Profil Distribusi Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pendukung Menurut Provinsi
IV-47
Batuan induk diendapkan oleh aliran sungai di wilayah hulu karena mempunyai bobot yang berat. Curah hujan dan intensitas penyinaran matahari di pegunungan yang
relatif tinggi menjadi faktor pembentukan tanah. Sedangkan Provinsi Riau dan Sumatera Selatan selain juga memiliki kawasan hutan, kedua Provinsi ini didominasi
oleh ekoregion lahan gambut peat land. Tanah gambut terbentuk dari timbunan sisa- sisa tanaman yang telah mati, baik yang sudah lapuk maupun belum. Timbunan terus
bertambah karena proses dekompisisi terhambat oleh kondisi anaerob danatau kondisi lingkungan lainnya yang menyebabkan rendahnya tingkat perkembangan biota
pengurai. Selanjutnya beberapa wilayah juga memiliki presentase lahan berpotensi rendah
yang cukup besar dalam pembentukan lapisan tanah dan pemeliharaan. Provinsi yang paling besar lahan potensi rendahnya adalah Kep. Bangka Belitung dengan luasan
mencapai 1.344.632,32 hektar. Adanya proses denudasional yang berlanjut mengakibatkan mineral-mineral primer dalam tanah banyak yang tercuci atau
tertransformasi menjadi mineral sekunder. Tanah pada wilayah ini juga mudah mengalami longsor saat kejenuhan tinggi, terutama pada daerah-daerah miring.
Tabel 4.27 Distrbusi dan Luas Jasa Ekosistem Pendukung Siklus Hara Provinsi
Sangat Rendah- Rendah
Sedang Tinggi-Sangat
Tinggi Ha
Ha Ha
ACEH 1.151.494,25 20,25 1.269.262,58 22,32 3.264.834,31 57,42
BENGKULU 524.635,95
26,42 973.625,38 49,03 487.414,46
24,55 JAMBI
771.343,17 15,69 2.778.242,94 56,51 1.367.036,02 27,80
KEP. BANGKA BELITUNG 1.415.258,86 85,35 212.063,43 12,79
30.763,75 1,86
KEP. RIAU 276.632,46
35,92 361.851,22 46,98 131.715,59
17,10 LAMPUNG
1.008.495,54 29,91 619.355,51 18,37 1.743.763,09 51,72
RIAU 1.443.103,10 16,15 5.084.512,68 56,92 2.405.687,95 26,93
SUMATERA BARAT 1.176.858,05 27,93 1.888.593,45 44,82 1.148.491,76 27,25
SUMATERA SELATAN 1.948.406,58 22,49 3.396.458,43 39,21 3.316.800,56 38,29
SUMATERA UTARA 2.190.999,19 30,30 2.513.821,97 34,77 2.525.653,48 34,93
IV-48 Gambar 4.14 Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pendukung Siklus Hara
IV-49
Berdasarkan data pada tabel dapat diketahui potensi jasa pendukung siklus hara pada masing-masing Provinsi yang terletak di Pulau Sumatera. Provinsi yang memiliki
presentase paling besar lahan potensial atau paling tinggi adalah Provinsi Aceh dengan luasan 3.264.834,31 hektar atau sekitar 57,42 dari keseluruhan wilayahnya. Provinsi
lain yang juga memiliki luasan lahan berpotensi besar adalah Provinsi Lampung dan Provinsi Sumatera Selatan dengan masing masing luasan lahannya adalah 1.743.763,09
hektar 51,72 dan 3.316.800,56 hektar 38,29. Siklus hara adalah suatu proses suplai dan penyerapan dari senyawa kimia yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
metabolisme. Hara essensial yang dibutuhkan oleh tumbuhan tinggi adalah unsur bahan anorganik alam. Kebutuhan akan bahan anorganik bagi tumbuhan tinggi pohon
membedakannya dengan organisme lainnya seperti manusia, hewan dan beberapa mikroorganisme yang membutuhkan bahan makanan organik Mengel et al,. 1987.
Menurut Binkley 1987 bahwa proses siklus hara mencakup proses mikroklimat, kualitas kimia dari bahan organik, status kimia dari tanah dan aktivitas binatang.
Kawasan hutan yang ada di ketigaProvinsi tersebut merupakan tempat sempurna untuk siklus hara. Proses fotosintesis di hutan berjalan dengan baik karena kondisi lingkungan
yang masih alami. Vegetasi yang rapat, intensitas penyinaran matahari dan udara yang relatif bersih menjadi syarat untuk proses fotosintesis. Kandungan klorofil tumbuhan di
hutan yang tinggi karena proses pertumbuhan relatif alami. Siklus hara yang berjalan dengan baik membuat tanah di kawasan hutan relatif lebih subur. Lahan berpotensi
tinggi juga terdapat di dataran rendah yang dimanfaatkan untuk persawahan. Selanjutnya, untuk Provinsi yang memiliki luasan lahan berpotensi rendah
adalah Kep. Bangka Belitung yang 85,35 wilayahnya merupakan lahan berpotensi rendah. Proses denudasional, erosi lereng, dan gerakan massa batuan yang potensial
terjadi menjadi penghambat proses terjadinya siklus hara.
IV-50 Gambar 4.15 Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pendukung Produksi Primer
IV-51 Tabel 4.28 Distrbusi dan Luas Jasa Ekosistem Pendukung Produksi Primer
Provinsi Sangat Rendah-
Rendah Sedang
Tinggi-Sangat Tinggi
Ha Ha
Ha ACEH
1.204.900,51 21,19 582.896,35 10,25 3.897.794,28 68,56
BENGKULU 346.104,39 17,43 438.291,18
22,07 1.201.280,22 60,50 JAMBI
1.874.581,44 38,13 889.325,64 18,09 2.152.715,04 43,78
KEP. BANGKA BELITUNG 1.367.471,92 82,47 104.098,94 6,28
186.515,19 11,25 KEP. RIAU
442.967,03 57,51 74.207,67
9,63 253.024,56 32,85
LAMPUNG 1.119.832,86 33,21 1.349.455,71 40,02
902.325,58 26,76 RIAU
1.964.646,84 21,99 1.667.270,45 18,66 5.301.386,44 59,34 SUMATERA BARAT
1.121.522,12 26,61 620.732,45 14,73 2.471.688,69 58,66
SUMATERA SELATAN 1.901.263,59 21,95 3.119.808,78 36,02 3.640.593,20 42,03
SUMATERA UTARA 2.336.818,54 32,32 1.617.542,23 22,37 3.276.113,87 45,31
Berdasarkan data pada tabel dapat diketahui potensi jasa pendukung produksi primer pada masing-masing Provinsi yang terletak di Pulau Sumatera. Provinsi yang
memiliki presentase paling besar lahan potensial atau paling tinggi adalah Provinsi Aceh dengan luasan 3.897.794,28 hektar atau mencapai 68.56 dari keseluruhan wilayahnya.
Aceh merupakan salah satu Provinsi yang memiliki kawasan hutan terluas di Pulau Sumatera. Kawasan hutan lahan rendah, hutan lahan tinggi, serta hutan tanaman di
Provinsi Aceh dengan luasan yang besar berpotensi sangat tinggi untuk menghasilkan oksigen. Hutan terdiri dari vegetasi yang rapat dan memiliki tajuk yang luas, sehingga
menghasilkan oksigen relatif banyak. Hutan juga menjadi habitat bagi flora fauna karena kondisi lingkungan yang masih terjaga dan alami. Hal ini mendukung untuk
penyediaan primer bagi kehidupan mahluk hidup termasuk manusia. Sedangkan Provinsi lain yang juga memiliki luasan lahan berpotensi tinggi yang besar adalah
Provinsi Riau. Luasan lahan berpotensi tinggi di Provinsi ini mencapai 5.301.386,44 hektar. Oksigen tidak hanya dihasilkan oleh kawasan hutan namun juga vegetasi rapat.
Provinsi Riau memiliki lahan gambut yang luas yang juga dimanfaatkan sebagai perkebunan. Dengan vegetasi tanaman perkebunan yang rapat juga merupakan salah
satu pendukung produksi primer. Tidak semua Provinsi di Pulau Sumatera didominasi oleh lahan berpotensi tinggi
dalam mendukung produksi primer. Provinsi yang memiliki luasan lahan berpotensi rendah cukup besar adalah Kep. Bangka Belitung, dimana 82,47 wilayahnya
merupakan lahan berpotensi rendah. Selain itu, meskipun memiliki luasan lahan berpotensi tinggi dan sedang cukup besar, namun Provinsi Riau, Provinsi Sumatera
Barat, dan Provinsi Lampung juga memiliki luasan lahan berpotensi rendah cukup
IV-52
besar. Hal ini terutama pada wilayah-wilayah yang jarang vegetasi, yakni perkotaan yang padat penduduk dan bangunan. Intervensi manusia yang begitu besar membuat
sebagian wilayah di ketiga Provinsi tersebut menjadi rendah dalam mendukung produksi primer.
Tabel 4.29 Distrbusi dan Luas Jasa Ekosistem Pendukung Biodiversitas Provinsi
Sangat Rendah- Rendah
Sedang Tinggi-Sangat
Tinggi Ha
Ha Ha
ACEH 1.223.058,05 21,51 1.259.225,78 22,15 3.203.307,32 56,34
BENGKULU 310.542,76 15,64 854.824,73 43,05 820.308,30 41,31
JAMBI 2.034.594,40 41,38 1.538.328,64 31,29 1.343.699,08 27,33
KEP. BANGKA BELITUNG 768.683,62 46,36 620.892,23 37,45 268.510,19 16,19
KEP. RIAU 310.869,17 40,36 182.734,14 23,73 276.595,96 35,91
LAMPUNG 951.209,02 28,21 1.906.833,00 56,56 513.572,13 15,23
RIAU 2.898.921,41 32,45 4.721.471,57 52,85 1.312.910,75 14,70
SUMATERA BARAT 1.091.144,20 25,89 815.635,93 19,36 2.307.163,13 54,75
SUMATERA SELATAN 2.223.638,75 25,67 4.265.692,85 49,25 2.172.333,97 25,08
SUMATERA UTARA 2.058.668,72 28,47 2.561.859,66 35,43 2.609.946,25 36,10
Berdasarkan data pada tabel dapat diketahui potensi jasa pendukung biodiversitas pada masing-masing Provinsi yang terletak di Pulau Sumatera. Provinsi
yang memiliki presentase paling besar lahan potensial atau paling tinggi adalah Provinsi Aceh dengan presentase 56,34 atau seluas 3.203.307,32 hektar. Sedangkan Provinsi
selanjutnya yang juga memiliki luasan lahan berpotensi tinggi besar adalah Provinsi Sumatera Barat dengan luasan 2.307.163,13 atau 54,75 dari keseluruhan luas
wilayahnya. Keanekaragamandi antara makhluk hidup dari semua sumber, termasuk diantaranya, daratan, lautan dan ekosistem akuatik lain serta kompleks-kompleks
ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya; mencakup keanekaragaman di dalam spesies, antara spesies dan ekosistem. Biodiversitas atau keanekaragaman
hayati suatu wilayah tergantung dari kondisi lingkungannya. Baik Provinsi Aceh
IV-53 Gambar 4.16 Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pendukung Biodiversitas
IV-54
maupun Provinsi Sumatera Barat merupakan wilayah yang memiliki pegunungan dan perbukitan dengan kawasan hutan yang luas dan masih terjaga
keasliannya. Hutan merupakan tempat sempurna untuk melestarikan keanekaragaman hayati. Ekosistem hutan menyediakan situasi dimana flora dan fauna dapat bertahan
hidup dan berkembang biak dengan baik.Hal ini seperti udara yang bersih, ketersediaan air yang melimpah, zat hara, bahan makanan dan sebagainya. Hal tersebut menyebabkan
beragamnya jenis flora dan fauna di kawasan hutan. Selain ada Provinsi yang memiliki lahan berpotensi tinggi luas, terdapat pula
Provinsi yang sebagian besar wilayahnya merupakan lahan berpotensi rendah dalam mendukung biodiversitas atau keanekaragaman hayati. Diantaranya adalah Provinsi
Kep. Bangka Belitung, Provinsi Jambi dan Provinsi Riau. Kep. Bangka Belitung didominasi oleh ekoregion dataran dan perbukitan denudasional, umumnya tutupan
lahan vegetasi di ekoregion ini tidak dominan. Provinsi Jambi dan Provinsi Riau tutupan lahannya didominasi oleh vegetasi yang berupa perkebunan dan pertanian. Umumnya
pada wilayah ini vegetasi yang ada berjenis sama, sehingga keragaman baik flora maupun faunanya tergolong rendah.