Profil Ekoregion Pulau Sumatera
III-3
luasan ekoregion sebesar 2.129.659,89 hektar serta Provinsi Riau dengan luasan mencapai 2.057.454,99 hektar.Secara umum, pesebaran ekoregion ini mengikuti daerah aliran sungai baik yang
terletak di bagian barat maupun bagian timur Pulau Sumatera. Material utama penyusun ekoregion ini adalah endapan alluvium yang berlapis-lapis, yang terdiri dari material pasir, debu, dan lempung relatif
seimbang. Komposisi endapan alluvium ini bervariasi, tergantung pada kondisi geologi di daerah hulu yang terbentuk akibat aktivitas pengendapan sediman aliran sungai, hasil erosi tanah di daerah hulu
atau lereng atas. Material aluvium selanjutnya akan berkembang menjadi tanah aluvial. Dominasi ekoregion selanjutnya yang terdapat di Pulau Sumatera berdasarkan Gambar 3.1 dan
Tabel 3.1 adalah Ekoregion Perbukitan Struktural Patahan. Ekoregion Perbukitan Struktural Patahan di Pulau Sumatera memiliki luasan 8.059.151,42 hektar atau mencapai 16,96. Persebaran ekoregion ini
paling besar terdapat di Provinsi Sumatera Barat dengan luasan 1.789.393,46 hektar dan Provinsi Sumatera Utara yang luasannya mencapai 1.728.793,13 hektar. Ekoregion ini merupakan wilayah
perbukitan yang terbentuk karena tenaga endogen yang menekan lapisan kulit bumi secara vertikal, sehingga lapisan terangkat dan patah membentuk struktur patahan. Jenis tanah pada ekoregion ini
didominasi oleh tanah dengan bahan induk vulkan.
III-4 Gambar 3.1 Peta Ekoregion Pulau Sumatera
III-5
Ekoregion ketiga yang juga cukup mendominasi di Pulau Sumatera adalah Ekoregion Dataran Gambut. Ekoregion Dataran Gambut di Pulau Sumatera memiliki luasan sebesar 7.097.065,09 hektar
atau sekitar 14,94 dari keseluruhan luas Pulau Sumatera. Persebaran Ekoregion ini yang paling banyak terdapat di Provinsi Riau dengan luasan 3.639.389 hektar atau sekitar 14,94 dari keseluruhan
luas Pulau Sumatera. Ekoregion Lahan Gambut yang terdapat di Pulau Sumatera terbentuk seperti halnya dengan proses pembentukan tanah gambut di pulau-pulau lain, yakni terbentuk dari timbunan
sisa-sisa tanaman yang telah mati, baik yang sudah lapuk maupun belum. Ekoregion Lahan Gambut di Pulau Sumatera umumnya menyebar di daerah cekungan rawa, yaitu memanjang pada sebelah timur
Pulau Sumatera, termasuk beberapa wilayah Provinsi Riau. Selanjutnya Ekoregion keempat yang memiliki luasan cukup besar di Pulau Sumatera adalah
Ekoregion Perbukitan Struktural Lipatan. Di Pulau Sumatera Ekoregion ini memiliki luasan sebesar 6.388.510,24 hektar atau mencapai 13,45 dari keseluruhan ekoregion yang terdapat di Pulau
Sumatera. Bila dilihat dari pesebarannya, sebagian besar Ekoregion Perbukitan Struktural Lipatan terletak di Provinsi Riau 1.579.918,11 hektar dan Provinsi Sumatera Selatan 1.546.000,09 hektar.
Perbukitan Struktural lipatan merupakan perbukitan yang tersusun oleh batuan intrusive dan batuan sedimen yang sudah mengalami deformasi oleh tenaga tektonik, dengan membentuk struktur lipatan.
Tanah pada ekoregion ini umumnya didominasi oleh tanah latosol dan podsolik yang memiliki tingkat kesuburan rendah hingga sedang.
Ekoregion kelima yang mendominasi di Pulau Sumatera adalah Ekoregion Pegunungan Struktural Patahan. Luasan ekoregion ini di pulau Sumatera mencapai 5.982.245,9 hektar atau 12,59
dari keseluruhan luasan Pulau Sumatera. Persebaran ekoregion ini di Pulau Sumatera paling banyak terletak di Provinsi Aceh dengan luasan sebesar 2.546.144,91 hektar. Ekoregion ini merupakan
pegunungan yang terbentuk karena tenaga endogen yang menekan lapisan kulit bumi secara vertikal, sehingga lapisan terangkat dan patah membentuk struktur patahan. Ekoregion ini umumnya memiliki
lereng terjal 45. Jenis tanah pada ekoregion ini didominasi oleh tanah dengan bahan induk vulkan. Ekoregion lain, menempati proporsi dari 0 hingga 5 dari total keseluruhan luas wilayah
Pulau Sumatera. Meskipun tidak berada dalam proporsi yang mendominasi, setiap ekoregion memberikan karakteristik bagi pembentukan jasa ekosistem di Pulau Sumatera.