penanggulangan kebakaran khususnya perumahan diatas air Suprijanto,
2003.
2.6 Morfologi Pemukiman Tepi Sungai
Tinjauan terhadap morfologi kota pemukiman ditekankan pada bentuk fisik dari lingkungan kotapemukiman. Secara fisik yang antara lain tercermin dari pada
sistem jalan-jalan yang ada, blok-blok bangunan baik didaerah hunian ataupun bukan perdaganganindustri dan juga bangunan-bangunan individual Herbert, 1973 dalam
Saptorini. Dari hasil teori-teori dan penelitian yang telah dibuat terdahulu, maka terdapat
pola-pola atau bentuk dari pemukiman yang ada ditepi sungai disebabkan oleh perkembangan penduduk yang mendiaminya. Pola dan bentuk pemukiman tepi
sungai ini juga dipengaruhi oleh bentuk geografi dan pola bentuknya dapat diklasifikasikan Hassan, 2001 adalah:
a. Morfologi arah daratan, pemukiman ini menempati dan berkembang dari tepi sungai ke arah daratan mengikuti garis topografi sungai, di mulai dari
rumah-rumah yang di bangun pada bantaran di sepanjang muara sungai, rapat antara satu bangunan rumah dengan yang lainnya. Pola pemukiman
ini berbentuk pyramid terbalik seperti terihat pada gambar 2.3.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3 Morfologi ke Arah Daratan Sumber: Hassan, 2001
b. Morfologi arah ke air, pola pemukiman ini mengarah ke tengah sungai dan pemukiman ini didirikan diatas air sungai, berbentuk panggung.
Dasar sungai biasanya tidak terlalu dalam dan tinggi bangunan rumah umumnya antara 2,5-5 meter untuk menghindari air pasang surut. Pola
pemukiman ini berbentuk pyramid gambar 2.4.
Gambar 2.4 Morfologi ke arah air Sumber: Hassan, 2001
c. Morfologi selari, pemukiman ini terbentuk dan berkembang melalui topografi tepian sungai dan pada belakang rumah-rumah dibangun jalan
Universitas Sumatera Utara
yang terbuat dari titian kayu sejajar dengan rumah lapisan pertama tadi. Pola pemukiman ini berbentuk melengkung mengikuti topografi tepi
sungai. Terbentuknya ruang melalui proses alamiah dan organik. Tidak ada pola khusus dalam penempatan ruang pola permukiman hanya
mengikuti pola aliran sungai gambar 2.5.
Gambar 2.5 Morfologi ke arah selari Sumber: Hassan, 2001
d. Morfologi atas air, terbentuknya pemukiman ini diatas tanah di tepian sungai yang selalu terjadi pasang surut sungai atau rawa-rawa di tepi
sungai, bentuk rumah panggung terbuat dari kayu dan tata letak bangunannya tidak teratur gambar 2.6.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.6 Morfologi di atas Air Sumber: Hassan, 2001
e. Morfologi muka muara, perkembangan pemukiman ini disepanjang muara sungai dan selat diatas sungai yang mempunyai bentang kecil. Di
kedua tepian sungai dihubungkan titianjembatan kayu yang tidak mengganggu lalu lintas perahu nelayan gambar 2.7.
Gambar 2.7 Morfologi Muka Muara Sumber: Hassan, 2001
f. Morfologi gabungan, pemukiman ini terbentuk berdasarkan gabungan dua
atau lebih pola mofologi pemukiman yang diatas. Bentuk pemukiman ini sangat kompleks dan kadang-kadang sulit untuk ditentukan berpola
pemukiman apa.
Universitas Sumatera Utara
Bentuk atau pola perumahan itu sendiri terjadi atas perilaku sosial dan budaya dari masyarakat yang mendiaminya. Dari hasil Pusat Penelitian dan Pengembangan
Pemukiman di tepi air Indonesia terdapat teori-teori Suprijanto, 2002 antara lain: a. Sejarah awal keberadaan lingkungan perumahanpemukiman di kota tepi
sungai dapat dibedakan atas 2 dua kronologis, yaitu: 1. Perkembangan yang dimulai oleh kedatangan sekelompok etnis
tertentu di suatu lokasi di tepi sungai, yang kemudian menetap dan berkembang secara turun temurun membentuk suatu komunitas serta
cenderung bersifat sangat hemogen, tertutup dan mengembangkan tradisi dan nilai-nilai tertentu, yang pada akhirnya merupakan karakter
dan ciri khas pemukiman tersebut. 2. Perkembangan sebagai daerah alternatif pemukiman, karena
peningkatan arus urbanisasi, yang berakibat menjadi kawasan liar dan kumuh perkotaan.
b. Tahapan perkembangan kawasan pemukiman kota tepi sungai adalah: 1. Tahap awal ditandai oleh dominasi pelayanan kawasan perairan
sebagai sumber air untuk keperluan hidup masyarakat kota masih merupakan suatu kelompok pemukiman di tepi sungai dan di atas air.
2. Ketika kota membutuhkan komunikasi dengan lokasi lainnya kepentingan perdagangan maka kawasan perairan merupakan
prasarana transportasi dan dapat diduga perkembangan fisik kota yang cenderung memanjang di tepi sungai linier.
Universitas Sumatera Utara
3. Perkembangan selanjutnya ditandai dengan semakin kompleksnya kegiatan fungsional sehingga intensitas kegiatan di sekitar perairan
makin tinggi. Jaringan jalan raya menawarkan lebih banyak kesempatan mengembangkan kegiatan. Walaupun begitu, jenis fungsi
perairan tidak berarti mengalami penurunan, bahkan mengalami peningkatan makin beragam.
c. Kawasan pemukiman diatas air cenderung rapat kepadatan bangunan tinggi dan jarak antar bangunan rapat dan kumuh tidak teratur, kotor,
dan lain-lain. Dominasi kawasan perumahanpemukiman nelayan, yang umumnya kumuh dan belum tertata.
d. Pola pemukiman di pengaruhi oleh keadaan topografi, dibedakan atas 3 tiga, yaitu daerah perbukitan cenderung mengikuti kontur tanah, daerah
relatif datar dan cenderung memiliki pola relatif teratur, yaitu pola grid atau linear dengan tata letak banguan berada di kiri kanan jalan atau linier
sejajar dengan mengikuti garis tepi sungai, daerah atas air pada umumnya cenderung memiliki pola cluster, yang tidak teratur dan
organik. pada daerah-daerah yang telah ditata umumnya menggunakan pola grid atau linier sejajar garis badan sungai.
e. Orientasi bangunan semula umumnya menghadap perairan sesuai dengan orientasi kegiatan berbasiskan perairan. Perkembangan selanjutnya
orientasi kegiatan ke darat semakin meningkat bahkan lebih dominan, maka orientasi bangunan cenderung menghadap ke arah darat dan lebih
mempertimbangkan aspek fungsional dan aksesblitas.
Universitas Sumatera Utara
Disini dibedakan antara tipologi pemukiman nelayan dan pemukiman tepi sungai, antara lain:
a. Tipologi pemukiman nelayan, yaitu terletak di luar area antara garis pasang tertinggi dan terendah, mata pencaharian masyarakat dan atau
yang terkait dengan nelayan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan tertinggi permukaan tanah dan air laut relatif sama sehingga banyak jaringan
sanitasi dan drainase yang tak berfungsi, air bersih sangat terbatas, penyusutan dini komponen lingkungan terbangun oleh iklim, terbatasnya
lahan untuk prasarana dan sarana dasar, fungsi ruang tumpang tindih karena aktifitas yang padat, tingkat pendapatan tidak menentu, kesadaran
masyarakat terhadap pengelolaan lingkungan rendah. b. Tipologi pemukiman tepi sungai, yaitu terletak di luar garis sempadan
sungai baik yang bertanggul maupun tidak, mata pencaharian masyarakat tidak hanya nelayan. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya prasarana dan
sarana dasar dan lahan untuk prasarana dan sarana dasar, eksplotasi pemanfaatan ruang dalam dan luar secara berlebihan, tingkat pendapatan
rendah, kesadaran masyarakat terhadap lingkungan rendah, aksesibilitas terhadap pengadaan prasarana dan sarana dasar terbatas.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN