Batasan Operasional METODE PENELITIAN

III-1

BAB III PROFIL EKOREGION DAN TUTUPAN LAHAN

3.1 Profil Ekoregion Pulau Sumatera

Pulau Sumatera adalah salah satu pulau terbesar di Indonesia. Luasan Pulau Sumatera yang besar membuat pulau ini menempati peringkat keenam sebagai pulau terbesar di dunia. Letak geografis Pulau Sumatera yang unik menyebabkan pulau ini memiliki karakter alam yang beragam dan menarik. Selain itu, Pulau yang pada zaman dahulunya dikenal sebagai Swarnadwipaatau pulau emas ini juga termasuk dalam deretan pegunungan api pasifik Ring of Fire yang panjangnya mencapai 40.000 km, mulai dari Gunung Leuser yang terletak di Propinsi Aceh, Gunung Sinabung di Propinsi Sumatera Utara, hingga Gunung Anak Krakatau yang terletak di bagian selatan Pulau Sumatera. Sumatera merupakan pulau yang memiliki kondisi fisiografi yang unik. Fisiografi pulau ini dibentuk oleh rangkaian Pegunungan Barisan di sepanjang sisi baratnya, yang memisahkan pantai barat dan pantai timur. Lerengnya mengarah ke Samudera Indonesia dan pada umumnya curam. Hal ini mengakibatkan jalur pantai barat kebanyakan bergunung-gunung kecuali dua ambang dataran rendah di Sumatera Utara, yakni Melaboh dan Singkel atau Singkil. Sedangkan Sisi timur dari pantai Sumatera ini terdiri dari lapisan tersier yang sangat luas serta berbukit-bukit dan berupa dataran rendah aluvial. Jalur rendah terdapat di bagian timur. Pada bagian ini banyak mengandung biji intan yang tersebar di Propinsi Aceh yang lebarnya 30 km. Semakin ke arah selatan semakin melebar dan bertambah hingga 150-200 km yang terutama terdapat di Sumatra Tengah dan Sumatra Selatan. Kondisi fisiografi yang unik membuat wilayah Pulau Sumatera mempunyai kekayaan sumber daya alam dan keanekaragaman hayati yang luar biasa besar. Pulau Sumatera ini merupakan bagian dari pusat keanekaragaman hayati atau yang dikenal sebagai “Sundaland Hotspot” di Asia Tenggara yang juga merupakan salah satu dari 25 sumber kehidupan flora dan fauna yang paling kaya sekaligus yang paling terancam di dunia.Pusat-pusat keanekaragaman hayati ini hanya mencakup 1,4 dari luas Planet Bumi, tetapi mempunyai 60 keanekaragaman spesies darat. Pulau Sumatera adalah tempat tinggal bagi lebih dari 10.000 spesies tumbuh-tumbuhan. Kebanyakan spesies ini berada di hutan-hutan dataran rendah. Pulau ini juga merupakan satu-satunya tempat di dunia dimana gajah, badak, harimau, macan tutul, dan orangutan dapat ditemukan di tempat yang sama. Kekayaan sumber daya alam dan keanekaragaman hayati Pulau Sumatera tidak dapat terlepas dari besarnya luasan hutan, utamanya hutan hujan tropis di Pulau Sumatera. Hutan Sumatera yang III-2 tergolong dalam hutan hujan tropis ini terbagi dalam tiga wilayah besar diantaranya Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Kerinci Seblat, dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Keanekaragaman hayati Pulau Sumatera masuk dalam daftar salah satu warisan dunia oleh UNESCO.Hal ini dikarenakan hutan di Sumatera merupakan Hutan Hujan Tropis yang berperan sebagai Hutan Lindung dan didiami oleh sekitar 10.000 jenis tanaman, dimana 17 diantaranya adalahflora endemik. Tidak hanya itu, lebih dari 200 spesies mamalia dan 580 spesies unggas aneka warna dan bunyi suara juga berlindung di hutan lindung ini. Oleh sebab itu, kelestarian Hutan Hujan Tropis ini harus senantiasa dijaga dari konversi lahan dan perburuan liar. Hal ini terutama bertujuan untuk menjaga keseimbangan lingkungan, dan juga menjaga ketersediaan air bersih. Kekayaan sumber daya alam Pulau Sumatera tidak hanya berasal dari sumber daya alam hayati saja, namun juga terdapat berbagai kekayaan alam lain. Propinsi Aceh misalnya memiliki usaha pertambangan umum yang telah dimulai sejak tahun 1900.. Daerah operasi minyak dan gas di bagian utara dan timur meliputi daratan seluas 8.225,19 km² dan dilepas pantai Selat Malaka 38.122,68 km². Sumatera Utara juga memiliki kekayaan tambang yang cukup besar. Sekurang-kurangnya terdapat 27 jenis barang tambang nonlogam golongan C, 15 jenis barang tambang logam dan enam jenis minyak,dan gas migas serta energi. Barang tambang nonlogam antara lain terdiri dari: batu gamping, dolomite, pasir kuarsa, belerang, kaolin, diatomea dan bentonit. Sedangkan barang tambang logam mencakup emas, perak, tembaga dan timah hitam. Sementara potensi migas dan energi antara lain minyak bumi, gas alam dan panas bumi. Berbagai potensi pertambangan logam maupun non logam juga terdapat di berbagai propinsi lain di Pulau Sumatera. Pengembangan potensi wilayah di Pulau ini dapat dilakukan melalui berbagai bidang antara lain: bidang pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, pertambangan, pariwisata, dan lain-lain. Hal ini dapat dikembangkan dengan baik karena didukung dengan kondisi fisik wilayah Sumatera, potensi iklim, terutama curah hujan yang tinggi dan penyebarannya yang cukup merata sepanjang tahun, serta kondisi tanahnya yang yang bervariasi, sehingga menjadikan lahan di Pulau Sumatra memiliki potensi pertanian, perkebunan, dan kehutanan yang besar. Keberadaan sumber-sumber air baik berupa sungai waduk, danau, serta laut juga merupakan potensi besar dalam pengembangan perikanan di Pulau Sumatera. Selain itu kondisi alam yang unik dan menarik juga merupakan potensi besar yang dapat dimanfaatkan dalam mendukung pengembangan kepariwisataan Pulau Sumatera. Ekoregion di Pulau Sumatera didominasi oleh Ekoregion Dataran Aluvial. Ekoregion Dataran Aluvial memiliki luasan sebesar 8.302.423,63 hektar atau sekitar 17,47 dari keseluruhan luas Pulau Sumatera. Ekoregion Dataran Aluvial sebagian besar terletak pada Provinsi Sumatera Selatan dengan III-3 luasan ekoregion sebesar 2.129.659,89 hektar serta Provinsi Riau dengan luasan mencapai 2.057.454,99 hektar.Secara umum, pesebaran ekoregion ini mengikuti daerah aliran sungai baik yang terletak di bagian barat maupun bagian timur Pulau Sumatera. Material utama penyusun ekoregion ini adalah endapan alluvium yang berlapis-lapis, yang terdiri dari material pasir, debu, dan lempung relatif seimbang. Komposisi endapan alluvium ini bervariasi, tergantung pada kondisi geologi di daerah hulu yang terbentuk akibat aktivitas pengendapan sediman aliran sungai, hasil erosi tanah di daerah hulu atau lereng atas. Material aluvium selanjutnya akan berkembang menjadi tanah aluvial. Dominasi ekoregion selanjutnya yang terdapat di Pulau Sumatera berdasarkan Gambar 3.1 dan Tabel 3.1 adalah Ekoregion Perbukitan Struktural Patahan. Ekoregion Perbukitan Struktural Patahan di Pulau Sumatera memiliki luasan 8.059.151,42 hektar atau mencapai 16,96. Persebaran ekoregion ini paling besar terdapat di Provinsi Sumatera Barat dengan luasan 1.789.393,46 hektar dan Provinsi Sumatera Utara yang luasannya mencapai 1.728.793,13 hektar. Ekoregion ini merupakan wilayah perbukitan yang terbentuk karena tenaga endogen yang menekan lapisan kulit bumi secara vertikal, sehingga lapisan terangkat dan patah membentuk struktur patahan. Jenis tanah pada ekoregion ini didominasi oleh tanah dengan bahan induk vulkan.