilakukannya terhadap atasannya dalam
tim terbang purser,
“..gaya komunikasi purser pada saat briefing tegas dan harus jelas, di luar briefing kami adalah rekan kerja jadi lebih santai namun
tetap berwibawa karena purser berperan sebagai atasan kami. Kalau ad aide harus disampaikan dengan jelas, bisa secara langsung ataupun via
email..”
Universitas Sumatera Utara
Hampir serupa dengan pengakuan informan 2 E.K yang berkaitan dengan komunikasi yang dilakukan kepada atasan putser, seperti pada
petikan berikut ini : “…with a good communication and language, that can be
accepted.. Formasi komunikasi berikutnya yaitu komunikasi horizontal atau
komunikasi terhadap sesama rekan kerja yang dilakukan oleh para FA
pada saat on duty.Pada setiap kali inflight, anggota awak kabin dapat
berubah sesuai situasi dan kondisi yang berlaku. Dengan kata lain untuk setiap inflight selalu dimungkinkan untuk masuknya
FA yang baru. Namun sejauh ini, diantara para
FA belum pernah terdapat kendala yang menghambat komunikasi diantara mereka.
Masih menurut pengakuan informan 2 E.K tentang komunikasi yang dilakukan terhadap sesama awak kabin tergambar pada kalimat
berikut : “..no hurt feelings with new FA, don’t judge people, invite new FA
to join with us in a dialogue…” Demikian pula seperti yang diungkapkan oleh informan 3 A.D.J
yang mengaku menjalin komunikasi dengan sesama awak kabin dengan tidak menampilkan senioritas, tetapi tetap sama dalam sebuah tim di
lingkungan kerja. Pengakuan tersebut dapat kita lihat pada petikan wawancara peneliti terhadap A.D.J berikut ini :
“ ..kita jangan jadi sok senior yang mengintimidasi junior. Mereka harus kita rangkul supaya kerja juga jadi enak, tapi tetap tegas karena
kalau terlalu santai terhadap anak baru nanti yang ada kalau mereka melakukan kesalahan gak tau itu salahnya…jadi ya kami pantau cara
kerja mereka. Kalau mereka melakukan kesalahan ya kami tegur baik- baik, tapi tidak di depan penumpang atau rekan kerja yang lain, jadi tidak
mempermalukan mereka. Atau kalau mereka mendapatkan kesulitan ya kami bantu karena kan satu tim…”
Suasana kekeluargaan juga dibangun dalam menjalin komunikasi terhadap sesama awak kabin, hal ini dapat kita lihat berdasarkan
pengakuan S.R.W berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
“..kita terbang bareng biasanya akan membentuk suasana kekeluargaan…”
Strategi yang dilakukan oleh para FAmemiliki kemiripan satu sama
lain, yaitu dengan pendekatan profesionalitas kerja. Para FA berpendapat
bahwa untuk dapat melakukan service by heart kepada para pax harus
didahului oleh kesolidan tim dan menciptakan suasana kondusif serta
sopan santun dan keramah-tamahan diantara sesama awak kabin.
82 Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tentang Strategi Komunikasi Awak Kabin Garuda Indonesia
Airlines, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
a. Para awak kabin Garuda Indonesia Airlines, khususnya yang
masih aktif sampai dengan tahun 2014 menggunakan strategi komunikasi dua arah
both side issue, dengan mengacu pada tujuan komunikasi yaitu
: to secure understanding, to establish dan to motivate action. Hal tersebut juga didukung oleh
pengakuan informan I sampai informan VI. b.
Awak kabin Garuda Indonesia Airlines dalam aktivitas inflight diketuai oleh seorang
purser yang dipilih berdasarkan usia kerja yang palin senior. Seorang
purser mempunyai tugas memberikan informasi dalam
pre flight briefing yang menyampaikan hal-hal seperti rute penerbangan, kondisi
cuaca, anggota tim awak kabin, daftar pax penumpang, dan
lain-lain dan juga pada saat post flight briefing yang
merangkum tentang keluhan atau kendala selama penerbangan berlangsung. Di dalam menyampaikan informasi ini,
informan pertama sebagai purser melakukan komunikasi dua
arah dengan formasi downward communication komunikasi
ke bawah yaitu kepada para pramugara dan pramugari dalam satu tim yang sedang
on duty. c.
Para anggota awak kabin yang terdiri dari pramugara dan pramugari
flight attendant, melakukan komunikasi dua arah dengan formasi
upward communication komunikasi ke atas, yaitu antara FA
flight attendant kepada seorang purserpada saat
pre flight briefing, post flight briefing maupun pada saat
Universitas Sumatera Utara
on duty.Sesama anggota awak kabin juga melakukan komunikasi dengan formasi horizontal
horizontal communication yaitu terhadap sesama awak kabin yang
berada dalam satu tim terbang.
5.2 Saran
Dalam sebuah penelitian tentu saja ada beberapa hal yang menjadi saran peneliti untuk keperluan yang bermanfaat dari
berbagai pihak. Untuk itu, setelah melakukan penelitian mengenai strategi komunkasiawak kabin Garuda Indonesia Airlines, ada
beberapa saran dari peneliti.
5.2.1 Saran Peneliti secara umum