1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penerapan metode pembelajaran yang masih bersifat konvensional sangat membatasi interaksi antara siswa dengan guru mata pelajaran. Valega
Kompasiana.com, 2012 mengatakan ada beberapa dampak negatif dari penggunaan sesi ceramah. Pertama, siswa akan lebih mudah merasa
mengantuk akibat kebosanan. Kedua, siswa lebih sering menggantungkan diri kepada orang lain karena mereka merasa bahwa ilmu sudah tersedia dan tidak
perlu mencari sendiri lagi. Ketiga, tidak terwujudnya interaksi yang akrab antara guru dengan murid. Disamping itu, Wardaningrum Kompasiana.com, 2014 juga
mengatakan ada 4 T yang dapat membunuh semangat belajar, yaitu teacher talk ceramah, text book, task analysis, dan tracking. Teacher talk ceramah
dianggap sebagai penyebab rendahnya minat belajar peserta didik. Text book sebaiknya digunakan untuk sebatas memahami konsepnya saja dan selanjutnya
membiarkan peserta didik mengkreasikan dan mengaplikasikannya dengan eksperimen dan analisisnya sendiri. Task analysis dianggap menyita waktu
peserta didik karena bentuk kegiatan evaluasinya hanya melalui LKS saja. Tracking pengelompokan yang dilakukan sekolah secara tidak langsung dapat
mempengaruhi psikologis peserta didik. Kurangnya inovasi pembelajaran yang diterapkan guru dalam kelas
membuat aktivitas belajar siswa kurang maksimal. Laila Kompasiana.com, 2010 mengatakan inovasi-inovasi dalam pembelajaran selalu dibutuhkan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran dan membantu meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar. Inovasi pembelajaran itu sendiri merupakan suatu kebaruan
2 dalam proses pembelajaran dengan menggunakan berbagai metode,
pendekatan, sarana, dan suasana yang mendukung untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Pembelajaran harus menghasilkan proses belajar dan harus dapat
mengaktifkan siswa untuk terlibat berfikir agar otak terus berkembang. Pembelajaran dikatakan mencapai titik optimal ketika guru dan siswa mempunyai
intensitas belajar yang tinggi dalam waktu yang bersamaan. Pengamatan yang dilakukan di kelas X Listrik B SMK N 2 Wonosari pada
semester ganjil tahun ajaran 20132014 memperlihatkan bahwa keaktifan siswa masih kurang. Ada sebagian siswa yang cukup antusias dengan memperhatikan
dan mencatat apa yang disampaikan guru terutama siswa yang duduk di bangku paling depan. Sedangkan mereka yang duduk dibelakangnya kurang
memperhatikan materi yang disampaikan. Siswa juga tidak membaca buku-buku pelajaran dan modul yang sudah disiapkan guru untuk menunjang pembelajaran.
Ketika guru memberikan pekerjaan rumah, siswa tidak mengerjakannya di rumah. Mereka cenderung mengerjakan pekerjaan rumah di sekolah dan banyak
dari mereka mengandalkan jawaban teman. Siswa juga terlihat malas untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya. Siswa seringkali mengabaikan tugas
yang diberikan guru saat selesai menjelaskan materi pembelajaran. Hasilnya siswa menjadi cepat bosan dan pasif dalam pembelajaran. Kondisi seperti inilah
yang menunjukkan kurangnya kemandirian belajar siswa terutama dalam pembelajaran Dasar dan Pengukuran Listrik.
Data analisis hasil ulangan pembelajaran Dasar dan Pengukuran Listrik kelas X Listrik B SMK N 2 Wonosari semester ganjil tahun 20132014
menunjukkan bahwa siswa yang belum tuntas pada ulangan harian mendiskripsikan konsep pengukuran besaran-besaran listrik sebanyak 25 siswa
3 atau mencapai 78,13. SMK N 2 Wonosari menetapkan Kriteria Ketuntasan
Minimal KKM sebesar 76 pada mata pelajaran Dasar dan Pengukuran Listrik. Lebih dari 75 siswa belum tuntas dari hasil nilai ulangan hariannya. Dengan
banyaknya siswa yang belum tuntas menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah pada siswa kelas X Listrik B SMK N 2 Wonosari masih
rendah. Berdasarkan uraian sebelumnya, metode mempunyai peranan penting
untuk memberdayakan siswa dalam pembelajaran. Aktivitas yang dilakukan siswa sangat tergantung dari metode pembelajaran yang diterapkan guru dalam
mengajar. Salah satu penyebab kurangnya kemandirian belajar dan kemampuan pemecahan masalah siswa adalah penerapan metode pembelajaran yang masih
bersifat konvensional. Dari realitas di lapangan sampai saat ini metode konvensional masih banyak diterapkan padahal banyak responden berpendapat
bahwa metode konvensional bedampak tidak baik bagi aktivitas belajar siswa. Salah satu dampak dari penerapan metode konvensional di SMK N 2 Wonosari
adalah kurangnya kemandirian belajar dan kemampuan pemecahan masalah siswa. Berawal dari permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Peningkatan kemandirian Belajar dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Melalui Metode Discovery Learning pada Siswa
Kelas X Teknik Instalasi Tenaga Listrik SMK N 2 Wonosari.”
B. Identifikasi Masalah