16 Berdasarkan berbagai artian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
studio merupakan tempat di mana seniman atau pekerja seni dalam berbagai bidang melakukan pekerjaannya.
Setelah mengerti berbagai makna dari kata rekaman, audio, dan studio maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perekaman audio di studio merupakan
suatu kegiatan pengabadian gelombang suara yang dapat didengar oleh manusia dalam ferkuensi 20
– 20 KHz di dalam suatu tempat khusus yang biasa disebut studio.
Pelaksanaan pembelajaran di sekolah haruslah terpacu pada silabus yang ada. Dalam silabus dijelaskan berbagai kompetensi dasar yang
diperlukan sebagai acuan akan materi pembelajaran maupun proses belajar mengajar itu sendiri. Berikut adalah berbagai kompetensi dasar yang terdapat
pada silabus standar kompetensi membuat rekaman audio di studio. Tabel 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Membuat Rekaman
Audio di Studio
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Membuat Rekaman Audio di
Studio.
Semester 2
1. Menjelaskan proses duplikasi. 2. Mengoperasikan peralatan rekam.
3. Merawat peralatan rekam. 4. Melacak gangguan kerja sistem.
B. Kajian Penelitian Yang Relevan
1. Skripsi M. Fatih Annafi’ 2014, Pengembangan Modul Pembelajaran Kerja
Bengkel Elektronika Berbasis Problem Solving Kelas X Kompetensi Keahlian
Teknik Mekatronika di SMK Ki Ageng Pemanahan Bantul Hasil penelitian ini berupa modul pembelajaran kerja bengkel elektronika
dengan basis problem solving yang memberikan permasalahan-permasalahan dalam kerja bengkel elektronika. Prosedur pengembangan melalui beberapa
tahap, yaitu 1 tahap studi pendahuluan, 2 tahap pengembangan, 3 tahap uji coba lapangan dan 4 tahap desiminasi.
17 Hasil tahap studi pendahuluan adalah deskripsi analisis terhadap
penggunaan bahan ajar dan kegiatan belajar mengajar. Hasil tahap pengembangan adalah draft modul dan hasil evaluasi dari ahli materi dan ahli
media. Hasil tahap uji coba lapangan adalah tentang keterbacaan modul dan fisibilitas modul dalam proses pembelajaran. Hasil tahap diseminasi adalah
penyebaran draft modul terbatas di lingkungan SMK Ki Ageng Pemanahan Bantul untuk kelas X Kompetensi Keahlian Teknik Mekatronika.
Fisibilitas modul pembelajaran ini ditinjau dari segi materi meliputi aspek self-instructional, aspek self-contained, aspek stand alone, aspek adaptive,
aspek user friendly termasuk dalam kategori sangat layak dengan perolehan skor rerata 3,26 dengan presentase rata-rata 81,5.
Fisibilitas modul pembelajaran ini ditinjau dari segi media meliputi aspek format, aspek organisasi, aspek daya tarik, aspek bentuk dan ukuran huruf,
aspek ruang spasi kosong, aspek konsistensi termasuk dalam kategori layakfisibel dengan perolehan skor rerata 2,96 dengan presentase rata-rata
74. Fisibilitas modul pembelajaran ini dari segi keterbacaan termasuk dalam kategori sangat layak dengan perolehan skor rerata 3,35 dengan presentase
rata-rata 83,75. Sedangkan ditinjau dari segi pembelajaran menggunakan modul termasuk dalam kategori sangat layak dengan perolehan skor rerata
3,32 dengan presentase rata-rata 83. Dalam penelitian ini mengalami keterbatasan seperti materi yang
disampaikan dalam kegiatan uji coba lapangan hanya satu kegiatan pembelajaran guna mewakili seluruh kegiatan pembelajaran. Selain itu
diseminasi draft modul terbatas hanya untuk siswa kelas X Kompetensi Keahlian Mekatronika SMK Ki Ageng Pemanahan. Penelitian hanya dalam segi
fisibilitas modul pembelajaran, belum meneliti efektifitas modul pembelajaran terhadap pencapaian kompetensi siswa.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti memberikan saran bahwa guru sebaiknya berkreasi mengembangkan bahan ajar sesuai dengan kebutuhan
peserta didik khususnya modul pembelajaran yang bisa digunakan untuk belajar siswa secara mandiri.
18 Selain itu, penelitian hanya sebatas pada fisibilitas modul saja, sehingga
untuk penelitian selanjutnya dapat dikembangkan lebih lanjut bagaimana tingkat keefektifan modul terhadap pencapaian kompetensi siswa dalam
kegiatan pembelajaran. 2. Skripsi Muhammad Firda Husain 2014, Pengembangan Modul Dasar-Dasar
Teknik Digital Pada Mata Pelajaran Dasar-Dasar Teknik Digital DDTD Kelas X Teknik Audio Video di SMK Negeri 3 Yogyakarta
Hasil penelitian ini berupa modul dasar-dasar teknik digital yang prosedur pengembangannya melalui beberapa tahap, yaitu 1 tahap menentukan
kebutuhan materi yang dimuat dalam modul, 2 tahap merancang modul dalam tahap draf awal, 3 tahap mengembangkan modul yang telah disusun
dengan pertimbangan para ahli. Tahapan-tahapan tersebut mengacu pada model pengembangan Four-D oleh Thiagarajan dan Semmel yaitu define,
design, develop, disseminate dengan modifikasi tanpa tahap disseminate. Hasil penilaian tingkat kelayakan modul yang dilakukan oleh ahli materi
memperoleh tingkat kelayakan 79,41 dengan kategori sangat layak. Sedangkan oleh ahli media memperoleh tingkat kelayakan 80,83
dengan kategori sangat layak. Penilaian tingkat kelayakan oleh guru pengampu mata pelajaran adalah 84,87 dengan kategori sangat layak. Sedangkan
respon terhadap tampilan modul oleh peserta didik kelas X AV 1 dan X AV 2 di SMK Negeri 3 Yogyakarta sebesar 83,63 dengan kategori sangat layak.
Sehingga menunjukkan bahwa modul ini layak dan telah sesuai untuk digunakan sebagai media pembelajaran peserta didik di SMK Negeri 3
Yogyakarta. Dalam penelitian ini mengalami keterbatasan seperti muatan materi yang
masih perlu dikembangkan lebih lanjut, belum dilakukan tahap penyebaran yang lebih luas disseminate, dan belum dilakukan efektifitas penggunaan
modul. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti memberikan saran bahwa
peneliti untuk mengembangkan muatan materi dengan memperhatikan kurikulum yang telah disesuaikan, melakukan tahap penyebaran yang lebih
luas disseminate agar modul lebih bermanfaat tidak hanya pada satu lingkup sekolah saja, serta melakukan uji efektifitas penggunaan modul sehingga dapat
diketahui bagian modul yang harus diperbaiki guna menunjang kegiatan belajar peserta didik.
19 3. Skripsi
Endah Widiyanti Swasono
2010, Pengembangan
Modul Pembelajaran Mengolah Data dengan Microsoft Access 2003 Pada Mata
Pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi di SMK Negeri 2 Sukoharjo.
Hasil penelitian ini berupa modul pembelajaran mengolah data dengan Microsoft Access yang prosedur pengembangannya melalui beberapa tahap,
yaitu 1 tahap melakukan analisis kebutuhan terhadap silabus dan RPP dilakukan bersama guru mata pelajaran KKPI untuk mengetahui kebutuhan
akan modul pembelajaran, 2 tahap mengembangkan produk dengan menyusun modul pembelajaran berdasarkan pedoman pembuatan modul.
Kelayakan modul pembelajaran ini sebagai media pembelajaran diperoleh dari hasil validasi ahli dan uji coba kelompok kecil. Validasi ahli
dilakukan oleh ahli materi dan ahli media dengan kategori penilaian layak atau tidak layak. Ahli materi menilai modul pembelajaran ini termasuk dalam
kategori layak dengan presentase 100 sedangkan ahli media menilai modul pembelajaran ini dalam kategori layak dengan presentase 100.
Uji coba lapangan skala kecil dilakukan oleh 12 siswa dengan kategori penilaian sangat layak, layak, kurang layak atau tidak layak. Modul
pembelajaran ini termasuk dalam kategori sangat layak dengan presentase 16,67 dan presentase 83,33 termasuk kategori layak. Berdasarkan ketiga
hasil pengujian tersebut dapat diartikan bahwa modul pembelajaran ini layak untuk digunakan sebagai media pembelajaran di SMK Negeri 2 Sukoharjo.
Hasil uji-t menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan, antara hasil praktikum siswa yang menggunakan modul pembelajaran dengan yang tidak
menggunakan. Kelas yang menggunakan modul pembelajaran seluruh siswanya sudah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum KKM dengan nilai
tertinggi sebesar 95,8, nilai terendah sebesar 85,0 dan rata-rata nilai siswa adalah 90,618. Dengan demikian modul pembelajaran ini efektif untuk
digunakan sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada kompetensi mengolah data aplikasi, mata pelajaran KKPI di SMK
Negeri 2 Sukoharjo.
20
C. Kerangka Pikir