Indeks Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pendukung Menurut Ekoregion dan Provinsi

IV-56 Gambar 4.18 Grafik Indeks Daya Dukung Lingkungan Jasa Pendukung Menurut Provinsi Tabel 4.31 Indeks Jasa Ekosistem Budaya Menurut Provinsi Provinsi Indeks Daya Dukung Rata- Rata Tanah Siklus Hara Produksi Primer Biodiversitas ACEH 1,88 1,60 1,75 1,77 1,75 BENGKULU 1,66 1,32 1,48 1,43 1,47 JAMBI 1,39 1,16 1,26 1,20 1,25 KEP. BANGKA BELITUNG 1,12 0,92 1,00 0,93 0,99 KEP. RIAU 1,33 1,18 1,29 1,28 1,27 LAMPUNG 1,00 0,84 0,81 0,74 0,85 RIAU 1,31 1,06 1,25 1,12 1,18 SUMATERA BARAT 1,72 1,46 1,63 1,60 1,60 SUMATERA SELATAN 1,21 0,94 1,00 0,91 1,01 SUMATERA UTARA 1,39 1,16 1,26 1,16 1,24 Bila dilihat dari nilai indeks setiap Provinsi, untuk semua jasa pendukung terdapat di Provinsi Aceh. Provinsi Aceh kenampakan alamnya didominasi oleh wilayah pegunungan dan perbukitan. Selain itu, penggunaan lahan dominan di Aceh adalah berupa hutan. Hutan menyediakan kondisi alami yang mendukung pembentuk lapisan tanah dan pemeliharaan kesuburan. Ranting pohon, sampah daun, atau bangkai binatang menjadi pupuk alami untuk tumbuhan di hutan. Pegunungan dan perbukitan masih banyak terdapat batuan induk sebagai tersedia bahan untuk pelapukan batuan. Batuan induk diendapkan oleh aliran sungai di wilayah hulu karena mempunyai bobot yang berat. Curah hujan dan intensitas penyinaran matahari di pegunungan yang relatif tinggi 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 ACEH BENGKULU JAMBI KEP. BANGKA BELITUNG KEP. RIAU LAMPUNG RIAU SUMATERA BARAT SUMATERA SELATAN SUMATERA UTARA Biodiversitas Produksi Primer Siklus Hara Tanah IV-57 menjadi faktor pembentukan tanah. Hutan juga merupakan tempat hidup berbagai flora dan fauna, termasuk flora dan fauna langka yang ada di Pulau Sumatera. 4.4 Profil Daya Tampung Lingkungan Jasa Ekosistem Pengaturan 1. Profil Distribusi Daya Tampung Lingkungan Jasa Ekosistem Pengaturan Menurut Ekoregion Tabel 4.32 Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pengaturan Iklim Ekoregion Sangat Rendah- Rendah Sedang Tinggi-Sangat Tinggi Ha Ha Ha Dataran Aluvial 1.126.900,58 28,37 1.143.018,00 28,77 1.702.491,86 42,86 Dataran Fluvio Gunungapi 806.194,31 30,98 1.331.349,82 51,15 465.100,20 17,87 Dataran Fluviomarin 1.156.484,27 67,65 342.540,76 20,04 210.373,83 12,31 Dataran Kaki Gunungapi 1.500.541,10 43,65 1.150.516,98 33,47 786.408,84 22,88 Kaki Gunungapi 67.381,02 3,39 1.304.988,26 65,56 618.153,17 31,05 Kerucut dan Lereng Gunungapi 39.757,81 2,27 3,94 0,00 1.709.361,30 97,73 Lahan Gambut Peat Land 1.505.446,04 20,18 2.443.937,32 32,76 3.510.225,31 47,06 Lembah antar perbukitan Pegunungan Lipatan Intermountain Basin 4.446.937,15 61,67 1.960.037,03 27,18 804.162,05 11,15 Lembah antar Perbukitan Pegunungan patahan Terban 1.030.663,70 80,81 110.811,44 8,69 133.987,91 10,51 Pegunungan Denudasional 162.912,66 9,26 659.067,38 37,45 937.711,34 53,29 Pegunungan Lipatan 80.547,59 1,33 759.655,75 12,57 5.201.299,55 86,09 Pegunungan Patahan 12.321,11 0,47 352.505,38 13,32 2.281.521,27 86,21 Perbukitan Denudasional 29.256,23 35,76 32.490,20 39,71 20.073,32 24,53 Perbukitan Lipatan 1.564.481,77 48,60 561.547,52 17,44 1.092.975,24 33,95 Perbukitan Patahan 349.555,17 24,71 282.761,16 19,99 782.288,13 55,30 Pesisir Coast 145.717,04 20,89 208.926,21 29,94 343.057,24 49,17 Tubuh Air 19.065,94 12,01 139.403,79 87,82 260,71 0,16 Total 14.044.163,46 29,61 12.783.560,96 26,95 20.599.451,28 43,43 Secara alamiah ekosistem mampu memberikan jasa ekosistem berupa jasa pengaturan iklim mikro, yang meliputi pengaturan suhu, kelembaban dan hujan, angin, pengendalian gas rumah kaca, dan penyerapan karbon. Fungsi pengaturan iklim dipengaruhi oleh keberadaan faktor biotik khususnya vegetasi, serta letak dan faktor fisiografis seperti ketinggian tempat dan bentuk lahan. Kawasan dengan kepadatan vegetasi yang rapat dan letak ketinggian yang besar seperti pegunungan akan memiliki sistem pengaturan iklim yang lebih baik yang bermanfaat langsung pada pengurangan emisi karbondiokasida dan efek rumah kaca serta menurunkan dampak pemanasan global seperti peningkataan permukaan laut dan perubahan iklim ekstrim dan gelombang panas. IV-58 Ekoregion yang terdapat di Pulau Sumatera ada yang dapat memberikan manfaat berupa pengaturan iklim maupun tidak. Secara umum di Pulau Sumatera lahan yang mampu melakukan pengaturan iklim dapat dibagi menjadi lahan berpotensi tinggi, sedang, dan rendah. Lahan yang berpotensi tinggi dalam pengaturan iklim di Pulau Sumatera memiliki luasan sebesar 20.599.451,28 hektar atau sekitar 43,43 dari keseluruhan lahan yang terdapat di Pulau Sumatera. Lahan yang memiliki potensi sedang dalam pengaturan iklim memiliki luasan sebesar 12.783.560,96 hektar atau sekitar 26,95. Sedangkan lahan yang memiliki potensi rendah memiliki luasan sebesar 14.044.163,46 hektar atau sebesar 29,61 dari keseluruhan lahan yang terdapat di Pulau Sumatera. Sebagian besar lahan yang memiliki potensi tinggi dalam pengaturan iklim terletak pada ekoregion Kerucut dan Lereng Gunung Api, Pegunungan Patahan, dan Pegunungan Lipatan. Ketiga ekoregion tersebut didominasi oleh penggunaan lahan hutan, yang juga merupakan penghasil oksigen. Penggunaan lahan dan ketinggian tempat menyebabkan udara di pegunungan dan perbukitan lebih sejuk dan relatif bersih. Hutan juga menjadi penyaring alami polusi udara yang dihasilkan oleh kegiatan manusia. Sebagian besar lahan yang memiliki potensi rendah dalam pengaturan iklim terletak di Lembah antar Perbukitan Pegunungan patahan Terban dan dataran Fluviomarin. Tabel 4.33 Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pengaturan Tata Aliran Air dan Banjir Ekoregion Sangat Rendah- Rendah Sedang Tinggi-Sangat Tinggi Ha Ha Ha Dataran Aluvial 138.442,84 3,49 0,00 0,00 3.833.967,60 96,51 Dataran Fluvio Gunungapi 216.347,13 8,31 0,00 0,00 2.386.297,21 91,69 Dataran Fluviomarin 126.896,46 7,42 19.363,86 1,13 1.563.138,54 91,44 Dataran Kaki Gunungapi 345.277,50 10,04 0,00 0,00 3.092.189,41 89,96 Kaki Gunungapi 61.720,07 3,10 5.494,62 0,28 1.923.307,76 96,62 Kerucut dan Lereng Gunungapi 20.641,51 1,18 0,00 0,00 1.728.481,54 98,82 Lahan Gambut Peat Land 428.560,01 5,75 166.030,49 2,23 6.865.018,17 92,03 Lembah antar perbukitan Pegunungan Lipatan Intermountain Basin 377.660,73 5,24 3.948.577,59 54,76 2.884.897,91 40,01 Lembah antar Perbukitan Pegunungan patahan Terban 68.778,43 5,39 843.567,20 66,14 363.117,42 28,47 Pegunungan Denudasional 563.701,37 32,03 741.680,41 42,15 454.309,60 25,82 Pegunungan Lipatan 80.547,59 1,33 1.386.359,69 22,95 4.574.595,62 75,72 Pegunungan Patahan 12.321,11 0,47 754.250,82 28,50 1.879.775,84 71,03 Perbukitan Denudasional 29.157,24 35,64 30.203,42 36,91 22.459,09 27,45 Perbukitan Lipatan 91.877,07 2,85 1.683.887,98 52,31 1.443.239,47 44,83 Perbukitan Patahan 23.328,10 1,65 516.847,37 36,54 874.428,99 61,81 IV-59 Ekoregion Sangat Rendah- Rendah Sedang Tinggi-Sangat Tinggi Ha Ha Ha Pesisir Coast 31.528,63 4,52 64.162,44 9,20 602.009,42 86,28 Tubuh Air 1.433,26 0,90 1.160,41 0,73 156.136,76 98,37 Total 2.618.219,05 5,52 10.161.586,30 21,43 34.647.370,35 73,05 Pengaturan tata air dengan siklus hidrologi sangat dipengaruhi oleh keberadaan tutupan lahan dan fisiografi suatu kawasan. Siklus hidrologi yang terjadi di biosfer dan litosfer, yaitu ekosistem air yang meliputi aliran permukaan,ekosistem air tawar, dan ekosistem air laut. Siklus hidrologi yang normal akan berdampak pada pengaturan tata air yang baik untuk berbagai macam kepentingan seperti penyimpanan air, pengendalian banjir, dan pemeliharaan ketersediaan air. Ekoregion yang terdapat di Pulau Sumatera ada yang dapat memberikan manfaat berupa pengaturan tata air dengan baik maupun tidak. Secara umum di Pulau Sumatera lahan yang mampu melakukan pengaturan tata air dapat dibagi menjadi lahan berpotensi tinggi, sedang, dan rendah. Lahan yang berpotensi tinggi dalam pengaturan tata air di Pulau Sumatera memiliki luasan sebesar 34.647.370,35 hektar atau sekitar 73,05 dari keseluruhan lahan yang terdapat di Pulau Sumatera. Lahan yang memiliki potensi sedang dalam pengaturan tata air memiliki luasan sebesar 10.161.586,30 hektar atau sekitar 21,43 Sedangkan lahan yang memiliki potensi rendah memiliki luasan sebesar 2.618.219,05 hektar atau sebesar 5,52 dari keseluruhan lahan yang terdapat di Pulau Sumatera. Sebagian besar lahan yang memiliki potensi tinggi dalam pengaturan tata air terletak pada ekoregion Kerucut dan lereng Gunung Api, Kaki Gunung Api, dan Dataran Aluvial. Ketiga ekoregion tersebut merupakan wilayah yang didominasi oleh tutupan lahan berupa vegetasi yang cukup luas. Kawasan yang penggunaan lahannya didominasi hutan mempunyai potensi tinggi untuk menyerap air. Vegetasi di kawasan hutan mampu menampung air hujan dan mengalirkanya dalam tanah, sehingga menjadi cadangan air tanah. Semakin tinggi kerapatan vegetasi maka air hujan yang dapat ditangkap semakin banyak. Sebagian besar lahan yang memiliki potensi rendah dalam pengaturan tata air terletak pada pegunungan dan perbukitan Denudasional. IV-60 Tabel 4.34 Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pengaturan Pencegahan dan Perlindungan dari Bencana Ekoregion Sangat Rendah- Rendah Sedang Tinggi-Sangat Tinggi Ha Ha Ha Dataran Aluvial 121.163,57 3,05 1.020.619,96 25,69 2.830.626,91 71,26 Dataran Fluvio Gunungapi 251.969,53 9,68 824.405,00 31,68 1.526.269,81 58,64 Dataran Fluviomarin 584.047,09 34,17 714.188,38 41,78 411.163,40 24,05 Dataran Kaki Gunungapi 452.053,96 13,15 1.639.645,37 47,70 1.345.767,58 39,15 Kaki Gunungapi 67.214,69 3,38 1.141.878,35 57,37 781.429,41 39,26 Kerucut dan Lereng Gunungapi 19.151,04 1,09 584.254,19 33,40 1.145.717,81 65,50 Lahan Gambut Peat Land 1.562.435,76 20,95 3.989.292,64 53,48 1.907.880,27 25,58 Lembah antar perbukitan Pegunungan Lipatan Intermountain Basin 2.373.799,77 32,92 3.932.051,24 54,53 905.285,21 12,55 Lembah antar Perbukitan Pegunungan patahan Terban 611.219,39 47,92 504.221,14 39,53 160.022,52 12,55 Pegunungan Denudasional 1.283.801,36 72,96 148.685,77 8,45 327.204,25 18,59 Pegunungan Lipatan 1.564.612,36 25,90 1.419,48 0,02 4.475.471,05 74,08 Pegunungan Patahan 778.672,19 29,42 1.628.885,48 61,55 238.790,09 9,02 Perbukitan Denudasional 61.615,46 75,31 16.106,77 19,69 4.097,52 5,01 Perbukitan Lipatan 2.121.950,34 65,92 503.191,62 15,63 593.862,57 18,45 Perbukitan Patahan 632.316,33 44,70 764.652,98 54,05 17.635,15 1,25 Pesisir Coast 95.691,07 13,72 337.905,56 48,43 264.103,87 37,85 Tubuh Air 9.140,51 5,76 11.268,19 7,10 138.321,74 87,14 Total 12.590.854,43 26,55 17.762.672,12 37,45 17.073.649,16 36,00 Ekosistem mengandung unsur pengaturan pada infrastruktur alamuntuk pencegahan dan perlindungan dari beberapa tipe bencana khususnya bencana alam. Tempat-tempat yang memiliki liputan vegetasi yang rapat dapat mencegah areanya dari bencana erosi, longsor, abrasi, dan tsunami. Selain itu bentuk lahan secara spesifik berdampak langsung terhadap sumber bencana, sebagai contoh bencana erosi dan longsor umumnya terjadi pada bentuk lahan struktural dan denudasional dengan morfologi perbukitan. Ekoregion yang terdapat di Pulau Sumatera ada yang dapat memberikan manfaat berupa pencegahan dan perlindungan dari bencana dengan baik maupun tidak. Secara umum di Pulau Sumatera lahan yang mampu melakukan pencegahan dan perlindungan dari bencana dapat dibagi menjadi lahan berpotensi tinggi, sedang, dan rendah. Lahan yang berpotensi tinggi dalam pencegahan dan perlindungan dari bencana di Pulau Sumatera memiliki luasan sebesar 17.073.649,16 hektar atau sekitar 36 dari keseluruhan lahan yang terdapat di Pulau Sumatera. Lahan yang memiliki potensi sedang dalam pencegahan dan perlindungan dari bencana memiliki luasan sebesar 17.762.672,12 hektar atau sekitar 37,45. Sedangkan lahan yang memiliki potensi IV-61 rendah memiliki luasan sebesar 12.590.854,43 hektar atau sebesar 26,55 dari keseluruhan lahan yang terdapat di Pulau Sumatera. Sebagian besar lahan yang memiliki potensi tinggi dalam pencegahan dan perlindungan dari bencana terletak pada ekoregion Pegunungan Lipatan. Pegunungan Lipatan sebagian besar wilayahnya masih berupa hutan dengan tutupan vegetasi yang lebat. Hal ini membuat wilayah ini mampu mencegah terjadinya bencana seperti tanah longsor dan erosi. Meskipun begitu upaya untuk menjaga kawasan ini agar tidak rusak harus terus dilakukan terutama dari bahaya penebangan hutan dan pembakaran hutan. Sebagian besar lahan yang memiliki potensi rendah dalam pencegahan dan perlindungan dari bencana terletak pada Pegunungan dan Perbukitan Denudasional. Tabel 4.35 Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pengaturan Pemurnian Air Ekoregion Sangat Rendah- Rendah Sedang Tinggi-Sangat Tinggi Ha Ha Ha Dataran Aluvial 259.563,04 6,53 1.861.752,13 46,87 1.851.095,27 46,60 Dataran Fluvio Gunungapi 251.969,53 9,68 1.266.645,45 48,67 1.084.029,36 41,65 Dataran Fluviomarin 1.153.736,39 67,49 316.122,83 18,49 239.539,65 14,01 Dataran Kaki Gunungapi 345.277,50 10,04 82.328,74 2,40 3.009.860,67 87,56 Kaki Gunungapi 61.720,07 3,10 5.494,62 0,28 1.923.307,76 96,62 Kerucut dan Lereng Gunungapi 940.226,44 53,75 105.551,05 6,03 703.345,55 40,21 Lahan Gambut Peat Land 5.551.728,41 74,42 1.907.880,27 25,58 0,00 0,00 Lembah antar perbukitan Pegunungan Lipatan Intermountain Basin 415.299,11 5,76 5.778.418,30 80,13 1.017.418,82 14,11 Lembah antar Perbukitan Pegunungan patahan Terban 68.778,43 5,39 1.044.819,80 81,92 161.864,83 12,69 Pegunungan Denudasional 1.134.302,89 64,46 289.749,52 16,47 335.638,96 19,07 Pegunungan Lipatan 80.547,59 1,33 1.385.998,28 22,94 4.574.957,02 75,73 Pegunungan Patahan 12.321,11 0,47 754.074,88 28,49 1.879.951,78 71,04 Perbukitan Denudasional 50.948,91 62,27 10.567,57 12,92 20.303,27 24,81 Perbukitan Lipatan 91.877,07 2,85 1.777.426,02 55,22 1.349.701,43 41,93 Perbukitan Patahan 23.328,10 1,65 516.847,37 36,54 874.428,99 61,81 Pesisir Coast 33.214,03 4,76 350.815,52 50,28 313.670,95 44,96 Tubuh Air 2.593,67 1,63 0,00 0,00 156.136,76 98,37 Total 10.477.432,29 22,09 17.454.492,34 36,80 19.495.251,08 41,11 Suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponen-komponen yang saling berintegrasi, sehingga membentuk suatu kesatuan Asdak, 1995. Apabila salah satu komponen terganggu, maka hal ini akan mempengaruhi komponen lain yang ada pada ekosistem tersebut. Pencemar yang masuk ke suatu ekosistem perairan dapat dibersihkan secara alami oleh ekosistem itu sendiri. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh organisme dan tanaman air yang hidup dan berkembang di ekosistem tersebut. IV-62 Namun,kemampuan pemurnian air secara alami self purification memerlukan waktu dan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya beban pencemar dan teknik pemulihan alam khususnya aktivitas bakteri alam dalam merombak bahan organik, sehingga kapasitas ekosistem perairan atau badan air dalam mengencerkan, mengurai dan menyerap pencemar meningkat. Ekoregion yang terdapat di Pulau Sumatera ada yang dapat memberikan manfaat berupa pemurnian air dengan baik maupun tidak. Secara umum di Pulau Sumatera lahan yang mampu melakukan pemurnian air dapat dibagi menjadi lahan berpotensi tinggi, sedang, dan rendah. Lahan yang berpotensi tinggi dalam pemurnian air di Pulau Sumatera memiliki luasan sebesar 19.495.251,08 hektar atau sekitar 41,11 dari keseluruhan lahan yang terdapat di Pulau Sumatera. Lahan yang memiliki potensi sedang dalam pemurnian air memiliki luasan sebesar 17.454.492,34 hektar atau sekitar 36,80. Sedangkan lahan yang memiliki potensi rendah memiliki luasan sebesar 10.477.432,29 hektar atau sebesar 22,09 dari keseluruhan lahan yang terdapat di Pulau Sumatera. Sebagian besar lahan yang memiliki potensi tinggi dalam pemurnian air terletak pada ekoregion Kaki Gunung dan Dataran Kaki Gunung. Kawasan hutan yang mendominasi ekoregion tersebut merupakan kawasan yang masih alami karena belum banyak diintervensi oleh kegiatan manusia. Air permukaan di hutan masih relatif bersih karena belum banyak pencemaran, sehingga banyak dimanfaatkan sebagai sumber air. Sebagian besar lahan yang memiliki potensi rendah dalam pemurnian air terletak pada Lahan Gambut dan Dataran Fluviomarin. Tabel 4.36 Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pengaturan Pengolahan dan Penguraian Limbah Ekoregion Sangat Rendah- Rendah Sedang Tinggi-Sangat Tinggi Ha Ha Ha Dataran Aluvial 138.442,84 3,49 121.120,20 3,05 3.712.847,40 93,47 Dataran Fluvio Gunungapi 216.347,13 8,31 35.622,40 1,37 2.350.674,81 90,32 Dataran Fluviomarin 126.896,46 7,42 418.982,91 24,51 1.163.519,49 68,07 Dataran Kaki Gunungapi 345.277,50 10,04 82.328,74 2,40 3.009.860,67 87,56 Kaki Gunungapi 67.214,69 3,38 1.509.848,66 75,85 413.459,09 20,77 Kerucut dan Lereng Gunungapi 1.732.629,23 99,06 685,10 0,04 15.808,71 0,90 Lahan Gambut Peat Land 4.727.937,31 63,38 2.630.481,05 35,26 101.190,31 1,36 Lembah antar perbukitan Pegunungan Lipatan Intermountain Basin 4.226.651,52 58,61 2.762.662,71 38,31 221.822,00 3,08 Lembah antar Perbukitan 68.778,43 5,39 1.065.917,02 83,57 140.767,60 11,04 IV-63 Ekoregion Sangat Rendah- Rendah Sedang Tinggi-Sangat Tinggi Ha Ha Ha Pegunungan patahan Terban Pegunungan Denudasional 1.518.670,84 86,30 201.287,14 11,44 39.733,40 2,26 Pegunungan Lipatan 5.968.924,52 98,80 70.892,76 1,17 1.685,62 0,03 Pegunungan Patahan 2.382.201,35 90,02 263.529,82 9,96 616,59 0,02 Perbukitan Denudasional 71.037,55 86,82 4.143,38 5,06 6.638,82 8,11 Perbukitan Lipatan 2.518.821,37 78,25 681.024,74 21,16 19.158,41 0,60 Perbukitan Patahan 545.070,27 38,53 777.786,12 54,98 91.748,07 6,49 Pesisir Coast 32.607,36 4,67 192.040,66 27,52 473.052,47 67,80 Tubuh Air 1.433,26 0,90 2.536,41 1,60 154.760,76 97,50 Total 24.688.941,63 52,06 10.820.889,84 22,82 11.917.344,23 25,13 Alam menyediakan berbagai macam mikroba aerob yang mampu menguraikan zat organik yang terdapat dalam limbah dan sampah menjadi zat anorganik yang stabil dan tidak memberikan dampak pencemaran bagi lingkungan. Mikroba aerob yang disediakan ekosistem dan berperan dalam proses menetralisir, mengurai, dan menyerap limbah dan sampah diantaranya bakteri, jamur, protozoa, dan ganggang. Ekoregion yang terdapat di Pulau Sumatera ada yang dapat memberikan manfaat berupa pengolahan dan penguraian limbah dengan baik maupun tidak. Secara umum di Pulau Sumatera lahan yang mampu melakukan pengolahan dan penguraian limbah dapat dibagi menjadi lahan berpotensi tinggi, sedang, dan rendah. Lahan yang berpotensi tinggi dalam pengolahan dan penguraian limbah di Pulau Sumatera memiliki luasan sebesar 11.917.344,23 hektar atau sekitar 25,13 dari keseluruhan lahan yang terdapat di Pulau Sumatera. Lahan yang memiliki potensi sedang dalam pengolahan dan penguraian limbah memiliki luasan sebesar 10.820.889,84 hektar atau sekitar 22,82 Sedangkan lahan yang memiliki potensi rendah memiliki luasan sebesar 24.688.941,63 hektar atau sebesar 52,06 dari keseluruhan lahan yang terdapat di Pulau Sumatera. Sebagian besar lahan yang memiliki potensi tinggi dalam pengolahan dan penguraian limbah terletak pada ekoregion Dataran Aluvial dan Dataran Fluvio Gunung Api. Kedua Ekoregion ini didominasi oleh kawasan hutan, sehingga kegiatan manusia masih terbatas. Jenis limbah di hutan adalah bangkai, ranting atau sisa organisme lain, sehingga alam masih mampu menguraikan. Hasil penguraian sampah sisa organisme dapat dimanfaatkan menjadi pupuk kompos untuk tumbuhan di hutan. Sebagian besar lahan yang memiliki potensi rendah dalam pengolahan dan penguraian limbah terletak pada Kerucut dan Lereng Gunung Api, Pegunungan Lipatan, dan Pegunungan Patahan. IV-64 Tabel 4.37 Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pengaturan Pemeliharaan Kualitas Udara Ekoregion Sangat Rendah- Rendah Sedang Tinggi-Sangat Tinggi Ha Ha Ha Dataran Aluvial 1.940.212,88 48,84 1.716.462,06 43,21 315.735,49 7,95 Dataran Fluvio Gunungapi 973.310,80 37,40 1.621.717,15 62,31 7.616,39 0,29 Dataran Fluviomarin 815.821,50 47,73 683.203,53 39,97 210.373,83 12,31 Dataran Kaki Gunungapi 429.520,57 12,50 2.221.537,50 64,63 786.408,84 22,88 Kaki Gunungapi 67.245,23 3,38 1.101.060,92 55,32 822.216,30 41,31 Kerucut dan Lereng Gunungapi 39.761,74 2,27 750.479,91 42,91 958.881,39 54,82 Lahan Gambut Peat Land 2.087.896,10 27,99 3.510.441,08 47,06 1.861.271,49 24,95 Lembah antar perbukitan Pegunungan Lipatan Intermountain Basin 3.428.951,70 47,55 2.878.580,67 39,92 903.603,86 12,53 Lembah antar Perbukitan Pegunungan patahan Terban 776.300,43 60,86 342.725,18 26,87 156.437,45 12,27 Pegunungan Denudasional 1.432.487,13 81,41 327.204,25 18,59 0,00 0,00 Pegunungan Lipatan 80.654,20 1,34 1.238.356,43 20,50 4.722.492,27 78,17 Pegunungan Patahan 12.321,11 0,47 576.685,73 21,79 2.057.340,93 77,74 Perbukitan Denudasional 61.746,43 75,47 20.073,32 24,53 0,00 0,00 Perbukitan Lipatan 573.621,48 17,82 1.552.407,81 48,23 1.092.975,24 33,95 Perbukitan Patahan 195.142,18 13,79 437.174,15 30,90 782.288,13 55,30 Pesisir Coast 121.448,78 17,41 259.727,27 37,23 316.524,44 45,37 Tubuh Air 158.469,73 99,84 0,00 0,00 260,71 0,16 Total 13.194.912,00 27,82 19.237.836,96 40,56 14.994.426,74 31,62 Kualitas udara yang baik merupakan salahsatu manfaat yang diberikan oleh ekosistem. Kualitas udarasangat dipengaruhi oleh interaksi antar berbagai polutan yang diemisikan ke udara dengan faktor-faktor meteorologis angin, suhu, hujan,dan sinar matahari, serta pemanfaatan ruang di permukaan bumi. Semakin tinggi intensitas pemanfaatan ruang, semakin dinamis kualitas udara. Jasa pemeliharaan kualitas udara pada kawasan bervegetasi dan pada daerah bertopografi tinggi umumnya lebih baik dibanding dengan daerah nonvegetasi. Ekoregion yang terdapat di Pulau Sumatera ada yang dapat memberikan manfaat berupa pemeliharaan kualitas udara dengan baik maupun tidak. Secara umum, di Pulau Sumatera lahan yang mampu melakukan pengolahan dan penguraian limbah dapat dibagi menjadi lahan berpotensi tinggi, sedang, dan rendah. Lahan yang berpotensi tinggi dalam pemeliharaan kualitas udara di Pulau Sumatera memiliki luasan sebesar 14.994.426,74 hektar atau sekitar 31,62 dari keseluruhan lahan yang terdapat di Pulau Sumatera. Lahan yang memiliki potensi sedang dalam pemeliharaan kualitas udara memiliki luasan sebesar 19.237.836,96 hektar atau sekitar 40,56 Sedangkan lahan IV-65 yang memiliki potensi rendah memiliki luasan sebesar 3.194.912,00 atau sebesar 27,82 dari keseluruhan lahan yang terdapat di Pulau Sumatera. Sebagian besar lahan yang memiliki potensi tinggi dalam pemeliharaan kualitas udara terletak pada ekoregion Pegunungan Lipatan dan Pegunungan Patahan. Kedua ekoregion ini didominasi oleh penggunaan lahan berupa hutan. Tutupan vegetasi pada dua ekoregion tersebut juga rapat. Selain itu, curah hujan di kawasan tersebut cukup tinggi dan penyinaran matahari berlangsung intensif. Hal ini membuat proses fotosintesis dapat berjalan dengan baik dan membuat udara lebih sejuk. Sebagian besar lahan yang memiliki potensi rendah dalam pemeliharaan kualitas udara terletak pada Pegunungan dan Perbukitan Denudasional. Tabel 4.38 Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pengaturan Penyerbukan Alami Ekoregion Sangat Rendah- Rendah Sedang Tinggi-Sangat Tinggi Ha Ha Ha Dataran Aluvial 305.360,95 7,69 3.021.608,29 76,06 645.441,20 16,25 Dataran Fluvio Gunungapi 288.938,01 11,10 16.473,66 0,63 2.297.232,66 88,27 Dataran Fluviomarin 286.658,01 16,77 1.212.367,02 70,92 210.373,83 12,31 Dataran Kaki Gunungapi 432.858,15 12,59 2.963.470,22 86,21 41.138,55 1,20 Kaki Gunungapi 67.587,78 3,40 0,00 0,00 1.922.934,67 96,60 Kerucut dan Lereng Gunungapi 686.514,85 39,25 375.083,57 21,44 687.524,62 39,31 Lahan Gambut Peat Land 5.598.337,19 75,05 1.861.271,49 24,95 0,00 0,00 Lembah antar perbukitan Pegunungan Lipatan Intermountain Basin 2.303.164,15 31,94 4.103.810,03 56,91 804.162,05 11,15 Lembah antar Perbukitan Pegunungan patahan Terban 618.910,93 48,52 522.564,21 40,97 133.987,91 10,51 Pegunungan Denudasional 727.754,79 41,36 788.154,72 44,79 243.781,88 13,85 Pegunungan Lipatan 82.407,32 1,36 1.484.198,86 24,57 4.474.896,72 74,07 Pegunungan Patahan 12.854,41 0,49 765.994,06 28,95 1.867.499,29 70,57 Perbukitan Denudasional 61.746,43 75,47 20.073,32 24,53 0,00 0,00 Perbukitan Lipatan 2.126.029,29 66,05 1.092.975,24 33,95 0,00 0,00 Perbukitan Patahan 632.316,33 44,70 782.288,13 55,30 0,00 0,00 Pesisir Coast 295.605,71 42,37 397.721,86 57,00 4.372,93 0,63 Tubuh Air 158.730,44 100,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Total 14.685.774,74 30,96 19.408.054,66 40,92 13.333.346,30 28,11 Ekosistem menyediakan jasa pengaturan penyerbukan alami khususnya lewat tersedianya habitat spesies yang dapat membantu proses penyerbukan alami. Habitat alami seperti hutan dan areal bervegetasi umumnya menyediakan media spesies pengatur penyerbukan yang lebih melimpah. Penyerbukan alami adalah proses penyerbukan berpindahnya serbuk sari dari kepala sari ke kepala putik yang secara IV-66 khusus terjadi pada bunga yang sama atau antar bunga yang berbeda tetapi dalam satu tanaman atau di antara bunga pada klon tanaman yang sama. Ekoregion yang terdapat di Pulau Sumatera ada yang dapat memberikan manfaat berupa pengatur penyerbukan alami dengan baik maupun tidak. Secara umum, di Pulau Sumatera lahan yang mampu melakukan pengatur penyerbukan alami dapat dibagi menjadi lahan berpotensi tinggi, sedang, dan rendah. Lahan yang berpotensi tinggi dalam pengatur penyerbukan alami di Pulau Sumatera memiliki luasan sebesar 13.333.346,30 hektar atau sekitar 28,11 dari keseluruhan lahan yang terdapat di Pulau Sumatera. Lahan yang memiliki potensi sedang dalam pengatur penyerbukan alami memiliki luasan sebesar 19.408.054,66 hektar atau sekitar 40,92 Sedangkan lahan yang memiliki potensi rendah memiliki luasan sebesar 14.685.774,74 hektar atau sebesar 30,96 dari keseluruhan lahan yang terdapat di Pulau Sumatera. Sebagian besar lahan yang memiliki potensi tinggi dalam pengatur penyerbukan alami terletak pada ekoregion Kaki Gunung Api dan Dataran Fluvio Gunung Api.Kedua ekoregion yang didominasi kawasan hutan, mempunyai potensi tinggi untuk mengatur penyerbukan. Hutan merupakan tempat yang “sempurna” untuk kegiatan alami seperti penyerbukan. Keseimbangan ekosistem yang masih terjaga membuat organismetumbuhan dapat melakukan proses penyerbukan. Pada ekosistem yang masih alami akan terjadi proses timbal balik antara organisme, salah satunya adalah proses penyerbukan. Sebagian besar lahan yang memiliki potensi rendah dalam pengatur penyerbukan alami terletak pada Perbukitan Denudasional dan Lahan Gambut. Tabel 4.39 Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pengaturan Pengendalian Hama dan Penyakit Ekoregion Sangat Rendah- Rendah Sedang Tinggi-Sangat Tinggi Ha Ha Ha Dataran Aluvial 138.442,84 3,49 165.251,76 4,16 3.668.715,84 92,35 Dataran Fluvio Gunungapi 251.969,53 9,68 36.968,48 1,42 2.313.706,32 88,90 Dataran Fluviomarin 146.260,32 8,56 123.867,66 7,25 1.439.270,88 84,20 Dataran Kaki Gunungapi 427.606,24 12,44 5.251,91 0,15 3.004.608,77 87,41 Kaki Gunungapi 67.448,77 3,39 1.431.043,34 71,89 492.030,34 24,72 Kerucut dan Lereng Gunungapi 1.061.598,42 60,69 687.524,62 39,31 0,00 0,00 Lahan Gambut Peat Land 516.663,29 6,93 2.589.302,77 34,71 4.353.642,62 58,36 Lembah antar perbukitan Pegunungan Lipatan Intermountain Basin 391.043,38 5,42 3.957.660,52 54,88 2.862.432,33 39,69 Lembah antar Perbukitan Pegunungan patahan Terban 72.422,33 5,68 701.001,82 54,96 502.038,90 39,36 IV-67 Ekoregion Sangat Rendah- Rendah Sedang Tinggi-Sangat Tinggi Ha Ha Ha Pegunungan Denudasional 1.432.487,13 81,41 327.204,25 18,59 0,00 0,00 Pegunungan Lipatan 1.566.031,84 25,92 4.475.471,05 74,08 0,00 0,00 Pegunungan Patahan 778.848,13 29,43 1.867.499,63 70,57 0,00 0,00 Perbukitan Denudasional 61.746,43 75,47 20.073,32 24,53 0,00 0,00 Perbukitan Lipatan 1.875.182,33 58,25 250.846,95 7,79 1.092.975,24 33,95 Perbukitan Patahan 627.198,03 44,34 5.118,30 0,36 782.288,13 55,30 Pesisir Coast 145.731,92 20,89 185.877,05 26,64 366.091,52 52,47 Tubuh Air 158.380,94 99,78 88,79 0,06 260,71 0,16 Total 9.719.061,86 20,49 16.830.052,24 35,49 20.878.061,60 44,02 Pengendalian hama adalah pengaturan makhluk-makhluk atau organisme pengganggu yang disebut hama karena dianggap mengganggu kesehatan manusia, ekologi, atau ekonomi. Hama dan penyakit merupakan ancaman biotis yang dapat mengurangi hasil dan bahkan dapat menyebabkan gagal panen. Ekosistem secara alami menyediakan sistem pengendalian hama dan penyakit melalui keberadaan habitat spesies trigger dan pengendali hama dan penyakit. Ekoregion yang terdapat di Pulau Sumatera ada yang dapat memberikan manfaat berupa pengatur pengendalian hama dan penyakit dengan baik maupun tidak. Secara umum, di Pulau Sumatera lahan yang mampu melakukan pengatur pengendalian hama dan penyakit dapat dibagi menjadi lahan berpotensi tinggi, sedang, dan rendah. Lahan yang berpotensi tinggi dalam pengatur pengendalian hama dan penyakit di Pulau Sumatera memiliki luasan sebesar 20.878.061,60 hektar atau sekitar 44,02 dari keseluruhan lahan yang terdapat di Pulau Sumatera. Lahan yang memiliki potensi sedang dalam pengatur pengendalian hama dan penyakit memiliki luasan sebesar 16.830.052,24 hektar atau sekitar 35,49 Sedangkan lahan yang memiliki potensi rendah memiliki luasan sebesar 9.719.061,86 hektar atau sebesar 20,49 dari keseluruhan lahan yang terdapat di Pulau Sumatera. Sebagian besar lahan yang memiliki potensi tinggi dalam pengatur pengendalian hama dan penyakit terletak pada ekoregion Dataran Fluvial, Dataran Fluvio Gunung Api, dan Dataran Kaki Gunung Api. Pada Ekoregian yang dominasi penggunaan lahannya masih berupa hutan mempunyai kondisi yang relatif alami. Ekosistem di hutan relatif masih terjaga, sehingga siklus rantai makanan masih seimbang. Hama yang mengganggu akan dimangsa oleh predator alami mereka, sehingga terjadi keseimbangan alam. Benalu atau gulma yang mengganggu pada tumbuhan akan dilawan oleh tumbuhan tersebut dengan cara tertentu. Perlawanan terhadap hama dan penyakit secara IV-68 alami bisa dilakukan karena ekosistem masih terjaga. Sebagian besar lahan yang memiliki potensi rendah dalam pengatur pengendalian hama dan penyakit terletak pada Pegunungan dan Perbukitan Denudasional

2. Profil Distribusi Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pengaturan Menurut Provinsi

Tabel 4.40 Distrbusi dan Luas Jasa Ekosistem Pengaturan Iklim Provinsi Sangat Rendah- Rendah Sedang Tinggi-Sangat Tinggi Ha Ha Ha ACEH 1.321.165,61 23,24 682.023,66 12,00 3.682.401,87 64,77 BENGKULU 427.538,71 21,53 563.931,65 28,40 994.205,43 50,07 JAMBI 2.261.065,26 45,99 891.560,51 18,13 1.763.996,35 35,88 KEP. BANGKA BELITUNG 191.570,61 11,55 642.727,01 38,76 823.788,41 49,68 KEP. RIAU 360.852,08 46,85 176.339,20 22,90 233.007,98 30,25 LAMPUNG 1.765.760,61 52,37 894.749,03 26,54 711.104,50 21,09 RIAU 2.203.362,16 24,66 2.243.228,88 25,11 4.486.712,69 50,22 SUMATERA BARAT 755.111,01 17,92 911.599,95 21,63 2.547.232,30 60,45 SUMATERA SELATAN 2.645.482,44 30,54 3.976.938,51 45,91 2.039.244,62 23,54 SUMATERA UTARA 2.112.254,96 29,21 1.800.462,56 24,90 3.317.757,12 45,89 Berdasarkan data pada tabel dapat diketahui potensi lahan dalam pengaturan iklim pada masing-masing Provinsi yang terletak di Pulau Sumatera. Provinsi yang memiliki presentase paling besar lahan potensial atau paling tinggi adalah Provinsi Aceh dengan presentase mencapai 64,77 atau luasan 3.682.401,87 hektar dari keseluruhan wilayahnya. Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Riau juga memiliki luasan lahan berpotensi tinggi dalam pengaturan iklim yang besar. Presentase luasannya mencapai 60,45 di Sumatera Barat dan 50,22 di Provinsi Riau. Provinsi Aceh dan Sumatera Barat memiliki tutupan lahan berupa hutan yang cukup luas. Sedangkan Provinsi Riau memiliki tutupan lahan vegetasi berupa perkebunan yang juga luas. Hutan menghasilkan karbon dan oksigen, sehingga suhu menjadi lebih sejuk. IV-69 Gambar 4.19 Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pengaturan Iklim IV-70 Fungsi hutan lainnya adalah menyerapkarbondioksida dan partikel kotor yang ada di udara, sehingga kualitasdapat terjaga. Selain itu, hamparan tanaman kebun dan tanaman semusim yang luas mampu menetralisir iklim disekitarnya menjadi sejuk. Oksigen dihasilkan dari proses fotosintesis tanaman, semakin rapat dan banyak jumlah vegetasi maka semakin banyak oksigen yang dihasilkan. Tabel 4.41 Distrbusi dan Luas Jasa Ekosistem Pengaturan Tata Aliran Air dan Banjir PROVINSI SANGAT RENDAH- RENDAH SEDANG TINGGI-SANGAT TINGGI Ha Ha Ha ACEH 203.599,02 3,58 1.014.071,61 17,84 4.467.920,51 78,58 BENGKULU 75.130,72 3,78 457.890,61 23,06 1.452.654,45 73,16 JAMBI 152.792,44 3,11 1.718.386,43 34,95 3.045.443,25 61,94 KEP. BANGKA BELITUNG 569.350,89 34,34 680.857,76 41,06 407.877,39 24,60 KEP. RIAU 81.743,07 10,61 370.138,21 48,06 318.317,98 41,33 LAMPUNG 372.483,89 11,05 477.615,14 14,17 2.521.515,12 74,79 RIAU 343.083,75 3,84 1.139.716,92 12,76 7.450.503,07 83,40 SUMATERA BARAT 113.056,20 2,68 971.287,02 23,05 3.129.600,04 74,27 SUMATERA SELATAN 477.838,55 5,52 1.632.440,78 18,85 6.551.386,24 75,64 SUMATERA UTARA 229.140,52 3,17 1.699.181,81 23,50 5.302.152,30 73,33 Berdasarkan data pada tabel dapat diketahui potensi lahan dalam pengaturan tata aliran air dan banjir pada masing-masing Provinsi yang terletak di Pulau Sumatera. Provinsi yang memiliki presentase paling besar lahan potensial atau paling tinggi adalah Provinsi Riau, dimana 83.40 dari luasanya merupakan lahan berpotensi tinggi. Sedangkan Provinsi lain yang juga memiliki luasan lahan yang besar dalam pengaturan tata aliran air dan banjir adalah Provinsi Sumatera Selatan dengan luasan lahan 6.551.386,24 hektar 5.64 serta Provinsi Aceh dengan luasan yang mencapai 4.467.920,51 hektar atau 78,58 dari keseluruhan wilayahnya. Ketiga Provinsi tersebut memiliki tutupan lahan berupa vegetasi yang cukup luas. Hutan di perbukitan dan pegunungan merupakan recharge area.