Teori Fungsionalisme Teori Semiotik

2.3.1 Teori Fungsionalisme

Teori fungsionalisme adalah salah satu teori yang dipergunakan dalam ilmu sosial, yang menekankan pada saling ketergantungan antara institusi-institusi pranata-pranata dan kebiasaan-kebiasaan pada masyarakat tertentu. Teori fungsionalisme dalam ilmu Antropologi mulai dikembangkan oleh seorang pakar yaitu Bronislaw Malinowski 1884-1942. Dalam Warsani 1978:111, Malinowski mengemukakan, “Setiap kebudayaan yang hidup merupakan kesatuan yang menjalankan fungsi-fungsi tertentu, tidak ubahnya sebagai suatu tubuh yang hidup dimana setiap bahagian mempunyai fungsi yang berhubungan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan tidak dapat dipelajari dan dipahami, kalau tidak dihubungkan dengan kebudayaan sebagai keseluruhan”. Malinowski beranggapan bahwa setiap unsur kebudayaan memiliki fungsi dan tujuan yang berbeda, tetapi saling berhubungan satu sama lain. Beliau menjelaskan bahwa semua unsur kebudayaan bermanfaat bagi masyarakat dimana unsur itu terdapat. Dengan kata lain, pandangan fungsionalisme terhadap kebudayaan mempertahankan bahwa setiap pola kelakuan yang sudah menjadi kebiasaan, setiap kepercayaan dan sikap merupakan bagian dari kebudayaan dalam suatu masyarakat, memenuhi beberapa fungsi mendasar dalam kebudayaan yang bersangkutan. Penulis menerapkan teori ini karena penulis ingin melihat bahwa arak putih memiliki fungsi yang saling mendukung dalam beberapa budaya masyarakat Tionghoa. Dimana arak putih itu memiliki fungsi yang bermacam-macam terhadap budaya Cina yaitu sebagai salah satu sajian dalam memperingati kematian leluhur, sajian di dalam upacara perkawinan, sebagai obat tradisional, untuk etika dalam bisnis Cina, membawa sukacita, melupakan kekhawatiran, memperpanjang usia, pelunak makanan yang dibakar. Dan pada dasarnya penulis ingin melihat fungsi sebagai obat dalam budaya masyarakat Tionghoa.

2.3.2 Teori Semiotik

Dalam membahas makna arak putih bagi masyarakat Tionghoa secara lebih mendetail, penulis menggunakan teori Semiotik yang dikemukakan oleh Roland Barthes. Semiotik berasal dari kata Yunani, yaitu Semeion yang berarti tanda. Semiotik adalah model penelitian sastra dengan memperhatikan tanda-tanda. Tanda tersebut dianggap mewakili sesuatu objek secara representative. Istilah semiotik sering digunakan dengan istilah semiologi. Istilah pertama merujuk pada sebuah disiplin sedangkan istilah kedua merujuk pada ilmu tentangnya. Baik semiotik atau semiologi sering digunakan bersama-sama, tergantung dimana istilah itu popular. Endaswara, 2008:64 Menurut Barthes Kusumarini, 2006, denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti. Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Oleh karena itu, penulis juga menggunakan teori semiotik untuk membahas makna arak putih terhadap masyarakat Tionghoa.

BAB III METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan langkah atau tahapan yang dilakukan dalam sebuah penelitian. Tahapan tersebut diawali dengan menggunakan sebuah pendekatan sampai pada teknik pengumpulan data serta teknik analisis data. Pendekatan sering disamakan dengan metode. Jika ditelusuri lebih jauh maka pendekatan akan lebih dekat dengan pembicaraan suatu ilmu, sedangkan metode mengarah pada teknik pengumpulan dan penganalisisan data. Menurut Djajasudarma 1993:3, metode penelitian merupakan alat, prosedur dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan penelitian dalam menggunakan data. Penelitian fungsi dan makna arak putih Cina pada masyarakat Tionghoa menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada kualitas data atau kedalaman data yang diperoleh. Kedalaman data yang dimaksud yaitu dimana peneliti mengejar dan mencoba mencari kedalaman data untuk mendapatkan jawaban tentang kondisi penelitian. Penelitian ini bersifat deskriptif, bertujuan menjelaskan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan gejala atau kelompok tertentu dan untuk menentukan frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala lain dalam masyarakat. Adapun beberapa tahapan yang dilakukan dalam metode penelitian ini adalah :