Pemukiman Tepi Air Housing for people, dimana penyediaan perumahan untuk masyarakat Housing by people, dimana penyediaan perumahan untuk masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemukiman Tepi Air

Pemukiman adalah produk budaya juga ruang tempat manusia berbudaya itu sendiri, yang terus berkembang seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya kebudayaan. Pemukiman akan dengan sendirinya berkembang secara berkelanjutan selama kehidupan manusia berkembang. Pemukiman tepi sungai adalah pemukiman organisspontan meskipun pada akhirnya secara spasial pemukiman tersebut memunculkan pembentuk lingkungannya sendiri Budiharjo E., 1993. Pola penyediaan perumahanpemukiman menurut Turner dalam Yunus 1976 secara garis besar perumahan dibagi menjadi dua kelompok yaitu:

a. Housing for people, dimana penyediaan perumahan untuk masyarakat

dilakukan oleh badan pemerintah atau lembaga yang ditunjuk dan diawasi oleh pemerintah. Pada kasus di kawasan tepi sungai khususnya Indonesia pola penyediaan permukiman ini tidak pernah dilakukan.

b. Housing by people, dimana penyediaan perumahan untuk masyarakat

dilakukan sendiri oleh masyarakat tersebut secara individual maupun kelompok. Pada kasus di kawasan tepi sungai khususnya Indonesia pola penyediaan permukiman ini dilakukan bahkan tanpa pengawasan pemerintah dan penentu kebijakan lainnya. Menurut Suprijanto I 2003 secara garis besar karakteristik umum permukiman tepi sungai antara lain: Universitas Sumatera Utara a. Karena belum adanya panduan penataan permukiman yang baku, kawasan permukiman di atas air cenderung rapat dan kumuh. b. Tipologi bangunan menggunakan struktur dan konstruksi tradisional konvensional seperti rumah-rumah kayu dengan struktur sederhana. c. Karakteristik penduduk tergolong ekonomi lemah terbelakang, dengan pendidikan yang relatif terbatas sehingga pengetahuan akan perumahan sehat cenderung masih kurang. d. Dampak dari kondisi diatas terjadi kecenderungan akan berbagai kebiasaan tidak sadar lingkungan seperti: sifat mengotori dan mencemari sumber-sumber air, mencemari lingkungan yang berpengaruh terhadap air permukaan, dan memungkinkan penyebaran penyakit melalui pembuangan air limbah, Terbatasnya teknologi terapan untuk penanganan masalah-masalah di atas seperti system pembuangan air limbah, sampah pengelolaan air bersih . Pembangunan perumahanpemukiman yang sedemikian pesatnya menyebabkan banyak pertumbuhan pemukiman yang tidak teratur dan terencana dengan baik. Rumah berperan sangat penting dalam kehidupan manusia. Rumah menjadi tempat dimana nilai-nilai sebuah keluarga berlangsung, menjadi ruang dimana manusia mengekspresikan cara melakoni kehidupan, berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang-orang terdekatnya. Rumah juga dijadikan alat untuk menampilkan citra dimana nilai norma dan tradisi lebih berpengaruh dalam citra, bentuk dan ruangnya Rapoport, A. 1969. Universitas Sumatera Utara Sinulingga B 1999, mengemukakan di dalam setiap rencana kota terlihat bahwa penggunaan lahan untuk pemukiman mengambil bagian yang paling besar untuk pemukiman. Untuk menjadikan pemukiman menjadi suatu kawasan yang utuh dibutuhkan beberapa komponen didalamnya seperti: a. Adanya lahan atau tanah untuk peruntukannya dimana harga dari satuan rumah sangat berpengaruh terhadap lokasi pemukiman itu sendiri. b. Adanya sarana dan prasarana pemukiman seperti jalan lokal, saluran drainase, saluran air kotor, saluran air bersih, jaringan listrik, jaringan telepon. Sarana dan prasarana ini akan menunjang kualitas dari pemukiman c. Adanya perumahan tempat tinggal yang dibangun dalam kawasan pemukiman d. Adanya fasilitas umum dan fasilitas sosial didalamnya seperti fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan, lapangan bermain dan lain-lain. Pada umumnya masalah perumahan di kawasan perkotaan terjadi karena: a. Pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi baik berasal dari pertumbuhan alamiah maupun terjadi akibat arus urbanisasi. b. Mahalnya pembangunan rumah di kota ditunjang dengan keterbatasan lahan. c. Rendahnya kemampuan penduduk untuk tinggal dikawasan pemukiman layak huni karena keterbatasan kondisi ekonomi. Universitas Sumatera Utara d. Keterbatasan sarana dan prasarana untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat terutama masyarakat ekonomi bawah. Dalam tulisan Rapoport, A. 1969 dinyatakan, dalam suatu pemukiman terjadi hubungan antar manusia dengan manusia, dengan alam, serta manusia dengan penciptanya. Perbedaan gaya hidup dan sistim nilai yang dianut suatau masyarakat, berpengaruh besar terhadap bagaimana masyarakat itu membentuk lingkungannya. Faktor yang berperan dalam pengambilan keputusan mengenai bentuk dan pola suatu rumah meliputi faktor kultur, religi dan perilaku. Sedangkan rumah menunjukkan fungsi tertentu yaitu fungsi pertama rumah menunjukkan tempat tinggal, fungsi kedua rumah merupakan mediasi antara manusia dan dunia, fungsi ketiga, rumah merupakan arsenal, dimana manusia mendapat kekuatannya kembali. Pemukiman memiliki banyak bentuk yang khas sesuai dengan kekuatan non fisik yang tumbuh dalam masyarakatnya, antara lain berupa sistim sosial budaya, pemerintahan, tingkat pendidikan serta teknologi yang akan memberi kontribusi fisik lingkungan, Koentjaraningrat 1977 dalam Yudohusodo. Juga menurut Koentjaraningrat 1985 dalam Yudohusodo, perumahan dan pemukiman rumah dan lingkungannya sebagai ujud fisik kebudayaan physical culture merupakan hasil dari kompleks gagasan suatu sistim budaya yang tercermin pada pola aktifitas sosial masyarakat. Sejalan dengan pendapat Rapoport, A. 1969, bahwa arsitektur terbentuk dari tradisi masyarakat fork traditional merupakan bangunan yang mencerminkan secara langsung budaya masyarakat, nilai-nilai yang dianut, kebiasaan-kebiasaan, serta keinginan-keinginan masyarakat. Universitas Sumatera Utara Adapun terbentuknya suatu pemukiman didasarkan pada beberapa faktor yang dianggap dominan dalam menentukan terciptanya suatu lingkungan pemukiman. Pemukiman yang standar layak huni maupun tidak memenuhi standar muncul akibat adanya berbagai faktor yang timbul dari kemampuan masyarakat itu sendiri. Mau tidak mau, masyarakat akan membentuk suatu komunitas dan tinggal di daerah– daerah jalur hijau dan bantaran sungai, rel kereta api dan juga lahan–lahan kosong yang tidak bertuan Kelompok masyarakat yang bermukim pada suatu tempat atau ruang bukanlah merupakan komunitas jika tidak ada keterkaitan hubungan diantara mereka yang bisa terjadi secara sosial, budaya maupun ekonomi, menurut Tetuko 2001 dalam Dhenov mengatakan bahwa komunitas memiliki makna dalam tiga hal yaitu suatu kelompok yang memiliki ruang tertentu, suatu kelompok yang mempunyai sifat sama, suatu kelompok yang dibatasi oleh identitas budaya yang sama dan dibentuk dengan hubungan sosial yang sama.

2.2 Garis Sempadan Sungai