Makna Arak Putih .1 Makna Spiritual

turun-temurun. Hal tersebut mendasar pada suatu keseimbangan perilaku masyarakat Tionghoa secara horizontal. 5.2 Makna Arak Putih 5.2.1 Makna Spiritual Spiritual adalah suatu hal yang berhubungan dengan kejiwaan rohani atau batin. Hal ini berhubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta, tergantung dengan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat. Masyarakat Tionghoa adalah masyarakat yang masih sangat meyakini atau mempercayai hal-hal yang berhubungan dengan spiritual. Spiritual dari setiap individu dipengaruhi oleh budaya, perkembangan dan konsepnya tentang kehidupan. Budaya masyarakat Tionghoa dipengaruhi oleh kekuatan spiritual yang kuat. Hal ini dapat kita temui pada praktek penyembahan terhadap dewa dan leluhur yang dilakukan hingga saat ini. Masyarakat Tionghoa di Kota Medan melakukan doa dan penyembahan terhadap dewa dan leluhur pada saat upacara atau sembahyang. Hal tersebut telah mendasar pada suatu keseimbangan perilaku masyarakat Tionghoa yang melaksanakan sembahyang. Keseimbangan secara vertikal, masyarakat Tionghoa melakukan sembahyang untuk memohon keselamatan pada dewa dan leluhur. Keseimbangan secara horizontal yaitu supaya manusia dapat menjaga keseimbangan alam yang terwujud oleh Yin dan Yang. Pada umumnya masyarakat Tionghoa saat melakukan sembahyang tampak kebiasaan untuk menyediakan sesajian kepada dewa dan leluhur. Sesajian itu berupa air air mineral, teh dan arak, kue-kue, buah-buahan seperti : pisang, jeruk, apel, nenas dan lain-lain. Sajian yang dipersembahkan dalam persembahyangan merupakan simbolis atau sebagai lambang. Setiap sajian yang dipersembahkan mengandung nilai-nilai luhur atau petuah dari leluhur yang pada masa lalu tidak dipaparkan secara nyata. Dalam sesajian tersebut salah satu arak yang dipakai adalah arak putih. Arak putih terdapat dalam cawan atau cangkir kecil yang selalu tersaji dalam altar dianggap sebagai simbol pengorbanan. Arak putih menandakan kesucian. Melalui hasil wawancara peneliti dengan beberapa informan diketahui bahwa pada saat ini masyarakat Tionghoa di Medan menggunakan arak putih tidak secara terus-menerus. Masyarakat Tionghoa menggunakan arak putih hanya pada waktu tertentu saja yaitu pada saat upacara kematian, memperingati hari ulangtahun leluhur dan tahun baru. Hal ini dikarenakan, adanya larangan dari pemerintahan terhadap minuman keras termasuk arak putih. Alasan lain yang membuat arak putih sulit didapatkan adalah harganya mahal. Peneliti mendatangi sebuah tempat Yayasan Balai Persemayaman Angsapura yang berada di di Jln. Waja No. 3-4, Medan. Di tempat tersebut terdapat masyarakat Tionghoa sedang melakukan upacara kematian. Dari beberapa masyarakat Tionghoa yang melakukan upacara tersebut, mereka menyediakan beberapa sajian terhadap dewa dan leluhur. Gambar 5.2 Sesajian persembahan Gambar di atas terdapat beberapa sajian yang telah ada di depan altar persembahan kepada dewa. Di dalam gambar terdapat tiga mangkuk merah. Salah satu yang ada di dalam mangkuk merah tersebut adalah arak putih, dan yang dua lagi adalah teh dan air mineral. Agar terlihat lebih jelas, sebuah lingkaran yang terlihat dalam gambar itu adalah arak putih, sedangkan di sebelah lingkaran kanan adalah teh dan di sebelah lingkaran kiri adalah air mineral. Adanya persembahan sesajian arak putih tersebut karena masyarakat Tionghoa mempercayai para dewa atau leluhur suka atau gemar terhadap minuman tersebut yang dapat membawa kegembiraan luar biasa. Masyarakat Tionghoa meyakini arak putih sebagai minuman rohani yang dapat mencapai kemampuan supranatural. Makna yang terdapat dalam arak putih tersebut adalah sebuah bentuk penghormatan terhadap dewa dan leluhur. Penghormatan terhadap dewa dan leluhur yang didasari atas kepercayaan yang mempunyai tujuan supaya para leluhur melindungi keturunannya serta meminta pertolongan saat diminta. BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan