Indeks Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Budaya Menurut Ekoregion dan Provinsi

IV-38 Tabel 4.20 Indeks Jasa Ekosistem Budaya Menurut Provinsi Provinsi Indeks Daya Dukung Rata- Rata Tempat Tinggal Rekreasi Ekotourism Estetika ACEH 0,97 1,16 1,33 1,15 BENGKULU 1,02 0,99 1,15 1,05 JAMBI 1,12 0,89 0,95 0,99 KEP. BANGKA BELITUNG 1,04 0,76 0,80 0,87 KEP. RIAU 1,10 0,89 0,97 0,99 LAMPUNG 1,35 0,72 0,72 0,93 RIAU 0,96 0,83 0,87 0,89 SUMATERA BARAT 1,07 1,09 1,22 1,13 SUMATERA SELATAN 1,03 0,79 0,84 0,88 SUMATERA UTARA 1,09 0,89 0,97 0,99 Selanjutnya, bila dilihat berdasarkan Provinsi yang terletak di Pulau Sumatera. Provinsi Lampung memiliki indeks tertinggi sebagai wilayah yang cocok untuk tempat tinggal dan ruang hidup. Hal ini tidak terlepas dari wilayah Provinsi Lampung yang didominasi oleh Dataran Kaki Gunung Api. Ekoregion ini merupakan wilayah dataran yang sangat subur dan berudara sejuk yang cocok untuk dijadikan tempat tinggal dan ruang hidup khususnya untuk pertanian dan pemukiman. Sedangkan untuk jasa ekosistem rekreasi dan ekotourism serta estetikakeindahan alam yang memiliki nilai indeks tertinggi adalah Provinsi Aceh. Untuk nilai jasa ekosistem rekreasi dan ekotourism nilai indeksnya adalah 1,16, sedangkan untuk estetika keindahan alam nilai indeknya adalah 1,33. Hal ini tidak terlepas dari luasnya lahan hutan alami yang ada di Provinsi Aceh yang baik untuk destinasi pariwisata. 4.3. Profil Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pendukung 1. Profil Distribusi Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pendukung Menurut Ekoregion Tabel 4.21Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pendukung Pembentukan Lapisan Tanahdan Pemeliharaan Ekoregion Sangat Rendah- Rendah Sedang Tinggi-Sangat Tinggi Ha Ha Ha Dataran Aluvial 138.442,84 3,49 122.594,47 3,09 3.711.373,13 93,43 Dataran Fluvio Gunungapi 216.347,13 8,31 54.300,79 2,09 2.331.996,42 89,60 Dataran Fluviomarin 126.896,46 7,42 128.667,52 7,53 1.453.834,89 85,05 Dataran Kaki Gunungapi 345.277,50 10,04 84.263,19 2,45 3.007.926,22 87,50 Kaki Gunungapi 67.384,24 3,39 954.738,06 47,96 968.400,15 48,65 Kerucut dan Lereng Gunungapi 619.230,10 35,40 442.368,32 25,29 687.524,62 39,31 IV-39 Ekoregion Sangat Rendah- Rendah Sedang Tinggi-Sangat Tinggi Ha Ha Ha Lahan Gambut Peat Land 508.017,68 6,81 5.090.319,51 68,24 1.861.271,49 24,95 Lembah antar perbukitan Pegunungan Lipatan Intermountain Basin 382.799,40 5,31 1.821.270,58 25,26 5.007.066,25 69,44 Lembah antar Perbukitan Pegunungan patahan Terban 70.008,63 5,49 548.122,99 42,97 657.331,44 51,54 Pegunungan Denudasional 1.426.366,90 81,06 326.459,56 18,55 6.864,92 0,39 Pegunungan Lipatan 772.374,21 12,78 794.285,18 13,15 4.474.843,51 74,07 Pegunungan Patahan 365.320,29 13,80 413.556,26 15,63 1.867.471,21 70,57 Perbukitan Denudasional 33.077,97 40,43 35.208,30 43,03 13.533,48 16,54 Perbukitan Lipatan 994.921,93 30,91 1.140.785,00 35,44 1.083.297,59 33,65 Perbukitan Patahan 355.085,58 25,10 362.776,50 25,65 696.742,38 49,25 Pesisir Coast 159.133,51 22,81 162.192,65 23,25 376.374,34 53,94 Tubuh Air 158.469,73 99,84 260,71 0,16 0,00 0,00 Total 6.739.154,07 14,21 12.482.169,59 26,32 28.205.852,04 59,47 Ekosistem memberikan jasa pendukung berupa pembentukan lapisan tanah dan pemeliharaan kesuburan yang bervariasi antar lokasi. Lokasi yang memiliki jenis batuan cepat lapuk, dengan kondisi curah hujan dan penyinaran matahari yang tinggi akibat bentuk permukaan bumi, serta didukung oleh keberadaan organisme dalam tanah dan tumbuhan penutup tanah menyebabkan proses pembentukan tanah semakin cepat. Ekoregion yang terdapat di Pulau Sumatera ada yang dapat memberikan manfaat berupa pembentukan lapisan tanah dan pemeliharaan. Secara umum di Pulau Sumateralahan yang dapat mendukung pembentukan lapisan tanah dan pemeliharaan dapat dibagi menjadi lahan berpotensi tinggi, sedang, dan rendah. Lahan yang berpotensi tinggi mendukung pembentukan lapisan tanah dan pemeliharaan di Pulau Sumatera memiliki luasan sebesar 28.205.852,04 hektar atau sekitar 59,47 dari keseluruhan lahan yang terdapat di Pulau Sumatera. Lahan yang memiliki potensi sedang sebagai pendukungpembentukan lapisan tanah dan pemeliharaan memiliki luasan sebesar 12.482.169,59 hektar atau sekitar 26,32 Sedangkan lahan yang memiliki potensi rendah memiliki luasan sebesar 6.739.154,07 hektar atau sebesar 14,21 dari keseluruhan lahan yang terdapat di Pulau Sumatera. Sebagian besar lahan yang memiliki potensi tinggi mendukung pembentukan lapisan tanah dan pemeliharaan terletak pada ekoregion Dataran Aluvial, dan Dataran Fluvio Gunung Api. Secara genetik, material penyusun dataran aluvial umumnya berupa aluvium dengan komposisi pasir, debu, dan lempung yang relatif seimbang dengan sumber sangat bergantung kepada kondisi geologi daerah hulu, yang terbentuk akibat IV-40 aktivitas pengendapan aliran sungai. Ekoregion ini terbentuk oleh proses pengendapan fluvial aliran sungai, yang membentuk struktur berlapis horisontal dan tersortasi dengan baik lapisan dengan material kasar di bagian bawah, dan semakin ke atas semakin halus, serta lapisan umumnya tebal. Kondisi hidrologi satuan ini dibangun oleh material aluvium yang mampu membentuk akuifer yang potensial, dengan dukungan morfologi yang datar, maka menyebabkan cadangan atau ketersediaan airtanah dangkal sangat potensial, sehingga membentuk resevoir airtanah atau cekungan hidrogeologi. Tanah di ekoregion ini sangat potensial untuk pertanian. Sedangkan Dataran Fluvio Gunung Api merupakan wilayah dengan topografi datar dan terbentuk dari proses pengendapan fluvial. Material penyusun umumnya banyak dipengaruhi oleh hasil erupsi gunung api. Proses perkembangan tanah tergolong cukup lanjut yang dapat membentuk tanah aluvial dan tanah andosol. Kedua jenis tanah ini merupakan tanah yang subur dengan kandungan hara tinggi.Sebagian besar lahan yang memiliki potensi rendah mendukung pembentukan lapisan tanah dan pemeliharaan terletak di Pegunungan Denudasional. Tabel 4.22 Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pendukung Siklus Hara Ekoregion Sangat Rendah- Rendah Sedang Tinggi-Sangat Tinggi Ha Ha Ha Dataran Aluvial 257.667,46 6,49 60.590,68 1,53 3.654.152,30 91,99 Dataran Fluvio Gunungapi 216.347,13 8,31 35.622,40 1,37 2.350.674,81 90,32 Dataran Fluviomarin 146.260,32 8,56 747.478,05 43,73 815.660,50 47,72 Dataran Kaki Gunungapi 345.277,50 10,04 82.328,74 2,40 3.009.860,67 87,56 Kaki Gunungapi 67.214,69 3,38 1.509.879,20 75,85 413.428,55 20,77 Kerucut dan Lereng Gunungapi 1.061.598,42 60,69 687.524,62 39,31 0,00 0,00 Lahan Gambut Peat Land 2.455.363,24 32,92 4.874.526,42 65,35 129.719,01 1,74 Lembah antar perbukitan Pegunungan Lipatan Intermountain Basin 377.660,73 5,24 5.816.056,67 80,65 1.017.418,82 14,11 Lembah antar Perbukitan Pegunungan patahan Terban 68.778,43 5,39 1.044.819,80 81,92 161.864,83 12,69 Pegunungan Denudasional 1.478.514,26 84,02 281.177,13 15,98 0,00 0,00 Pegunungan Lipatan 1.564.612,36 25,90 521.275,03 8,63 3.955.615,50 65,47 Pegunungan Patahan 778.314,83 29,41 1.868.032,93 70,59 0,00 0,00 Perbukitan Denudasional 64.089,76 78,33 17.729,99 21,67 0,00 0,00 Perbukitan Lipatan 2.117.284,25 65,77 597.917,42 18,57 503.802,85 15,65 Perbukitan Patahan 631.194,52 44,62 721.915,87 51,03 61.494,07 435 Pesisir Coast 274.455,58 39,34 213.008,81 30,53 210.236,09 30,13 Tubuh Air 2.593,67 1,63 17.903,81 11,28 138.232,95 87,09 Total 11,907.227,16 25,11 19.097.787,58 40,27 16.422.160,96 34,63 IV-41 Hara diperlukan untuk produksi bahan organik baik pada tingkat trofik produser ataupun konsumer yang umumnya berada dalam lingkungan abiotik dengan konsentrasi yang lebih rendah dari pada yang dibutuhkan untuk aktivitas pertumbuhan. Meskipun begitu, organisme di dalam ekosistem yang tua seperti hutan berisi hara dalam konsentrasi dengan jumlah yang besar dan bernilai. Kenyataan di lapangan, proses akumulasi dan konservasi hara begitu efisien, sehingga komunitas tumbuhan tidak harus terganggu untuk jangka waktu yang lama mungkin menjadi relatif independen terhadap hara mineral dalam tanah untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan hara mereka dapat dipenuhi secara cukup dari atmosfir maupun dari akumulasi hara di dalam biomasa hidup maupun yang mati dari sistem yang bersangkutan. Siklus hara dalam ekosistem itu sifatnya kompleks. Siklus beberapa elemen lebih banyak terjadi antara organisme hidup dan atmosfir, sedang siklus elemen lain umumnya terjadi antara organisme hidup dan tanah. Untuk beberapa elemen mengikuti kedua siklus tersebut. Ada juga siklus yang terjadi secara internal di dalam tumbuhan dan hewan yang mengubah hara di dalam individu organisme. Proses dari serapan hara, akumulasi hara pada tubuh tumbuhan dan kembali ke tanah melalui siklus yang bervarisi sesuai dengan kondisi tumbuhan, iklim dan jenis tanahnya sendiri pada akhirnya berpengaruh terhadap kesuburan tanah dan tingkat produksi pertanian yang tinggi. Ekoregion yang terdapat di Pulau Sumatera ada yang dapat memberikan manfaat berupa pendukung siklus hara. Secara umum di Pulau Sumatera lahan yang dapat mendukung siklus hara dapat dibagi menjadi lahan berpotensi tinggi, sedang, dan rendah. Lahan yang berpotensi tinggi mendukung siklus hara di Pulau Sumatera memiliki luasan sebesar 16.422.160,96 hektar atau sekitar 34,63 dari keseluruhan lahan yang terdapat di Pulau Sumatera. Lahan yang memiliki potensi sedang sebagai pendukungsiklus hara memiliki luasan sebesar 19.097.787,58 hektar atau sekitar 40,27 Sedangkan lahan yang memiliki potensi rendah memiliki luasan sebesar hektaratau sebesar dari keseluruhan lahan yang terdapat di Pulau Sumatera. Sebagian besar lahan yang memiliki potensi tinggi mendukung siklus hara terletak pada ekoregion Dataran Aluvial dan Dataran Fluvio Gunung Api. Lahan di kedua dataran tersebut mengandung kandungan mineral yang tinggi sebagai hasil pengendapan material subur. Selain itu, curah hujan dan intensitas penyinaran matahari juga tinggi di kedua dataran ini. Faktor-faktor tersebut melancarkan siklus hara sehingga IV-42 tanah relatif suburSebagian besar lahan yang memiliki potensi rendah mendukung siklus hara terletak pada Pegunungan dan Perbukitan Denudasional Tabel 4.23 Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pendukung Produksi Primer Ekoregion Sangat Rendah- Rendah Sedang Tinggi-Sangat Tinggi Ha Ha Ha Dataran Aluvial 259.563,04 6,53 0,00 0,00 3.712.847,40 93,47 Dataran Fluvio Gunungapi 251.969,53 9,68 0,00 0,00 2.350.674,81 90,32 Dataran Fluviomarin 146.260,32 8,56 646.881,20 37,84 916.257,35 53,60 Dataran Kaki Gunungapi 427.606,24 12,44 1.571.262,84 45,71 1.438.597,83 41,85 Kaki Gunungapi 67.214,69 3,38 1.288.062,20 64,71 635.245,56 31,91 Kerucut dan Lereng Gunungapi 841.032,59 48,08 220.565,83 12,61 687.524,62 39,31 Lahan Gambut Peat Land 2.152.684,32 28,86 1.779.305,91 23,85 3.527.618,45 47,29 Lembah antar perbukitan Pegunungan Lipatan Intermountain Basin 3.158.898,39 43,81 3.148.633,99 43,66 903.603,86 12,53 Lembah antar Perbukitan Pegunungan patahan Terban 660.246,52 51,77 458.779,08 35,97 156.437,45 12,27 Pegunungan Denudasional 1.432.487,13 81,41 83.422,37 4,74 243.781,88 13,85 Pegunungan Lipatan 1.317.403,17 21,81 248.628,67 4,12 4.475.471,05 74,08 Pegunungan Patahan 613.241,34 23,17 165.606,79 6,26 1.867.499,63 70,57 Perbukitan Denudasional 61.746,43 75,47 6.539,84 7,99 13.533,48 16,54 Perbukitan Lipatan 1.564.627,08 48,61 561.402,21 17,44 1.092.975,24 33,95 Perbukitan Patahan 599.054,49 42,35 33.261,84 2,35 782.288,13 55,30 Pesisir Coast 121.448,78 17,41 235.444,14 33,75 340.807,57 48,85 Tubuh Air 4.625,17 2,91 15.832,50 9,97 138.272,76 87,11 Total 13.680.109,24 28,84 10.463.629,40 22,06 23.283.437,06 49,09 Ekosistem dapat berfungsi sebagai penghasil oksigen dan pengikat karbon. Keberadaan vegetasi seperti hutan yang menyerap karbondioksida untuk pembuatan makanan melalui proses fotosintesis menghasilkan oksigen yang diperlukan makhluk hidup di bumi untuk beraktivitas dan memungkinkan tumbuhnya banyak habitat spesies. Jasa produksi oksigen bervariasi antarlokasi dan berhubungan erat dengan keberadaan vegetasi dan hutan. Ekoregion yang terdapat di Pulau Sumatera ada yang dapat memberikan manfaat berupa pendukung produksi primer. Secara umum di Pulau Sumatera lahan yang dapat mendukung siklus hara dapat dibagi menjadi lahan berpotensi tinggi, sedang, dan rendah. Lahan yang berpotensi tinggi mendukung produksi primer di Pulau Sumatera memiliki luasan sebesar 23.283.437,06 hektar atau sekitar 49,09 dari keseluruhan lahan yang terdapat di Pulau Sumatera. Lahan yang memiliki potensi sedang sebagai pendukungproduksi primer memiliki luasan sebesar 10.463.629,40 hektar atau sekitar 22,06 Sedangkan lahan yang memiliki potensi rendah memiliki luasan sebesar IV-43 13.680.109,24 hektar atau sebesar 28,84 dari keseluruhan lahan yang terdapat di Pulau Sumatera. Sebagian besar lahan yang memiliki potensi tinggi mendukung produksi primer terletak pada ekoregion Dataran Aluvial dan Dataran Fluvio Gunung Api. Kedua ekoregion tersebut merupakan wilayah yang tutupan lahannya didominasi oleh vegetasi. Vegetasi ini dapat berupa hutan, tanaman pertanian, dan sebagainya. Keberadaan berbagai jenis vegetasi merupakan sumber bagi pendukung produksi primer, yakni berupa oksigen yang dihasilkan dari proses fotosintesis tumbuhan. Sebagian besar lahan yang memiliki potensi rendah mendukung produksi primer terletak pada Pegunungan dan Perbukitan Denudasional. Tabel 4.25 Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pendukung Biodiversitas Ekoregion Sangat Rendah- Rendah Sedang Tinggi-Sangat Tinggi Ha Ha Ha Dataran Aluvial 316.554,65 7,97 3.193.914,22 80,40 461.941,57 11,63 Dataran Fluvio Gunungapi 251.969,53 9,68 955.170,98 36,70 1.395.503,83 53,62 Dataran Fluviomarin 156.006,17 9,13 1.105.702,08 64,68 447.690,62 26,19 Dataran Kaki Gunungapi 443.864,36 12,91 2.856.296,18 83,09 137.306,38 3,99 Kaki Gunungapi 67.214,69 3,38 955.781,04 48,02 967.526,72 48,61 Kerucut dan Lereng Gunungapi 39.757,81 2,27 734.273,63 41,98 975.091,61 55,75 Lahan Gambut Peat Land 4.714.036,68 63,19 2,645.068,62 35,46 100.503,37 1,35 Lembah antar perbukitan Pegunungan Lipatan Intermountain Basin 2.213.158,85 30,69 3.982.239,91 55,22 1.015.737,47 14,09 Lembah antar Perbukitan Pegunungan patahan Terban 611.111,01 47,91 502.487,22 39,40 161.864,83 12,69 Pegunungan Denudasional 814.026,38 46,26 615.641,54 34,99 330.023,46 18,75 Pegunungan Lipatan 1.386.152,44 22,94 178,821,33 2,96 4.476.529,13 74,10 Pegunungan Patahan 613.241,34 23,17 165.249,42 6,24 1.867.856,99 70,58 Perbukitan Denudasional 50.948,91 62,27 10.698,53 13,08 20.172,30 24,65 Perbukitan Lipatan 1.563.888,76 48,58 560.735,13 17,42 1.094.380,63 34,00 Perbukitan Patahan 594.197,49 42,00 37.263,39 2,63 783.143,58 55,36 Pesisir Coast 32.607,36 4,67 210.356,01 30,15 454.737,12 65,18 Tubuh Air 2.593,67 1,63 17.799,29 11,21 138.337,47 87,15 Total 13.871.330,09 29,25 18.727.498,53 39,49 14.828.347,08 31,27 Seiring semakin meningkatnya jumlah penduduk, maka meningkat pula kebutuhan sumberdaya alam hayati yang berakibat pada menurunnya sumberdaya alam hayati tersebut apabila tidak dikelola secara lestari atau dikenal dengan degradasi sumberdaya alam dan lingkungan. Oleh karena itu, tuntutan terhadap pengelolaan sumberdaya alam hayati secara berkelanjutan menjadi prioritas. Mengingat, kebutuhan akan sumberdaya alam hayati sangat tergantung pada kondisi suatu wilayah, maka IV-44 dalam pelaksanaan pengelolaannya diperlukan pemahaman terhadap nilai kenakeragaman hayati sebagai sumberdaya alam hayati sesuai dengan wilayahnya. Nilai keanekaragaman hayati mencakup tingkat keragamanan dan kelimpahan, sehingga dapat menjadi acuan dalam pengelolaan kawasan untuk mendukung konservasi keanekaragaman hayati yang ada di dalam wilayah kelola suatu unit pengelolaan atau unit usaha.Ekosistem telah memberikan jasa keanekaragaman hayati biodiversity di antara makhluk hidup dari semua sumber, termasuk diantaranya, daratan, lautan dan ekosistem akuatik lain serta kompleks-kompleks ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya; mencakup keanekaragaman di dalam spesies, antara spesies dan ekosistem yang menjadi habitat perkembangbiakan flora fauna. Semakin tinggi karakter biodiversitas maka semakin tinggi fungsi dukungan ekosistem terhadap perikehidupan. Ekoregion yang terdapat di Pulau Sumatera ada yang dapat memberikan manfaat berupa pendukung biodiversitas. Secara umum di Pulau Sumatera lahan yang dapat mendukung biodiversitas dapat dibagi menjadi lahan berpotensi tinggi, sedang, dan rendah. Lahan yang berpotensi tinggi mendukung biodiversitas di Pulau Sumatera memiliki luasan sebesar 14.828.347,08 hektar atau sekitar 31,27 dari keseluruhan lahan yang terdapat di Pulau Sumatera. Lahan yang memiliki potensi sedang sebagai pendukung biodiversitas memiliki luasan sebesar 18.727.498,53 hektar atau sekitar 39,49. Sedangkan lahan yang memiliki potensi rendah memiliki luasan sebesar 13.871.330,09 hektar atau sebesar 29,25 dari keseluruhan lahan yang terdapat di Pulau Sumatera. Sebagian besar lahan yang memiliki potensi tinggi mendukung biodiversitas terletak pada ekoregion Pegunungan Lipatan dan Pegunungan Patahan. Kedua ekoregion ini terbentuk dari asal proses struktural. Kedua pegunungan ini sebagian besar masih berhutan lebat dan umumnya termasuk kawasan hutan lindung atau hutan suaka alam. Kedua ekoregion ini juga merupakan tempat hidup berbagai flora dan fauna, termasuk flora dan fauna langka yang ada di Pulau Sumatera. Sebagian besar lahan yang memiliki potensi rendah mendukung biodiversitas terletak pada ekoregion Lahan Gambut dan Perbukitan Denudasional. IV-45

2. Profil Distribusi Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pendukung Menurut Provinsi

Tabel 4.26 Distrbusi dan Luas Jasa Ekosistem Pendukung Pembentukan Lapisan Tanah dan Pemeliharaan Provinsi Sangat Rendah- Rendah Sedang Tinggi-Sangat Tinggi Ha Ha Ha ACEH 485.531,24 8,54 1.036.472,80 18,23 4.163.587,10 73,23 BENGKULU 147.720,09 7,44 454.388,86 22,88 1.383.566,84 69,68 JAMBI 366.633,37 7,46 1.999.520,67 40,67 2.550.468,08 51,87 KEP. BANGKA BELITUNG 1.344.632,32 81,10 259.336,47 15,64 54.117,25 3,26 KEP. RIAU 208.161,95 27,03 274.826,78 35,68 287.210,54 37,29 LAMPUNG 881.919,20 26,16 473.679,38 14,05 2.016.015,57 59,79 RIAU 449.719,50 5,03 2.642.023,82 29,57 5.841.560,42 65,39 SUMATERA BARAT 758.783,48 18,01 708.431,81 16,81 2.746.727,97 65,18 SUMATERA SELATAN 720.049,92 8,31 2.651.229,94 30,61 5.290.385,71 61,08 SUMATERA UTARA 1.376.003,01 19,03 1.982.259,06 27,42 3.872.212,56 53,55 Berdasarkan data pada tabel dapat diketahui potensi jasa pendukung pembentukan lapisan tanah dan pemeliharaan pada masing-masing Provinsi yang terletak di Pulau Sumatera. Provinsi yang memiliki presentase paling besar lahan potensial atau paling tinggi adalah Provinsi Aceh, dimana 73,23 dari wilayahnya merupakan lahan berpotensi tinggi. Luasan lahan tersebut mencapai 4.163.587,10 hektar. Selanjutnya, Provinsi yang juga memiliki luasan lahan berpotensi tinggi besar adalah Provinsi Riau dan Sumatera Selatan. Masing-masing luasanya adalah 5.841.560,42 hektar dan 5.290.385,71 hektar. Provinsi Aceh memiliki luasan hutan yang besar dan masih alami. Hutan menyediakan kondisi alami yang mendukung pembentuk lapisan tanah dan pemeliharaan kesuburan. Ranting pohon, sampah daun, atau bangkai binatang menjadi pupuk alami untuk tumbuhan di hutan.Pegunungan dan perbukitan masih banyak terdapat batuan induk sebagai tersedia bahan untuk pelapukan batuan. IV-46 Gambar 4.13 Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pendukung Pembentukan Lapisan Tanah dan Pemeliharaa n IV-47 Batuan induk diendapkan oleh aliran sungai di wilayah hulu karena mempunyai bobot yang berat. Curah hujan dan intensitas penyinaran matahari di pegunungan yang relatif tinggi menjadi faktor pembentukan tanah. Sedangkan Provinsi Riau dan Sumatera Selatan selain juga memiliki kawasan hutan, kedua Provinsi ini didominasi oleh ekoregion lahan gambut peat land. Tanah gambut terbentuk dari timbunan sisa- sisa tanaman yang telah mati, baik yang sudah lapuk maupun belum. Timbunan terus bertambah karena proses dekompisisi terhambat oleh kondisi anaerob danatau kondisi lingkungan lainnya yang menyebabkan rendahnya tingkat perkembangan biota pengurai. Selanjutnya beberapa wilayah juga memiliki presentase lahan berpotensi rendah yang cukup besar dalam pembentukan lapisan tanah dan pemeliharaan. Provinsi yang paling besar lahan potensi rendahnya adalah Kep. Bangka Belitung dengan luasan mencapai 1.344.632,32 hektar. Adanya proses denudasional yang berlanjut mengakibatkan mineral-mineral primer dalam tanah banyak yang tercuci atau tertransformasi menjadi mineral sekunder. Tanah pada wilayah ini juga mudah mengalami longsor saat kejenuhan tinggi, terutama pada daerah-daerah miring. Tabel 4.27 Distrbusi dan Luas Jasa Ekosistem Pendukung Siklus Hara Provinsi Sangat Rendah- Rendah Sedang Tinggi-Sangat Tinggi Ha Ha Ha ACEH 1.151.494,25 20,25 1.269.262,58 22,32 3.264.834,31 57,42 BENGKULU 524.635,95 26,42 973.625,38 49,03 487.414,46 24,55 JAMBI 771.343,17 15,69 2.778.242,94 56,51 1.367.036,02 27,80 KEP. BANGKA BELITUNG 1.415.258,86 85,35 212.063,43 12,79 30.763,75 1,86 KEP. RIAU 276.632,46 35,92 361.851,22 46,98 131.715,59 17,10 LAMPUNG 1.008.495,54 29,91 619.355,51 18,37 1.743.763,09 51,72 RIAU 1.443.103,10 16,15 5.084.512,68 56,92 2.405.687,95 26,93 SUMATERA BARAT 1.176.858,05 27,93 1.888.593,45 44,82 1.148.491,76 27,25 SUMATERA SELATAN 1.948.406,58 22,49 3.396.458,43 39,21 3.316.800,56 38,29 SUMATERA UTARA 2.190.999,19 30,30 2.513.821,97 34,77 2.525.653,48 34,93