18 5 Berperilaku berdasarkan inisiatif sendiri, dan 6 Melakukan kontrol diri. Dari
aspek dan indikator kemandirian belajar yang dijelaskan di atas maka peneliti menentukan indikator-indikator kemandirian belajar siswa yang nantinya akan
diuraikan berdasarkan perilaku siswa saat pelaksanaan metode Discovery Learning. Indikator-indikator kemandirian belajar pada penelitian ini antara lain:
ketidaktergantungan terhadap orang lain, memiliki inisiatif, percaya diri, kesungguhan belajar, dan berperilaku disiplin.
4. Kemampuan Pemecahan Masalah
Situasi apapun dapat memicu timbulnya permasalahan. Permasalahan yang muncul tidak hanya dalam ruang lingkup pembelajaran, namun tidak
terlepas dari kehidupan sehari hari. Reys, dkk. 1998:70 berpendapat bahwa “a
problem involves a situation in which a person wants something and does not known immediately want to do to get it.
” Artinya, permasalahan dapat terjadi pada kondisi saat seseorang menginginkan sesuatu dan tidak mengetahui apa
yang harus dilakukan. Lebih lanjut Kennedy 2008:115 juga menjelaskan “a
problem is a situation that has no immediate solution or known solution strategy .”
Artinya bahwa permasalahan akan berkembang jika tidak segera dipecahkan ataupun ditemukan strategi penyelesaiannya. Permasalahan yang muncul dalam
pembelajaran dapat disebabkan oleh berbagai komponen. Seperti pemaparan Sujarwo dalam Suryosubroto 2009:188 yang menjelaskan bahwa terdapat
berbagai komponen penyebab permasalahan dalam proses pembelajaran. Komponen-komponen tersebut adalah kemampuan pendidik dalam pengajaran,
pihak yang diberi materi pembelajaran, bahan yang diajarkan, strategi atau metode pembelajaran, sarana dan prasarana, serta sistem evaluasi yang
diterapkan. Dari uraian yang telah dijelaskan dapat diambil kesimpulan bahwa
19 permasalahan
disebabkan oleh
komponen-komponen pembelajaran.
Permasalah yang timbul dalam pembelajaran diperlukan suatu proses untuk menyelesaikannya agar tidak menjadi faktor penyebab munculnya permasalahan
lain. Definisi pemecahan masalah seperti yang dijelaskan Wena 2009:52
adalah melakukan operasi prosedural urutan tindakan, tahap demi tahap secara sistematis, sebagai seorang pemula novice memecahkan suatu masalah. Lebih
lanjut beliau menjelaskan bahwa pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan
dalam upaya mengatasi situasi yang baru. Pemecahan masalah tidak hanya sekedar sebagai bentuk kemampuan menerapkan aturan-aturan yang telah
dikuasai melalui kegiatan-kegiatan belajar yang telah dilaksanakan, namun merupakan proses untuk mendapatkan aturan pada tingkat yang lebih tinggi.
Definisi tentang pemecahan masalah juga dijelaskan Mulyanto 2008:12 bahwa pemecahan masalah adalah sebuah proses dimana suatu situasi diamati
kemudian bila ditemukan ada masalah dibuat penyelesaiannya dengan cara menentukan masalah, mengurangi atau menghilangkan masalah atau mencegah
masalah tersebut terjadi. Dari pemaparan pentingnya pemecahan masalah diatas, kemampuan pemecahan masalah siswa perlu dikebangkan untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Dari pemaparan tentang pemecahan masalah di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa
adalah proses untuk menemukan solusi dari permasalahan pembelajaran yang dihadapi siswa.
Kemampuan pemecahan masalah yang baik hendaknya dilakukan dengan cara yang sistematis. Seperti pendapat Syah 2011:127 bahwa belajar
20 pemecahan masalah adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau
berfikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Selain itu, beberapa ahli juga memaparkan langkah-langkah dalam memecahkan masalah agar pemecahan
masalah dapat dilakukan secara sistematis. Kauchak, dkk. 2009:250 menyebutkan ada lima langkah dalam proses pemecahan masalah, yaitu: 1
Mengidentifikasi permasalahan; 2 Menegaskan masalah; 3 Memilih sebuah strategi untuk memecahkan masalah tersebut; 4 Melaksanakan strategi yang
telah dipilih; 5 Mengevaluasi hasil pemecahan masalah. Hal senada juga diungkapkan Santrock 2008:371-373 yang mendefinisikan langkah-langkah
pemecahan masalah sebagai berikut: 1 Mencari dan memahami masalah. 2 Menyusun strategi pemecahan masalah yang baik. 3 Mengeksplorasi solusi. 4
Memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu. Langkah pertama yang harus dilakukan dalam pemecahan masalah adalah
mencari titik awal permasalahan yang terjadi dan memahami masalah tersebut. Dalam tahap ini siswa diberikan kesempatan untuk menemukan dan memahami
problem untuk dipecahkan. Setelah siswa menemukan masalah dan mendefinisikannya secara jelas, mereka perlu menyusun strategi pemecahan
masalahnya. Strategi untuk memecahkan masalah dapat dilakukan dengan menentukan subtujuan, menggunakan algoritma atau rumus, dan mengandalkan
heuristik analisis cara-tujuan. Setelah kita menganggap telah memecahkan suatu masalah, langkah selanjutnya adalah mengevaluasi apakah solusi yang
kita capai efektif atau tidak. Siswa bisa menjadikan masalah tersebut sebagai umpan balik untuk meningkatkan kinerjanya dalam memecahkan masalah
selanjutnya.
21 Tahap-tahap sistematis dalam pemecahan masalah juga dijelaskan oleh
Polya yang berpendapat ada 4 tahap pemecahan masalah. “George Polya proposed the following four steps that are generally
recognizad as essential to all successful problem solving: 1 Getting to know the problem; seeing what is given and understanding what is asked. 2 Divising a
plan; figuring out what to do. 3 Carrying out the plan; doing it. 4 Looking back; evaluation the solution
.” Paige, 1982:3 Maksud dari pendapat diatas adalah Polya mendefinisikan empat tahap
yang perlu digunakan untuk memecahkan masalah, yaitu 1 Memahami masalah dengan mendefinisikan informasi yang diketahui dan ditanyakan; 2
Merencanakan penyelesaian masalah; 3 Melaksanakan penyelesaian masalah; dan Meneliti kembali, serta menafsirkan solusi. Senada dengan hal tersebut,
Kramers dalam Wena 2009:60 juga memaparkan tahapan operasional pemecahan masalah sistematis yaitu, 1 Memahami masalah; 2 Membuat
rencana penyelesaian; 3 Melaksanakan rencana penyelesaian; 4 Memeriksa kembali, mengecek hasilnya.
Lebih lanjut Giancoli dalam Wena 2009:63 menjelaskan prosedur pemecahan masalah secara sistematis adalah sebagai berikut:
a Baca masalah secara menyeluruh dan hati-hati dalam sebelum mencoba memecahkannya.
b Tulis apa yang diketahui atau apa yang diberikan, kemudian tuliskan apa yang ditanyakan.
c Pikirkan tentang prinsip, definisi, atau rumus yang berkaitan. Sebelum mengerjakan yakinkan bahwa prinsip, definisi, atau persamaan tersebut valid
dan benar. d Pikirkan dengan hati-hati hasil yang diperoleh, apakah masuk akal atau
tidak.
22 e Suatu hal yang sangat penting adalah perhatikan satuan, serta cek
penyelesaiannya. Langkah-langkah untuk memecahkan permasalahan yang berupa soal
tes yang diberikan kepada siswa juga tidak lepas dari langkah-langkah yang dijelaskan oleh para ahli di atas. Dalam penelitian ini peneliti menetapkan empat
indikator kemampuan pemecahan masalah siswa, yaitu memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan
solusikesimpulan. Dalam indikator memahami masalah terdapat dua aspek, yaitu mengidentifikasi informasi yang diketahui soal dan mengidentifikasi
informasi yang ditanyakan. Dalam indikator merencanakan pemecahan masalah terdapat aspek menggunakan rumus atau dasar perhitungan yang sesuai. Dalam
indikator menyelesaikan masalah terdapat dua aspek, yaitu mensubstitusikan nilai yang diketahui dalam rumus dan menghitung penyelesaian. Indikator
tersebut dibuat dengan tujuan agar siswa dapat memecahkan permasalahan dari soal yang diberikan secara sistematis berdasarkan langkah-langkah pemecahan
masalah yang telah dijelaskan.
5. Pembelajaran Dasar dan Pengukuran Listrik