II-10
7. Hutan RawaGambut 8. Hutan Tanaman
9. Kebun dan Tanaman Campuran Tahunan dan Semusim 10. Kolam Air AsinPayau
11. Lahan Terbuka 12. Lahan Terbuka Diusahakan
13. Perkebunan 14. Rawa Pedalaman
15. Rawa Pesisir 16. Sabana
17. Semak dan Belukar 18. Sungai
19. Tanaman Semusim Lahan Basah 20. Tanaman Semusim Lahan Kering
21. Waduk dan Danau Buatan
Peta ekoregion dan peta liputan lahan menjadi peta input dalam proses penyusunan peta daya dukung lingkungan berbasis jasa ekosistem.
2. Penilaian Peran Ekoregion dan Liputan Lahan Terhadap Jasa Ekosistem
dengan Metode Expert Based Valuation
Perolehan data untuk penyusunan peta daya dukung dan daya tampung lingkungan berbasis jasa ekosistem dilakukan dengan metode expert based
valuation yaitu penilaian peran masing-masing jenis tipe liputan lahan dan ekoregion yang dilakukan oleh sejumlah pakar yang berkompeten di bidangnya.
Metode expert based valuation pada dasarnya mirip dengan penerapan metode Delphi merupakan suatu metode yang dilakukan dengan membentuk suatu
kelompok atau komunikasi grup yang terdiri dari para ahli untuk membahas suatu permasalahan. Umumnya para ahli yang dilibatkan merupakan para ahli yang
memiliki keahlian di bidang permasalahan yang sedang dibahas dan sangat mengenali wilayah kajian Sumatera.
Metode Expert Based Valuation dalam penyusunan Peta Daya Dukung Lingkungan Berbasis Jasa Ekosistem di Ekoregion Sumatera dilakukan oleh
delapan pakar dari perguruan tinggi di Pulau Sumatera termasuk Pusat Studi Lingkungan, yang terdiri dari pakar Kehutanan, Biologi, Pertanian, Geografi,
Lingkungan, Geologi dan GIS. Para pakar mengisi daftar pertanyaan tentang peran dan kontribusi ekoregion dan liputan lahan terhadap jasa ekosistem. Berikut
II-11
disajikan contoh hasil penilaian pakar untuk peran jenis liputan lahan terhadap jasa ekosistem biodiversitas.
Tabel 2.3 Hasil Penilaian Pakar Untuk Peran Jenis Liputan Lahan Terhadap Jasa Ekosistem Biodiversitas
JENIS PENUTUPAN LAHAN PAKAR
1 PAKAR
2 PAKAR
3 PAKAR
4 PAKAR
5 PAKAR
6 PAKAR
7 infrastruktur jalan, bandar udara, dan lahan terbangun
non pemukiman O
1 2
Bangunan PermukimanCampuran 1
4 1
3 4
DanauTelaga 8
5 3
5 7
8 5
Hutan Lahan Rendah 7
7 5
8 7
3 5
Hutan Lahan Tinggi 7
6 5
10 7
2 4
Hutan Mangrove 8
4 5
7 7
8 4
Hutan RawaGambut 8
6 5
8 5
3 3
Hutan Tanaman 7
1 3
5 6
3 5
Kebun dan Tanaman Campuran Tahunan dan Semusim 8
4 4
4 5
7 8
Kolam Air AsinPayau 8
5 7
4 5
8 3
Lahan Terbuka Hamparan Pasir, Lava 3
1 5
4 2
5 Perkebunan
7 6
3 5
7 5
3 Pertambangan
1 1
1 2
1 4
Rawa Pesisir 7
5 2
6 5
6 5
Rawa Pedalaman 7
4 2
7 5
1 6
SavanaPadang Rumput 5
6 7
4 5
1 2
HerbalRumput 5
2 6
5 5
1 5
Semak dan Belukar 5
1 6
6 7
5 3
Sungai 6
5 5
8 6
5 7
Tanaman Semusim Lahan Basah Sawah 8
9 9
10 9
10 9
Tanaman Semusim Lahan Kering TegalanLadang 8
7 8
5 7
8 9
Waduk dan Danau Buatan 8
6 7
10 5
8 7
TambakEmpang 8
7 7
10 6
9 7
Keterangan : Skala penilaian 0=tidak memiliki perantidak berhubungan. 1-2 sangat rendah, 3-4 Rendah, 5-6 Sedang, 7-8 Tinggi, 9-10 Sangat Tinggi
Selanjutnya seluruh hasil dan jawaban atau penilaian dari panel pakar tersebut diolah dengan analisis pairwise comparation yang hasilnya dianalisis
dengan sistem informasi geografi sehingga dihasilkan peta daya dukung dan daya tampung lingkungan berbasis jasa ekosistem yang selanjutnya dipresentasikan
kembali oleh tim kepada para panel pakar untuk dilakukan koreksi dan penyimpulan akhir terhadap peta yang telah dibuat.
3. Teknik Analisis Pairwise Comparation
Analisis Pairwise Comparation, menjadi bagian awal dari proses pelaksanaan metode AHP yang menghasilkan indeks atau bobot suatu variabel
dalam proses pengambilan keputusan. Matrik pairwise memberikan perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusirelatif atau pengaruh setiap elemen