KEEFEKTIFAN PENERAPAN MEDIA BATIK POCKETS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MATERI JENIS MOTIF BATIK DAERAH SETEMPAT DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI PECABEAN KABUPATEN TEGAL

(1)

KEEFEKTIFAN PENERAPAN MEDIA BATIK POCKETS

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V

MATERI JENIS MOTIF BATIK DAERAH SETEMPAT

DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI PECABEAN

KABUPATEN TEGAL

SKRIPSI

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

oleh Dewi Erniati 1401409023

       

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013


(2)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian atau keseluruhannya. Pendapat/temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Tegal, Juli 2013


(3)

Skripsi ini disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Di : Tegal Tanggal : 11 Juli 2013

Pembimbing I Pembimbing II

Moh. Fathurrahman, S. Pd, M.Sn. Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd. 19770725 200801 1 008 19630923 198703 1 001

Mengesahkan, Koordinator UPP Tegal

Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd. 19630923 198703 1 001


(4)

Skripsi dengan judul Keefektifan Penerapan Media Batik Pockets terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Materi Jenis Motif Batik Daerah Setempat di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pecabean Kabupaten Tegal, oleh Dewi Erniati 1401409023, telah dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada tanggal 26 Juli 2013.

PANITIA UJIAN

Ketua Sekretaris

Drs. Hardjono, M.Pd. Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd. 19510801 197903 1 007 19630923 198703 1 001

Penguji Utama

Drs. Sigit Yulianto 19630721 198803 1 001

Penguji Anggota 1 Penguji Anggota 2


(5)

Motto

Kehidupan ini ibarat jalan satu arah. Seberapa banyak pun perubahan rute yang anda tempuh, tidak satu pun akan membawa anda kembali. Begitu anda mengetahui dan menerima hal itu, kehidupan akan tampak menjadi jauh lebih sederhana.

(Isabel Moore)

Kesejahteraan adalah usaha, diperlukan keteguhan hati untuk mencapainya. (Parlindungan Marpaung)

Gajah mati meninggalkan gading, semangat tinggi menjadikan tiada tanding. (Dewi Erniati)

Persembahan

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

Keluarga besarku (Bapak, ibu, mas Adi, Irfan, mbak Wiwit). Keluarga besar mbah Jupri (Ma’wo dan keluarga, Om Nasikin dan keluarga, Om Kirno dan keluarga, Om In dan keluarga, Om Kun dan keluarga) yang selalu memberi motivasi kepada peneliti.

Rekan-rekan mahasiswa PGSD UPP Tegal seperjuangan (Risa, Hamidah, Eka, Teh Nia, Atika, Hidah, Lela, Sari, Kiki, Eneng, Rizam, Slepi, Prada, Beni, Farid, Cepungdz, Imron dan rekan-rekan satu angkatan lainnya) atas pengalaman luar biasa selama berdiskusi dan berbagi ilmu.


(6)

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Keefektifan Penerapan Media Batik Pockets terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Materi Jenis Motif Batik Daerah Setempat di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pecabean Kabupaten Tegal”.

Banyak pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, oleh karena itu peneliti menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menempuh jenjang S1 di UNNES.

2. Drs. Hardjono, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES yang berkenan memberikan ijin penelitian kepada peneliti.

3. Dra. Hartati, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES yang telah menyetujui dilaksanakannya penelitian ini.

4. Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd. Koordinator UPP Tegal serta sebagai pembimbing II yang senantiasa membimbing peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripi ini. 5. Moh. Fathurrahman, S. Pd, M.Sn. Pembimbing I yang senantiasa membimbing

serta mengarahkan peneliti dalam menyusun skripsi ini.

6. Drs. Sigit Yulianto, dosen wali yang senantiasa membimbing peneliti dalam hal akademik.

7. Seluruh dosen dan karyawan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPP Tegal Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah membantu


(7)

9. Nurningsih, S.Pd. Guru mata pelajaran SBK di MI Negeri Pecabean Kabupaten Tegal yang telah memberikan informasi guna mendukung pelaksanaan penelitian di MI Negeri Pecabean Kabupaten Tegal.

10. Segenap guru dan staf di MI Negeri Pecabean Kabupaten Tegal yang senantiasa mendukung terlaksananya penelitian.

11. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi pembaca.

Tegal, Juli 2013


(8)

Erniati, Dewi. 2013. Keefektifan Penerapan Media Batik Pockets terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Materi Jenis Motif Batik Daerah Setempat di Madrasah

Ibtidaiyah Negeri Pecabean Kabupaten Tegal. Skripsi, Jurusan Pendidikan

Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: I Moh. Fathurrahman, S. Pd, M.Sn., II Drs. Akhmad Junaedi M.Pd.

Kata Kunci: Media, Batik Pockets, Hasil Belajar.

Rendahnya hasil belajar siswa materi Jenis Motif Batik Daerah Setempat di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pecabean Kabupaten Tegal, salah satu faktornya adalah kurangnya pemanfaatan dan penerapan media pembelajaran. Oleh karena itu diperlukan media yang dapat mencakup materi Jenis Motif Batik Daerah Setempat. Media Batik Pockets dapat menjadi salah satu alternatif media pembelajaran SBK kelas V materi Jenis Motif Batik Daerah Setempat. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa materi jenis motif batik daerah setempat antara yang menggunakan media Batik Pockets dengan yang tidak menggunakan media Batik Pockets. Tujuan penelitian ini yaitu menguji keefektifan penerapan media Batik Pockets terhadap hasil belajar siswa kelas V materi Jenis Motif Batik Daerah Setempat di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pecabean Kabupaten Tegal.

Desain penelitian ini menggunakan quasi experimental design dengan bentuk

nonequivalent control group design. Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas V

MI Negeri Pecabean Kabupaten Tegal tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 55 siswa. Pengambilan sampel menggunakan teknik sampling jenuh, yaitu pengambilan sampel dari keseluruhan populasi. Data awal penelitian berupa nilai pretest kedua kelompok. Rata-rata nilai hasil pretes di kelompok eksperimen dan kontrol yaitu 45,58 dan 45,35.

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata nilai hasil postes di kelas eksperimen yaitu sebesar 79,62, sedangkan kelas kontrol sebesar 69,14. Uji normalitas terhadap nilai postes dilakukan menggunakan uji liliefors pada program SPSS 17. Berdasarkan uji normalitas, diperoleh data kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal. Setelah itu dilakukan uji homogenitas dengan menggunakan program SPSS 17. Diketahui bahwa Significance Levene's Test for Equality of Variances = 0.252 > α = 0,05 sehingga disimpulkan bahwa data tersebut homogen. Uji hipotesis menggunakan

T-Test (Uji t). Hasil penghitungan menunjukkan bahwa besar t hitung 2,994 dan

3,032, pada taraf signifikansi 0,004<0,05. Berdasarkan ketentuan pengambilan keputusan pengujian hipotesis dengan taraf signifikansi 0,05% maka untuk df sebesar 53 nilai t tabelnya adalah 2,005, dapat dilihat bahwa 2,994 dan 3,032)> (2,0057) sehingga disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang

berarti ada perbedaan rerata hasil belajar siswa materi Jenis Motif Batik Daerah Setempat antara yang menggunakan media Batik Pockets dengan yang tidak menggunakan media Batik Pockets.


(9)

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Pembatasan Masalah ... 8

1.4 Rumusan Masalah ... 8

1.5 Tujuan Penelitian ... 9

1.5.1 Tujuan Umum ... 9

1.5.2 Tujuan Khusus ... 9

1.6 Manfaat Penelitian ... 9

1.6.1 Manfaat Teoritis ... 9

1.6.2 Manfaat Praktis ... 10

1.6.2.1 Bagi Siswa ... 10

1.6.2.1 Bagi Guru ... 10


(10)

2.1 Penelitian yang Relevan ... 11

2.2 Landasan Teoritis ... 12

2.2.1 Belajar dan Pembelajaran ... 13

2.2.2 Hasil Belajar ... 14

2.2.3 Media Pembelajaran ... 16

2.2.4 Media Pembelajaran Batik Pockets ... 21

2.2.5 Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) di SD ... 22

2.2.6 Materi Jenis Motif Batik Daerah Setempat ... 25

2.2.7 Karakteristik Siswa SD ... 39

2.3 Kerangka Berpikir ... 40

2.4 Hipotesis ... 42

3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 43

3.2 Populasi dan Sampel ... 44

3.2.1 Populasi ... 44

3.2.2 Sampel ... 44

3.3 Variabel Penelitian ... 45

3.3.1 Variabel Bebas ... 45

3.3.2 Variabel Terikat ... 45

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.4.1 Tes ... 45


(11)

3.5.1 Pengujian Validitas Instrumen ... 47

3.5.1.1 Validitas Logis ... 48

3.5.1.2 Validitas Empiris ... 48

3.5.2 Pengujian Reliabilitas Instrumen ... 49

3.5.3 Analisis Taraf Kesukaran ... 50

3.5.4 Analisis Daya Pembeda ... 52

3.6 Uji Kesamaan Rata-rata ... 54

3.7 Metode Analisis Data ... 55

3.7.1 Deskripsi Data ... 55

3.7.2 Uji Prasyarat Analisis ... 55

3.7.2.1 Uji Normalitas ... 56

3.7.2.2 Uji Homogenitas ... 56

3.7.3 Analisis Akhir (Pengujian Hipotesis) ... 57

4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data ... 58

4.1.1. Data Hasil Penelitian ... 58

4.1.2. Hasil Belajar Siswa ... 60

4.2 Uji Prasyarat Analisis ... 62

4.2.1 Uji Normalitas Data ... 62

4.2.2 Uji Homogenitas Data ... 62

4.3 Hasil Analisis Akhir (Pengujian Hipotesis) ... 63


(12)

5.1 Simpulan ... 66

5.2 Saran ... 66

Lampiran-lampiran ... 67


(13)

3.1 Rekapitulasi Uji Validitas Soal Tes Uji Coba ... 49

3.2 Hasil Uji Reliabilitas Soal ... 50

3.3 Analisis Tingkat Kesukaran Soal ... 51

3.4 Daya Pembeda Soal ... 53

3.5 Distribusi Frekuensi Nilai Pretes Kelas Eksperimen ... 54

3.6 Distribusi Frekuensi Nilai Pretes Kelas Kontrol ... 54

3.7 Perbandingan Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 55

4.1 Distribusi Frekuensi Data Posttest Kelompok Kontrol ... 60

4.2 Distribusi Frekuensi Data Posttest Kelompok Eksperimen ... 60

4.3 Data Hasil Postes ... 61

4.4 Uji Normalitas ... 62

4.5 Uji Homogenitas ... 62


(14)

Gambar Halaman

2.1 Batik Pockets ... 22

2.2 Motif Tegalan Berasal dari Bentuk Hewan ... 27

2.3 Motif Tegalan Berasal dari Bentuk Hewan ... 28

2.4 Motif Tegalan Berasal dari Bentuk Tumbuhan ... 29

2.5 Motif Tegalan Berasal dari Bentuk Tumbuhan ... 30

2.6 Motif Tegalan Berasal dari Bentuk Benda Lain ... 31

2.7 Motif Tegalan Berasal dari Bentuk Benda Lain ... 32

2.8 Motif Batik Daerah Pekalongan ... 33

2.9 Motif Batik Daerah Pekalongan ... 34

2.10 Motif Batik Daerah Pekalongan ... 35

2.11 Motif Batik Daerah Cirebon ... 36

2.12 Motif Batik Daerah Cirebon ... 37

2.13 Motif Batik Daerah Cirebon ... 38

2.14 Kerangka Berpikir ... 41 4.1 Gambar Grafik Rata-rata Nilai Posttest Kelompok Kontrol dan Eksperimen 61


(15)

1 Data Populasi Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 68

2 Silabus Pengembangan SBK ... 70

3 RPP Kelas Eksperimen ... 71

4 RPP Kelas Kontrol ... 87

5 Kisi-kisi Soal Tes Uji Coba ... 105

6 Soal Uji Coba ... 109

7 Data Nilai Hasil Uji Coba Soal ... 124

8 Lembar Validasi Soal oleh Penilai Ahli ... 130

9 Hasil Uji Validitas Soal ... 146

10 Data Hasil Uji Reliabilitas ... 150

11 Kisi-kisi Soal Pretest-posttest ... 151

12 Soal dan Kunci Jawaban Pretest-posttest ... 154

13 Hasil Pretest Kelas Eksperimen ... 160

14 Hasil Pretes Kelas Kontrol ... 161

15 Hasil Posttest Kelas Eksperimen ... 162

16 Hasil Posttest Kelas Kontrol ... 163

17 Out Put Uji Normalitas dan Homogenitas ... 164

18 T-Test ... 165

19 Foto ... 166

20 Surat Ijin Penelitian ... 168


(16)

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Dengan pendidikan manusia memperoleh pengetahuan tentang berbagai ilmu, baik ilmu alam, ilmu sosial, dan juga disiplin ilmu lainnya yang menjadikan manusia menjadi dewasa. Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Ketentuan Umum Pasal I dinyatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa seseorang akan lebih berkembang apabila mendapatkan pendidikan. Maka pendidikan menjadi penting bagi setiap warga negara guna mengembangkan potensi yang dimiliki.

Fungsi pendidikan dirumuskan dalam UU No. 20 Tahun 2003, dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan demikian setiap warga negara akan menjadi berkarakter dan bermartabat jika negara mempunyai kualitas pendidikan yang baik.


(17)

Tujuan pendidikan nasional dijelaskan dalam rumusan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Rumusan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 menjelaskan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Berikutnya dalam penelitian ini istilah peserta didik disebut dengan siswa. Setiap siswa memiliki hak yang sama dalam memperoleh pendidikan yang bermutu. Upaya untuk menjamin mutu pendidikan yang dilakukan pemerintah salah satunya yaitu dengan menetapkan standar nasional pendidikan. Salah satu standar yang dimaksud yaitu standar isi. Pada pasal 35 Ayat (1) dijelaskan standar isi mencakup runag lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam persyaratan tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar terdiri dari Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah


(18)

 

Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat. Dalam Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Bagian kesatu tentang hak dan kewajiban warga negara dijelaskan setiap warga negara dengan usia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Namun, pada umumya usia SD berada pada rentang 6-11 tahun.

Menurut Peaget dalam Yusuf (2009: 6) usia 6-11 tahun berada pada tahap perkembangan kognitif operasional konkrit dimana terdapat tiga kemampuan baru yaitu mengklasifikasikan (mengelompokkan), menyusun atau mengasosiasikan (menghubungkan atau menghitung), dan kemampuan menyelesaikan masalah (problem solving). Siswa mencapai tiga kemampuan ini melalui pembelajaran baik dengan menggunakan objek nyata ataupun dengan memanfaatkan media yang mendukung.

Criticos (1996) mengartikan media sebagai salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan (Daryanto 2010: 4). Sehingga pemilihan media yang sesuai akan mempengaruhi hasil penyampaian pesan yang dilakukan. Dalam pembelajaran materi pelajaran merupakan pesan yang disampaikan oleh guru sebagai komunikator kepada siswa sebagai komunikan. Namun, setelah melaksanakan pengamatan peneliti menemukan bahwa media pembelajaran Seni Budaya Dan Keterampilan untuk Kompetensi Dasar (KD) mengidentifikasi jenis motif hias pada karya seni rupa nusantara daerah setempat belum mencakup semua materi yang harus disampaikan guru. Guru juga mendapat hambatan lain yaitu minimnya buku


(19)

terbatasnya media pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan yang komunikatif, menarik serta sarat materi.

Kurikulum pendidikan dasar yang termuat dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 27 wajib memuat 10 disiplin ilmu yang terdiri dari pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan/kejuruan, dan muatan lokal.

Mata pelajaran Seni Budaya Dan Keterampilan dalam kurikulum sekolah dasar mencakup seni rupa, seni musik, seni tari, dan keterampilan. Dalam silabus Seni Budaya Dan Keterampilan sekolah dasar disemester 2 terdapat Kompetensi Dasar (KD) mengidentifikasi jenis motif hias pada karya seni rupa nusantara daerah setempat untuk Standar Kompetensi (SK) mengapresiasi karya seni rupa. Dengan adanya KD dan SK tersebut maka warisan budaya pada setiap daerah dapat menjadi alat/pendukung pendidikan, hal ini sesuai dengan pendapat Henderson di bawah ini:

Henderson dalam Sadulloh (2003: 55) mengemukakan:

But to see education as a process of growth and development talking place as the result of the interaction of an individual with his environment, both physical and sosial, beginning at birth and lasting as long as life itself a process in which the social heritage as a part of the social environment becomes a tool to be used toward the development of the best and most intelligent person possible, men and woman who will promote human welfare, that is to see the educational reformers conceived it.

Menurut Henderson, pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir. Warisan sosial merupakan lingkungan masyarakat, merupakan alat bagi


(20)

 

manusia untuk pengembangan manusia yang terbaik dan inteligen, untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

Sebagaimana yang dijelaskan Henderson, interaksi siswa dengan lingkungan sosial berperan penting dalam mengenalkan siswa dengan masyarakatnya guna mengembangkan potensi diri. Harapannya ketika siswa mampu mengembangkan potensi dirinya secara maksimal maka ia dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Maka siswa dalam pembelajaran perlu diperkenalkan dengan berbagai produk lokal yang berkembang di daerahnya.

Batik selain sebagai hasil kebudayaan masyarakat juga merupakan produk lokal yang dikembangkan sebagai peluang usaha. Dengan memperkenalkan keragaman batik Tegal atau yang lebih dikenal dengan batik tegalan kepada siswa diharapkan dapat menumbuhkan kecintaan siswa terhadap produk lokal. Di dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan bahwa:

Kelompok mata pelajaran estetika pada SD/MI/SDLB/ Paket A, SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/SMALB/Paket C, SMK/ MAK, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, seni dan budaya, keterampilan, dan muatan lokal yang relevan.

Nasution (2010: 16) menyatakan bahwa demi kelangsungan hidup bangsa dan negara, kepada generasi muda disampaikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa itu. Nilai-nila yang dimaksud di atas mencakup nilai-nilai religi, nilai-nilai kebudayaan, nilai-nilai sains dan teknologi, nilai-nilai seni, dan nilai-nilai keterampilan (Sadulloh 2003: 57). Batik merupakan salah satu hasil


(21)

Sekolah Dasar sebagai lembaga pendidikan dasar diharapkan dapat memerankan fungsi pentingnya untuk mewariskan hasil kebudayaan dalam hal ini batik kepada siswanya. Sekolah mewujudkan fungsi ini melalui interaksi positif antara siswa dan lingkungan sosialnya melalui pembelajaran materi jenis motif batik daerah setempat.

Motif batik Tegal merupakan salah satu motif hias yang berasal dan berkembang di daerah Tegal. Maka melalui materi Motif Batik Daerah Setempat, Kompetensi Dasar mengidentifikasi jenis motif hias pada karya seni rupa nusantara daerah setempat dapat dicapai. Melalui materi ini siswa dikenalkan dengan macam-macam motif pada kain batik yang berasal dan berkembang di daerahnya sendiri.

Dalam menghadirkan lingkungan sosial kedalam kelas, guru sering menghadapi berbagai hambatan. sebagai solusi atas hambatan yang dihadapi dalam pembelajaran digunakanlah media pembelajaran. Hambatan di MI Negeri Pecabean Kabupaten Tegal yaitu penggunaan media dalam mengajarkan materi Jenis Motif Batik Daerah Setempat, belum mencakup keseluruhan materi yang disesuaikan dengan indikator yang akan ditempuh. Sedangkan pencapaian seluruh indikator sangat menentukan tercapainya Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sehigga perlu adanya pengembangan media yang mampu mencakup seluruh materi.

Media gambar berbentuk lembaran kertas yang selama ini digunakan di MI Negeri Pecabean Kabupaten Tegal Peneliti kembangkan menjadi media gambar berbentuk kartu. Kartu yang berisi motif batik ini kemudian dilengkapi


(22)

 

dengan keterangan nama motif. Selain itu dibuat kantong-kantong dengan warna yang berbeda bertuliskan nama daerah tegal serta dua daerah sekitar tegal. Setiap kartu motif batik dimasukkan kedalam kantong sesuai dengan daerah asalnya. Media ini kemudian dinamakan Batik Pockets karena berupa kantong-kantong yang memuat berbagai motif batik. Melalui media Batik Pockets materi yang disampaikan dapat termuat secara lengkap dan menarik. Bentuknya yang berupa kantong-kantong akan memudahkan siswa dalam mengenali dan mengklasifikasikan berbagai motif batik di daerah Tegal sehingga pembelajaran yang dilaksanakan dapat memenuhi indikator yang telah ditentukan.

Penelitian dengan judul “Keefektifan Penerapan Media Batik Pockets

terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Materi Jenis Motif Batik Daerah Setempat di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pecabean Kabupaten Tegal” ini dilaksanakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penerapan media Batik Pocket

terhadap hasil belajar siswa kelas V materi Jenis Motif Batik Daerah Setempat di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pecabean Kabupaten Tegal.

1.2

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

(1) Media yang digunakan dalam pembelajaran Seni Budaya Dan Keterampilan materi Jenis Motif Batik Daerah Setempat belum sesuai dengan materi yang disampaiakan.


(23)

(2) Media yang digunakan belum mampu memenuhi indikator pembelajaran sehingga hasil belajar siswa kurang optimal.

(3) Buku dengan judul Seni Budaya dan Keterampilan Jilid 5 karya Solich, dkk. Tahun 2007 yang digunakan sebagai buku sumber tidak memuat motif-motif batik dari daerah Tegal.

1.3

Pembatasan Masalah

(1)

Materi dalam penelitian ini yaitu Jenis Motif Batik Daerah Setempat.

(2)

Populasi yang digunakan yaitu siswa kelas 5 di MI Negeri Pecabean Kabupaten Tegal sebanyak 55 siswa.

(3)

Media yang digunakan adalah media Batik Pockets dibandingkan dengan media gambar.

(4)

Menguji keefektifan media Batik Pockets.

1.4

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan sebelumnya tentang perlunya media pembelajaran yang menunjang tercapainya pemahaman siswa terhadap materi jenis motif batik daerah setempat, maka rumusan masalah dalam penelitian ini ialah apakah ada perbedaan rerata hasil belajar siswa pada materi Jenis Motif Batik Daerah Setempat antara yang menggunakan media Batik


(24)

 

1.5

Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini mencakup tujuan umum dan tujuan khusus. Berikut penjelasan dari kedua tujuan tersebut.

1.5.1 Tujuan Umum

Penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk menguji keefektifan penerapan media Batik Pockets terhadap hasil belajar siswa kelas V Materi Jenis Motif Batik Daerah Setempat di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pecabean Kabupaten Tegal.

1.5.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar materi Jenis Motif Batik Daerah Setempat antara pembelajaran yang menggunakan media Batik Pockets dan yang tidak menggunakan media Batik Pockets.

1.6

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis.

Penjelasan dari manfaat teoritis dan praktis ialah sebagai berikut.

1.6.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis yang diharapkan yaitu:

(1)Untuk menyediakan informasi media pembelajaran Batik Pockets.


(25)

Manfaat Praktis 1.6.1.1 Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif media bagi siswa untuk mempelajari materi Jenis Motif Batik Daerah Setempat dalam mata pelajaran Seni Budaya Dan Keterampilan.

1.6.1.2 Bagi Guru

Mengembangkan kemampuan profesionalnya melalui pengembangan media.

1.6.1.3 Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat memperkaya pengetahuan dan menjadi referensi bagi penelitian sejenis yang akan dilakukan oleh guru lain.


(26)

KAJIAN PUSTAKA

2.1

Penelitian yang Relevan

Penelitian melalui penggunaan media gambar sudah pernah dilakukan. Namun gambar yang ada berbentuk kartu. Peneliti mengembangkan media pembelajaran Batik Pockets terinspirasi dari penelitian terdahulu yang menggunakan media appreciation card yaitu penelitian Eko Sugiarto, mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Semarang, pada tahun 2011 yang berjudul ”Peningkatan Kemampuan Apresiasi Berbasis Kritik Menggunakan Media Pembelajaran Appreciation Card Bagi Siswa Kelas IXB SMP N 2 Kudus”. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa melalui penggunaan media appreciation card dapat meningkatkan hasil belajar mengapresiasi karya seni rupa.

Penelitian lain yang menggunakan media kartu yaitu ”Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung Dengan Media Kartu Bilangan pada Kelas I SDN Pamedaran 01 Kecamatan Ketanggungan Kabupaten Brebes” oleh Ida Royani mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan pada tahun 2009. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa ada peningkatan kemampuan berhitung pada siswa kelas I SD Negeri Pamedaran 01 Kecamatan Ketanggungan Kabupaten Brebes.


(27)

Hasanuddin, seorang mahasiswa program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, jurusan Pendidikan Dasar di Universitas Tanjungpura Pontianak dalam artikel penelitiannya membahas tentang penelitiannya yang berjudul “Penggunaan Media Kantong Bilangan pada Pembelajaran Matematika tentang Pengurangan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas I Sekolah Dasar Negeri 16 Mempawah Hilir”. Dalam artikelnya ini dijelaskan bahwa kemampuan guru melaksanakan pembelajaran meningkat. Pada siklus I adalah 12,03 dengan rata-rata skor 3,00. Pada siklus II adalah 13,63 dengan rata-rata-rata-rata skor 3,40. Pada siklus III adalah 20 dengan rata-rata 4,00. Maka peningkatan kemampuan guru dari siklus I ke siklus II sebesar 0,40. Dari siklus II ke siklus III sebesar 0,60. Sehingga dari siklus I ke siklus III sebesar 1,00.

Hasil belajar dengan menggunakan media kantong bilangan pada materi pengurangan juga mengalami peningkatan. Pada siklus I jumlah nilai hasil belajar siswa 1350 dengan rata-rata 54,00. Pada siklus II jumlah nilai hasil belajar siswa 1690 dengan rata-rata 67,60. Pada siklus III jumlah nilai hasil belajar 2050 dengan rata-rata 82,00. Sehingga nilai peningkatan nilai hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 13,60. Dari siklus II ke siklus III sebesar 14,40. Maka peningkatan nilai hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus III sebesar 28,00.

2.2

Landasan Teori

Pada landasan teori, akan dijelaskan teori-teori yang mendukung penelitian yang akan dilaksanakan. Landasan teori ini berisi tentang penjelasan mengenai belajar dan pembelajaran, hasil belajar, media pembelajaran, media


(28)

 

pembelajaran Batik Pockets, Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) di SD, batik Tegal sebagai karya seni rupa nusantara daerah setempat, materi jenis motif batik daerah setempat, karakteristik siswa SD.

2.2.1 Belajar dan Pembelajaran

Menurut Slameto (2010: 2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dalam definisi lain belajar adalah mengalami, dalam arti bahwa belajar terjadi karena individu berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan pisik maupun sosial. Lingkungan pisik ialah lingkungan disekitar individu baik dalam bentuk alam sekitar (natural) maupun dalam bentuk hasil ciptaan manusia (cultural) (Siddiq, dkk 2008: 1-6). Interaksi yang terjalin dalam proses belajar dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Beberapa interaksi tidak dapat dilakukan secara langsung karena alasan keselamatan dan biaya, disinilah media memegang peranan penting.

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang merangsang dan menantang siswa untuk belajar. Guru yang mengajar tanpa menggunakan alat peraga tentu kurang merangsang/menantang siswa untuk belajar. Apalagi bagi


(29)

siswa SD yang perkembangan intelektualnya masih membutuhkan alat peraga (Susilana dan Riyana 2008: 1).

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses perubahan tingkah laku dengan cara memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif yang baru baik secara langsung ataupun tidak langsung dengan bantuan media pembelajaran.

2.2.2 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana 2011: 22). Menurut Susilana dan Riyana (2008: 1) sesuatu dikatakan hasil belajar apabila memenuhi beberapa ciri berikut:

(1) Belajar sifatnya disadari, dalam hal ini siswa merasa bahwa dirinya sedang belajar, timbul dalam dirinya motivasi-motivasi untuk memperoleh pengetahuan yang diharapkan sehingga tahapan-tahapan dalam belajar sampai pengetahuan itu dimiliki secara permanen (retensi) betul-betul disadari sepenuhnya.

(2) Hasil belajar diperoleh dengan adanya proses, dalam hal ini pengetahuan diperoleh tidak secara spontanitas, instan, namun bertahap (sequensial). (3) Belajar membutuhkan interaksi, khususnya interaksi yang sifatnya

manusiawi. Seorang siswa akan lebih cepat memiliki pengetahuan karena bantuan dari guru, pelatih ataupun instruktur. Dalam hal ini terjadi interaksi dua arah antara siswa dan guru.


(30)

 

Kingsley dalam Sudjana (2011: 22) membagi tiga macam hasil belajar, yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne (Sudjana 2011: 22) membagi menjadi lima kategori hasil belajar yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motoris.

Di dalam Sistem Pendidikan Nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar Bloom (Sudjana 2011: 22-23). Klasifikasi Bloom mencakup tiga ranah, yaitu: (1) Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahaun dan ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi, (2) Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni peneriamaan, jawaban dan reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi, (3) Ranah psikomotoris, berkenaan dengan hasil belajar keterampil- an, dan kemampuan bertindak. Ada emam aspek yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

Ketiga ranah di atas menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ke-tiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru disekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Beberapa aspek yang terdapat dalam ranah kognitif sebagian hanya cocok diterapkan di sekolah dasar (ingatan, pemahaman, dan aplikasi),


(31)

sedangkan analisis dan sintesis hanya cocok dilatihkan di SLTP, SMU, dan perguruan tinggi secara bertahap (Arikunto 2012: 134).

Maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Fokus penilaian hasil belajar dengan media Batik Pockets ialah ranah kognitif tanpa meninggalkan ranah psikomotor dan afektif yang terangkum dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

2.2.3 Media Pembelajaran

Kata “media” berasal dari kata latin, merupakan bentuk jamak dari kata “medium”. Secara harfiah kata tersebut mempunyai arti perantara atau pengantar. Lebih lanjut Heinich (1993) mencontohkan media ini seperti film, televisi, diagram, bahan tercetak (printed materials), komputer dan instruktur. Contoh media tersebut bisa dipertimbangkan sebagai media pembelajaran jika membawa pesan-pesan (messages) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran (Susilana dan Riyana 2008: 5).

Criticos mengartikan media sebagai salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan (Daryanto 2010: 4). Sehingga pemilihan media yang tepat akan mempengaruhi penyampaian pesan yang dilakukan. Dalam definisi lain media diartikan sebagai alat perantara penyampaian pesan. Beberapa fungsi dari media pembelajaran dalam proses komunikasi pembelajaran diantaranya sebagai berikut: (1) Berperan sebagai komponen yang membantu mempermudah/memperjelas materi atau pesan


(32)

 

pembelajaran dalam proses pembelajaran yang dilakukan, (2) Membuat pembelajaran menjadi lebih menarik, (3) Membuat pembelajaran lebih realistis/objektif, (4) Menjangkau sasaran yang luas, (5) Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu, karena dapat menampilkan pesan yang berada di luar ruang kelas dan dapat menampilkan informasi yang terjadi pada masa lalu, mungkin juga masa yang akan datang, (6) Mengatasi informasi yang bersifat membahayakan, gerakan rumit, objek yang sangat besar dan sangat kecil, semua dapat disajikan menggunakan media yang telah dimodifikasi, (7) Menghilangkan verbalisme. (Siddiq, dkk 2008: 1-21)

Menurut bentuk dan cara penyajiannya, media diklasifikasikan kedalam tujuh kelompok, yaitu:

(1) Media grafis, bahan cetak, dan gambar diam.

Media grafis adalah media yang menyajikan fakta, idea tau gagasan melalui penyajian kata-kata, kalimat, angka-angka, dan simbol/gambar (Susilana dan Riyana 2008: 13). Jenisnya yaitu grafik, diagram, bagan, sketsa, poster, papan flannel, dan bulletin board. Media cetak adalah media visual yang pembuatannya melalui proses pencetakkan/printing atau offset. Jenis media bahan cetak antara lain buku teks, modul, bahan pengajaran terprogram. Media gambar diam adalah media visual yang berupa gambar yang dihasilkan melalui proses fotografi. (2) Media proyeksi diam


(33)

bergerak atau memiliki sedikit unsure gerakan. Jenis media ini diantaranya ialah OHP/OHT, opaque projector, slide, dan film strip.

(3) Media audio

Media audio adalah media yang penyampaian pesannya hanya dapat diterima oleh indera pendengaran. Jenisnya ialah media radio, alat perekam pita magnetik.

(4) Media audio visual diam

Media audio visual diam adalah media yang penyampaian pesannya dapat diterima oleh indera pendengaran dan indera penglihatan, akan tetapi gambar yang dihasilkan ialah gambar diam atau sedikit memiliki unsur gerak. Jenis media ini antara lain media soun slide (slide suara), film strip bersuara, dan halaman bersuara.

(5) Media gambar hidup/film

Media gambar hidup disebut juga film, yaitu serangkaian gambar diam (still picture) yang meluncur secara cepat dan diproyeksikan sehingga menimbulkan kesan hidup dan bergerak. Beberapa jenisnya yaitu film bisu, film bersuara, dan film gelang yang ujungnya saling bersambungan dan proyeksinya tak memerlukan penggelapan ruangan. (6) Media televisi

Televisi adalah media yang dapat menampilkan pesan secara audiovisual dan gerak (sama dengan film). Jenis media televisi diantaranya ialah televisi terbuka (open boardcast television), televisi siaran


(34)

 

terbatas/TVST (close circuit Television/ CCTV), dan video-cassette

recorder (VCR).

(7) Multi media

Multi media merupakan suatu sistem penyampaian dengan menggunakan berbagai jenis bahan belajar yang membentuk suatu unit atau paket. Contohnya suatu modul belajar yang terdiri atas bahan cetak, bahan audio, dan bahan audio visual.

Newby et al (2000) memfokuskan pendapatnya pada media yang biasa digunakan di sekolah dasar dan menengah, berikut kutipan klasifikasi yang dikemukakannya:

We can also refer to the classification offered more recently by Newby et al. (2000), who, focusing on the media commonly use in elementary and secondary school, differentiate between: (a) Text. Letters and numbers usually presented in the form of printed materials or an computer screen; (b) Audio. Spoken words or sound, either live or recorded; (c) Graphics. Any pictorial representation, such as charts, graphs, animated figures or photographic reproductions; (d) Video. Moving images accompanied by sound; (e) Multimedia. A system in which various media are integrated into a single delivery aystem under computer control-interactive media and computer software; (f) Real models and objects. A three-dimensional representation of a real object or the real object itself.

Dari jurnal tentang pengklasifikasian media yang dikemukakan Newby et al. tersebut dapat kita artikan sebagai berikut:

Kita juga bisa merujuk pada klasifikasi yang ditawarkan baru-baru ini oleh Newby et.al (2000), yang, dengan fokus pada media yang biasa digunakan di sekolah dasar dan menengah, yaitu: (1) Text. Huruf dan angka biasanya disajikan


(35)

atau suara, baik hidup atau direkam, (3) Graphics. Setiap representasi bergambar, seperti tabel, grafik, tokoh animasi, atau reproduksi fotografi, (4) Video. Gambar bergerak disertai suara, (5) Multimedia. Sebuah sistem dimana berbagai media diintegrasikan ke dalam sistem pengiriman tunggal di bawah kontrol komputer-interaktif media dan perangkat lunak computer, (6) Model real dan benda. Sebuah representasi tiga dimensi dari sebuah benda nyata atau benda nyata itu sendiri. (Ros and Gonzalez 2006: 416)

Allen (Daryanto 2010: 18) mengelompokkan media menjadi sembilan, yaitu visual diam, film, televisi, obyek tiga dimensi, rekaman, pelajaran terprogram, demonstrasi, buku teks cetak, dan sajian lisan. Allen juga mengaitkan antara jenis media pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Seiring dengan hal itu Gerlach dan Fly (Daryanto 2010: 18), mengelompokkan media berdasarkan ciri-ciri fisiknya kedalam delapan kelompok, yaitu benda sebenarnya, presentasi verbal, presentasi grafis, gambar diam, gambar bergerak, rekaman suara, pengajaran terprogram, dan simulasi.

Ibrahim (Daryanto 2010: 18), mengelompokkan media berdasarkan ukuran serta kompleks tidaknya alat dan perlengkapannya ke dalam lima kelompok, yaitu media tanpa proyeksi dua dimensi, media tanpa proyeksi tiga dimensi, media audio, media proyeksi (televisi, video, komputer). Media dua dimensi adalah sebutan umum untuk alat peraga yang hanya memiliki ukuran panjang dan lebar yang berada pada satu bidang datar. Media dua dimensi meliputi grafis, media bentuk papan, dan media cetak yang penampilan isinya tergolong dua dimensi. Media grafis adalah suatu penyajian secara visual yang


(36)

 

menggunakan titik-titik, garis-garis, gambar-gambar, dan tulisan-tulisan, atau simbol visual yang lain dengan maksud untuk menihtisarkan (mengiktisarkan), menggambarkan, dan merangkum suatu ide, data atau kejadian. Fungsi media grafis ialah untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan (Daryanto 2010: 19). Lebih lanjut Daryanto (2010: 19) mengemukakan pengertian media tiga dimensi, yaitu sekelompok media tanpa proyeksi yang penyajiannya secara visual tiga dimensional. Media tiga dimensi yang dapat diproduksi dengan mudah adalah tergolong sederhana dalam penggunaan dan pemanfaatannya, karena tanpa harus memerlukan keahlian khusus, dapat dibuat sendiri oleh guru, bahannya mudah diperoleh di lingkungan sekitar.

Dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah perantara yang digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Media pembelajaran tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut: (1) Media dua dimensi, (2) Media tiga dimensi, (3) Media audio, atau (4) Media proyeksi (televisi, video, komputer). Dari keempat kelompok tersebut media pembelajaran Batik Pockets termasuk kedalam kelompok media tiga dimensi.

2.2.4 Media pembelajaran Batik Pockets

Media Batik Pockets merupakan media pembelajaran alternatif berbentuk tiga dimensi untuk mengajarkan materi jenis motif batik daerah setempat yang pengembangannya disesuaikan dengan pola pikir operasi konkrit siswa kelas V SD. Media gambar dan kartu yang ada pada penelitian sebelumnya menginspirasi peneliti untuk mengembangkan media serupa dengan penyajian yang lebih


(37)

menggunakan media ini tanpa memerlukan keterampilan khusus (operasional komputer atau semacamnya).

Batik Pockets menggunakan plastik dan kertas karton sebagai bahan

dasar, yang dibentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai kantong-kantong. Kantong-kantong ini kemudian menjadi tempat untuk meletakkan gambar-gambar motif batik dari Tegal dan daerah sekitarnya. Guru dapat menggunakan Batik

Pockets dalam pembelajaran dengan metode ceramah, penugasan dan diskusi

untuk materi jenis motif batik daerah setempat. Bentuk dari Batik Pockets dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 2.1 Batik Pockets 2.2.5 Seni Budaya dan Keterampilan di SD

Seni menurut Dewantara dalam Tocharman, dkk (2006: 3) adalah perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah, hingga dapat menggerakan jiwa perasaan manusia yang lain, yang menikmati karya seni


(38)

 

tersebut. Menurut Tolstoy dalam Tocharman, dkk (2006: 3) seni memiliki proses

transfer of feeling atau pemindahan perasaan dari si pencipta ke penikmat seni.

Dalam hal ini Tolstoy berpendapat seni merupakan suatu sarana komunikasi perasaan manusia. Sebagaimana yang dikemukakan Eisner dalam Alter, at all (2009), Enganging children in the creative arts can allow them to communicate in

potentially profound ways. Yang artinya mengikutsertakan anak dalam seni kreatif

dapat memungkinkan mereka untuk berkomunikasi dengan sangat baik.Thomas Munro (Tocharman, dkk 2006: 6) mengemukakan seni adalah buatan manusia untuk menimbulkan efek-efek psikologis atas manusia lain yang melihatnya.

Maka dapat disimpulkan bahwa seni adalah sarana komunikasi yang digunakan manusia untuk menyampaikan perasaanya yang diwujudkan dalam suatu karya yang indah dan menggerakan jiwa dan perasaan manusia yang lain. Secara lebih spesifik seni disampaikan kepada siswa sekolah dasar melalui mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan. dengan harapan setelah memperoleh pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan aspek psikologis siswa dapat berkembang dengan baik.

Seni tradisional yang berkembang di Indonesia hampir seluruhnya memperlihatkan kedalaman makna dalam sifat kebentukan seninya (Tocharman, dkk 2006: 10). Bentuk-bentuk abstraksi dan abstrak banyak terdapat pada ornament (motif hias) karya kerajinan (kriya), misalnya pada keramik, batik, ukiran kayu, perhiasan, anyaman, dan lain-lain. Sumanto (2006: 17) menjelaskan sifat multidimensional yang dimiliki seni, artinya seni berperan untuk


(39)

pemahaman, analisa, evaluasi, apresiasi, dan produktivitas dengan memadukan unsur logika, etika, serta estetika. Sumanto (2006: 17-18) juga menjelaskan bahwa seni memiliki sifat multikultural yang berarti seni bertujuan menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan berapresiasi terhadap keragaman budaya lokal dan global sebagai pembentukan sikap menghargai, toleransi, demokratis, beradab, dan hidup rukun dalam masyarakat yang berbudaya majemuk. Sifat multikultural yang telah dijelaskan sebelumnya memberi konsekuensi logis tentang perlunya pendidikan seni.

Pada awalnya mata pelajaran Seni Budaya Dan Keterampilan disebut dengan KTK yang memiliki pengertian sebuah mata pelajaran yang mencakup kerajinan tangan dan kesenian (Oho Garha 1998: 3). Dalam silabus 2007 mata pelajaran Seni Budaya Dan Keterampilan di SD mencakup seni rupa, seni musik, seni tari, dan keterampilan. Disini yang menjadi fokus penelitian yaitu pendidikan seni rupa. Maman Tocharman (2006: 147) menyatakan bahwa pendidikan seni rupa dapat mencakup kognisi, apresiasi, dan berkreasi. Kegiatan kognisi dan apresiasi memberi bekal kepada anak untuk mengenal dan memahami pengetahuan kesenirupaan. Maman (2006: 3) juga mengatakan bahwa pendidikan seni rupa merupakan wahana dan cara yang paling tepat untuk mengembangkan kreativitas sejak dini. Alasannya, bila dilaksanakan terlambat dimana anak sudah melewati masa kanak-kanaknya, pembinaan hanya akan dapat disampaikan kepada sekelompok kecil anak ialah mereka yang memiliki pembawaan saja.


(40)

 

Maka dapat disimpulkan bahwa Seni Budaya Dan Keterampilan merupakan pendidikan seni yang di wujudkan dalam kurikulum Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) di sekolah dasar sebagai upaya untuk mengembangkan kreativitas sejak dini guna menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan berapresiasi terhadap budaya lokal dan global.

2.2.6 Materi jenis motif batik daerah setempat

Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Namun beberapa daerah sentra kerajinan batik mengalami kemunduran, salah satunya Tegal. Ari Wulandari (2008: 27) menuturkan bahwa pembatikan dikenal luas di Tegal pada akhir abad XIX. Pewarna yang dipakai pada saat itu diambil dari tumbuh-tumbuhan, seperti mengkudu, nila, dan soda kayu. Kain yang dipakai merupakan tenunan sendiri dengan cara sederhana. Pada awalnya warna batik Tegal adalah sogan dan dasar abu-abu. Setelah dikenal pewarna nila dari pabrik, warna meningkat menjadi merah dan biru.

Tegal sebagai salah satu daerah penghasil batik di Jawa Tengah kalah tenar dengan Pekalongan dan Solo, salah satu sebabnya karena kurangnya pengenalan akan keragaman motif batik tegalan kepada masyarakat luas. Masyarakat Tegal sendiri dapat menjadi sarana promosi batik tegalan yang menjanjikan, yaitu dengan cara mulai mengenal dan mau menggunakan produk daerahnya itu. Dengan mengajarkan materi jenis motif batik tegalan melalui pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan kepada siswa SD maka lembaga


(41)

Dalam silabus yang digunakan di MI Negeri Pecabean Kabupaten Tegal. Untuk Kelas 5 semester 2 mata pelajaran Seni Budaya Dan Keterampilan terdapat materi Jenis Motif Pada Karya Seni Rupa Nusantara Daerah Setempat. Pada materi ini siswa akan melakukan identifikasi terhadap jenis motif Batik Tegal serta mencari perbedaannya dengan motif batik daerah lain dalam kegiatan pembelajarannya. Batik Tegalan merupakan batik yang berasal atau berkembang di daerah Tegal. Motif batik adalah gubahan bentuk alam yang menjadi ide dasar pada kain batik di daerah Tegal. Guna memudahkan siswa dalam mengidentifikasi maka jenis motif batik Tegal dikelompokkan menjadi 3 berdasarkan bentuk asalnya. Pengelompokkan itu meliputi motif dengan bentuk asal hewan, motif dengan bentuk asal tumbuhan, dan motif dengan bentuk asal benda lain. Selain mempelajari jenis motif batik Tegal, siswa juga mempelajari motif-motif dari Pekalongan dan Cirebon. Dengan mempelajari motif dari daerah lain tersebut siswa akan dapat membedakan antara motif batik daerahnya dengan daerah lain. Perbedaan tersebut meliputi daerah asal, bentuk asal, dan warna dominan.

Beberapa jenis motif Tegalan yang termasuk dalam kelompok bentuk asal hewan (fauna), tumbuhan (flora), dan benda lain, serta jenis motif dari Cirebon dan Pekalongan dapat dilihat pada gambar berikut.


(42)

 

a. Motif Cumi-cumi


(43)

a. Motif Uler Oget

b. Motif Merak


(44)

 

a. Motif Beras Mawur


(45)

a. Motif Tumbar Bolong

b. Motif Kembang Pacar


(46)

 

a. Motif Sawatan


(47)

a. Motif Gribikan

b. Motif Benang Tugel


(48)

 

a. Motif Gaya Jawa Hokokai


(49)

a. Motif Merak Kesimpir

b. Motif Terang Bulan


(50)

 

a. Motif Dhlorong Kembang


(51)

a. Motif Patran Kangkung

b. Motif Taman Tarate


(52)

 

a. Motif Simbar Menjangan


(53)

a. Motif Raji Besi

b. Motif Ikan


(54)

 

2.2.7 Karakteristik siswa SD

Siswa SD berada pada tahap perkembangan operasi konkrit (usia 6-11 tahun). Tahapan perkembangan ini dikemukakan oleh Peaget dalam Yusuf (2009: 6) sebagai berikut.

(1) Sensorimotor (0-2 tahun)

Pada tahap ini pengetahuan anak diperoleh melalui interaksi fisik, baik dengan orang atau objek (benda). Skema-skemanya baru berbentuk refles-refleks sederhana, seperti: menggenggam atau mengisap.

(2) Praoperasional (2-6 tahun)

Pada tahap ini anak mulai menggunakan simbol-simbol untuk mempresentasi dunia (lingkungan) secara kognitif. Simbol-simbol itu seperti: kata-kata dan bilangan yang dapat menggantikan objek, peristiwa dan kegiatan (tingkah laku yang tampak).

(3) Operasi konkret (6-11 tahun)

Pada tahap ini anak sudah mamp membentuk operasi-operasi mental atas pengetahuan yang mereka miliki. Mereka dapat menambah, mengurangi dan mengubah. Operasi ini memungkingkan untuk memecahkan masalah secara logis.

(4) Operasi formal (11 tahun sampai dewasa)

Periode ini merupakan operasi mental tingkat tinggi. Disini anak (remaja) sudah dapat berhubungan dengan peristiwa-peristiwa hipotesis


(55)

dapat berpikir abstrak dan memecahkan masalah melalui pengujian semua alternatif yang ada.

Menurut Yusuf (2009), perkembangan intelektual pada usia sekolah dasar ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru. Kemampuan tersebut yaitu mengklasifikasikan (mengelompokkan), menyusun atau mengasosiasikan (menghubungkan atau menghitung) angka-angka atau bilangan, serta kemampuan memecahkan masalah (problem solving) sederhana yang muncul pada akhir masa ini.

Dapat disimpulkan bahwa siswa SD berada pada tahap perkembangan kognitif operasional konkrit. siswa mengklasifikasikan, menyusun atau mengasosiasikan materi yang dipelajari, serta memecakan masalah dengan bantuan objek nyata atau media yang mewakili. Dengan demikian ketersediaan media yang sesuai sangat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran pada siswa kelas V. Media pembelajaran Batik Pockets menyajikan berbagai motif batik sehingga siswa secara langsung dapat mengidentifikasi motif batik dari daerahnya.

2.3

Kerangka Berpikir

Media pembelajaran merupakan faktor penunjang dalam tercapainya tujuan pembelajaran di SD. Hal ini sesuai dengan karakter siswa SD yang berada pada tahap perkembangan kognitif operasi konkret. Pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan di SD memberi pengetahuan dasar pada siswa tentang budaya masyarakatnya. Dalam hal ini mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan


(56)

 

berfungsi untuk mentransformasi budaya lokal kepada generasi muda. Maka untuk memperkenalkan budaya lokal kepada siswa SD memerlukan media pembelajaran yang komunikatif dan menarik. Media pembelajaran Batik Pockets

diharapkan dapat menjadi media pembelajaran yang komunikatif dan menarik dalam pembelajaran materi jenis motif batik tegalan karena sesuai dengan karakteristik siswa dan melibatkan siswa secara langsung melalui kegiatan individu dan kelompok.

Gambar 2.14 Kerangka Berpikir. Diajarkan dengan

Batik Pockets

Pembelajaran SBK SD:

1. menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan berapresiasi terhadap budaya lokal dan global. 2. Harus diajarkan kepada siswa

3. Perkembangan kognitif siswa SD pada tahap operasi konkrit.

4. Media pembelajaran yang digunakan harus melibatkan siswa secara langsung.

Diajarkan dengan media gambar

Hasil belajar siswa dengan Batik

Pockets

Hasil belajar siswa dengan media gambar


(57)

2.4

Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini ialah:

H0: Tidak ada perbedaan rerata hasil belajar siswa pada materi Jenis Motif

Batik Daerah Setempat antara yang menggunakan media Batik Pockets

dengan yang tidak menggunakan media Batik Pockets.

Ha: Ada perbedaan rerata hasil belajar siswa pada materi Jenis Motif Batik Daerah Setempat antara yang menggunakan media Batik Pockets dengan yang tidak menggunakan media Batik Pockets.


(58)

METODE PENELITIAN

3.1

Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen kuasi (quasi

experimental design). Dalam penelitian eksperimen ini, ada satu kelas sebagai

kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen adalah kelas yang mendapat perlakuan, dalam penelitian ini yaitu kelas 5B di MI Negeri Pecabean. Sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang tidak mendapat perlakuan atau hanya sebagai pembanding, dalam penelitian ini yaitu kelas 5A di MI Negeri Pecabean. Desain penelitian yang digunakan yaitu Nonequivalent Control Group

Design. Desain penelitian eksperimen ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterangan:

X : perlakuan yang diberikan O1 dan O3 : pretes pada tiap kelas

O2 danO4 : postes pada tiap kelas (Sugiyono 2011: 118).

Dalam desain ini terdapat dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kontrol. O1 adalah pretes yang dilakukan di kelas eksperimen. O3 adalah pretes yang

O X O


(59)

kedua kelas tersebut. Perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen yaitu penerapan media Batik Pockets. dan untuk kelas kontrol tidak diberi perlakuan penerapan media Batik Pockets, melainkan dengan menerapkan media gambar dalam pembelajaran. O2 dan O4 adalah postes untuk mengetahui pengaruh

perlakuan yang telah diberikan.

3.2

Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Pengertian populasi menurut Sugiyono (2011: 119) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas; obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas V MI N Pecabean Kabupaten Tegal semester 2 tahun ajaran 2012/2013 terdiri dari 2 kelas yaitu kelas 5A yang terdiri dari 29 siswa, dan kelas 5B yang terdiri dari 26 siswa. Jadi banyaknya populasi dalam penelitian ini ialah 55 siswa.

3.2.2 Sampel

Pengertian sampel menurut Sugiyono (2011: 120) adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pada penelitian ini sampel dari kelas kontrol adalah kelas 5A sebanyak 29 siswa, sedangkan sampel dari kelas eksperimen adalah kelas 5B sebanyak 26 siswa. Cara pengambilan sampel menggunakan teknik sampling jenuh, yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Teknik ini sering dilakukan bila jumlah poulasi relatif kecil (Sugiyono 2011: 126).


(60)

 

3.3

Variabel Penelitian

Variable penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2011:64). Variable-variabel dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:

3.3.1 Variabel bebas

Variabel bebas (independen) merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependen) (Sugiyono 2011: 64). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu media pembelajaran Batik Pockets pada materi jenis motif batik daerah setempat.

3.3.2 Variabel terikat

Variabel terikat (dependen) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya variabel bebas (Sugiyono 2011: 64). Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu hasil belajar Seni Budaya Dan Keterampilan. Hasil belajar dinyatakan dengan skor hasil tes prestasi belajar setelah perlakuan.

3.4

Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes, observasi, dokumentasi, dan wawancara. Berikut penjelasan dari teknik tes tersebut.

3.4.1 Tes

Peneliti menggunakan tes untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa pada materi jenis motif batik daerah setempat. Teknik tes yang digunakan adalah


(61)

aspek yang dinilai adalah hasil belajar siswa. Dalam hal ini, jenis tes yang digunakan adalah pretes dan postes. Pretes digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum mendapatkan pembelajaran sedangkan postes digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mendapatkan pembelajaran. Bentuk tes yang digunakan yaitu pilihan ganda. Bentuk tes pilihan ganda adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan untuk menjawab tes telah tersedia.

3.4.2 Observasi

Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi dilakukan untuk mendapatkan data-data siswa, yang meliputi aktivitas dan sikap siswa selama pembelajaran. Penggunaan observasi dalam mengumpulkan data dimaksudkan agar peneliti benar-benar dapat mengetahui dan mengidentifikasi keaktifan dan sikap siswa pada masing-masing kelas selama pembelajaran.

3.4.3 Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi digunakan untuk mengetahui data-data nilai siswa pada mata pelajaran Seni Budaya Dan Keterampilan. Data nilai siswa ini berupa data nilai ulangan harian.

3.4.4 Wawancara

wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Teknik wawancara yang digunakan yaitu wawancara tidak terstruktur. Teknik ini digunakan pada saat peneliti mengumpulkan data tentang


(62)

 

jenis motif batik Tegal. Wawancara dilakukan dengan Ibu Muniroh salah satu pengrajin batik dari “Batik Tulis Tegalan Rizki Ayu” yang beralamat di Jalan Tuban Rt. 03 Rw. 01 No. 21 Kelurahan Kalinyamat Wetan Kecamatan Tegal Selatan Kota Tegal.

3.5

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data (Riduwan 2008: 77). Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Rencana Pelaksaaan Pembelajaran (RPP), kisi-kisi soal, dan soal tes. Instrumen penelitian yang digunakan harus memenuhi validitas dan reliabilitas yang dipersyaratkan.

3.5.1.Pengujian Validitas Instrumen

Menurut Arikunto dalam Riduwan (2008: 97), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Untuk mengukur validitas soal, digunakan validitas logis dan validitas empiris. Pengujian validitas logis, yaitu dengan menggunakan lembar validasi yang dilakukan oleh penilai ahli. Setelah data hasil uji coba diperoleh dan ditabulasikan, selanjutnya dilakukan pengujian validitas empiris yaitu dengan melakukan uji coba instrumen (try out) pada siswa kelas VI MI N Pecabean Kabupaten Tegal. Cara penghitungannya menggunakan program SPSS versi 17. Berikut rincian hasil uji validitas yang telah dilakukan.


(63)

3.5.1.1 Validitas Logis

Validitas logis diperoleh dengan melakukan konsultasi kepada tim ahli. Tim ahli terdiri dari tiga orang yaitu Moh. Fathurrahman S. Pd., M. Sn. (pembimbing I), Drs. Akhmad Junaedi, M. Pd. (pembimbing II), dan Nurningsih S. Pd. selaku guru Mata Pelajaran Seni Budaya Dan Keterampilan di MI Negeri Pecabean Kabupaten Tegal. Lembar validasi ahli dapat dibaca pada lampiran 9.

3.5.1.2 Validitas Empiris

Setelah melalui uji validitas logis kemudian soal sejumlah 40 buah ini diuji cobakan kepada 44 siswa. Langkah ini merupakan cara pengujian validitas empiris atau bisa disebut dengan kegiatan uji coba (try out) instrumen. Pengolahan data validitas empiris menggunakan korelasi pearson product moment

dimana skor tiap item dikorelasikan dengan skor total. Teknik yang digunakan yaitu korelasi Bivariate Pearson (Korelasi Pearson Product Moment) menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

= Koefisien korelasi = Jumlah skor item = Jumlah skor total n = Jumlah Responden

Pengambilan keputusan dilakukan dengan batasan rtabel dengan


(64)

 

validitas empiris ini dilakukan dengan bantuan aplikasi SPSS 17. Berikut tabel rekapitulasi uji validitas empiris.

Tabel 3.1. Rekapitulasi Uji Validitas Soal Tes Uji Coba Nomor

Soal

Pearson Correlations

(r11)

Validitas Nomor Soal

Pearson Correlations

(r11)

Validitas

1 082 Tidak valid 21 335* Valid

2 290 Tidak valid 22 502** Valid

3 444** Valid 23 038 Tidak valid

4 325** Valid 24 407** Valid

5 a Tidak valid 25 523** Valid 6 400** Valid 26 a Tidak valid

7 229 Tidak valid 27 358* Valid

8 465** Valid 28 264 Tidak valid

9 558** Valid 29 486** Valid

10 375* Valid 30 304* Valid

11 530** Valid 31 357* Valid

12 023 Tidak valid 32 384* Valid

13 553** Valid 33 468** Valid

14 -385** Valid 34 248 Tidak valid 15 447** Valid 35 -065 Tidak valid

16 360* Valid 36 265 Tidak valid

17 288 Tidak valid 37 600** Valid 18 -021 Tidak valid 38 500** Valid 19 114 Tidak valid 39 502** Valid

20 552** Valid 40 418** Valid

Dari tabel 3.1. dapat diketahui bahwa terdapat 26 soal yang valid dan dapat digunakan sebagai instrumen penelitian. Soal-soal yang valid yaitu nomor 3, 4, 6, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 20, 21, 22, 24, 25, 27, 29, 30, 31, 32, 33, 37, 38, 39, 40.

3.5.2.Pengujian Reliabilitas Instrumen


(65)

instrumen tersebut digunakan mengukur aspek yang diukur beberapa kali hasilnya sama atau relatif sama (Sukmadinata, 2010: 229).

Uji reliabilitas hanya dilakukan pada soal yang valid dengan menggunakan uji Cronbach’s Alpha. Untuk menguji reliabilitas, peneliti menggunakan aplikasi SPSS 17. Taraf signifikansi yang digunakan adalah (α) = 5 %. Jika > maka perangkat tes dikatakan reliabel (Sugiyono, 2009:186). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 11. Berikut simpulan uji reliabilitas yang telah dilakukan.

Tabel 3.2 Hasil Uji Reliabilitas Soal Cronbach's

Alpha N of Items

,807 26

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai cronbach’s alpha sebesar 0,807. Sedangkan untuk n (44) = 0,297. karena (0,807) > (0,297) maka dapat disimpulkan bahwa 26 soal tersebut reliabel.

3.5.3.Analisis Taraf Kesukaran

Untuk mengetahui taraf kesukaran soal digunakan rumus:

I=B

N

I = indeks/taraf kesukaran untuk tiap soal.

B = banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal.


(66)

 

Kriteria yang digunakan adalah semakin kecil indeks yang diperoleh, makin sulit soal tersebut, dan sebaliknya. Kriteria indeks kesulitan soal yakni sebagai berikut:

0 - 0,30 = soal kategori sukar 0,31 - 0,70 = soal kategori sedang 0,71 - 1,00 = soal kategori mudah (Sudjana, 2009: 137).

Berikut ini disajikan tabel analisis tingkat kesukaran soal yang dilakukan pada keseluruhan butir soal uji coba.

Tabel 3.3. Analisis Tingkat Kesukaran

No.

Soal P Kriteria

No.

Soal P Kriteria

1 0,86 Mudah 21 0,84 Mudah 2 0,90 Mudah 22 0,89 Mudah 3 0,75 Mudah 23 0,89 Mudah 4 0,98 Mudah 24 0,80 Mudah 5 0,89 Mudah 25 0,36 Sedang

6 1 Mudah 26 1 Mudah

7 0,93 Mudah 27 0,66 Sedang 8 0,36 Sedang 28 0,34 Sedang 9 0,64 Sedang 29 0,77 Mudah 10 0,73 Mudah 30 0,52 Sedang 11 0,91 Mudah 31 0,93 Mudah 12 0,87 Mudah 32 0,45 Sedang 13 0,70 Sedang 33 0,14 Sukar 14 0,27 Sukar 34 0,93 Mudah 15 0,73 Mudah 35 0,95 Mudah 16 0,95 Mudah 36 0,82 Mudah 17 0,95 Mudah 37 0,66 Sedang 18 0,23 Sukar 38 0,59 Sedang 19 0,91 Mudah 39 0,70 Sedang 20 0,77 Mudah 40 0,91 Mudah


(67)

Dari tabel dapat dilihat bahwa soal dengan tingkat kesukaran mudah yaitu nomor 3, 4, 6, 10, 11, 15, 16, 20, 21, 22, 29, 31, 40. Soal dengan tingkat kesukaran sedang yaitu nomor 8, 9, 13, 25, 27, 30, 32, 37, 38, 39. Soal dengan tingkat kesukaran sukar yaitu 14, 33.

3.5.4.Analisis Daya Pembeda

Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang atau lemah prestasinya. (Sudjana, 2010: 141).

Untuk menghitung daya pembeda butir soal pilihan ganda dapat digunakan rumus: B A P B A

A

P

P

J

B

J

B

=

D

=

Keterangan:

D = daya pembeda soal

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Kriteria yang digunakan yakni: D = 0,00 - 0,20 : berarti jelek


(68)

 

D = 0,21 - 0,40 : berarti cukup D = 0,41 - 0,70 : berarti baik D = 0,71 - 1,00 : berarti baik sekali (Arikunto 2012: 228-32).

Soal yang digunakan dalam penelitian ini yaitu soal dengan daya pembeda cukup, baik, dan baik sekali. Berikut hasil analisis daya pembeda soal.

Tabel 3.4 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal

No. Soal D Kriteria No. Soal D Kriteria

1 0 Jelek 21 0,23 Cukup

2 0,18 Jelek 22 0,23 Cukup

3 0,23 Cukup 23 -0,05 Negatif

4 0,05 Jelek 24 0,32 Cukup

5 0 Jelek 25 0,36 Cukup

6 0,23 Cukup 26 0 Jelek

7 0,13 Jelek 27 0,41 Baik

8 0,46 Baik 28 0,23 Cukup

9 0,45 Baik 29 0,45 Baik

10 0,27 Cukup 30 0,23 Cukup

11 0,23 Cukup 31 0,14 Jelek

12 0,05 Jelek 32 0,36 Cukup

13 0,32 Cukup 33 0,27 Cukup

14 0,23 Cukup 34 0,14 Jelek

15 0,36 Cukup 35 0 Jelek

16 0,36 Cukup 36 0,1 Jelek

17 0,09 Jelek 37 0,5 Baik

18 0 Jelek 38 0,45 Baik

19 0,09 Jelek 39 0,5 Baik

20 0,45 Baik 40 0,18 Jelek

Dari hasil tersebut maka butir soal yang akan digunakan sebagai instrumen penelitian yaitu nomor 3, 6, 8, 9, 10, 11, 14, 15, 16, 20, 21, 22, 24, 25, 27, 32, 33, 37, 38, 39. Soal-soal ini yang kemudian dijadikan sebagai soal pretes


(69)

3.6

Uji Kesamaan Rata-rata

Pengujian kesamaan rata-rata dilakukan untuk meyakinkan bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki kesetaraan yang meliputi akreditasi sekolah, sarana dan prasarana pembelajaran, lingkungan sekolah, dan tingkat kemampuan siswa. Uji kesamaaan rata-rata nilai dilakukan terhadap data nilaipretes.

Dalam uji kesamaan rata-rata peneliti membandingkan rata-rata nilai pretes dari kelompok kontrol dan eksperimen. Berikut data hasil pretes yang disajikan dalam bentuk interval.

Tabel 3.5 Distribusi Frekuensi Nilai Pretes Kelas Eksperimen

No. Kelas Interval Frekuensi

1 30-34 3

2 35-39 3

3 40-44 5

4 45-49 5

5 50-54 2

6 55-59 3

7 60-64 5

Jumlah 26

Tabel 3.6 Distribusi Frekuensi Nilai Pretes Kelas Kontrol

No. Kelas Interval Frekuensi

1 30-35 10

2 36-41 1

3 42-47 6

4 48-53 3

5 54-59 6

6 60-65 3


(70)

 

Tabel 3.7. Perbandingan Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol No. Kriteria Data Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

1. Jumlah siswa 26 29

2. Skor rata-rata 45,58 45,35

3. Median 45 45

4. Skor minimal 30 30

5. Skrol maksimal 60 65

6. Rentang 30 35

Dari tabel di atas dapat dilihat nahwa rata-rata nilai pretes kelas eksperimen sebesar 45,58, dan rata-rata nilai pretes kelas kontrol sebesar 45,35. Dapat disimpulkan bahwa rata-rata kedua kelas tidak terpaut jauh sehingga penelitian dapat dilaksanakan.

3.7

Metode Analisis Data

3.6.1 Deskripsi data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif yaitu berupa nilai hasil pretes dan postes siswa. Data hasil pretes dan postes diperoleh melalui tes tertulis. Tes tertulis dilakukan keseluruh anggota sampel baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol.

3.6.2 Uji Prasyarat Analisis

Metode pengujian hipotesis yang akan dilakukan terlebih dahulu ditentukan, untuk menentukannya terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yang meliputi uji normalitas dan homogenitas.


(71)

3.6.2.1Uji Normalitas

Uji prasyarat analisis data dalam penelitian ini, untuk menguji normalitas data diolah menggunakan program SPSS versi 17. Normalitas data akan diuji dengan menggunakan rumus Chi Kuadrat. Rumus Chi Kuadrat (Riduwan, 2008: 124) adalah sebagai berikut:

Keterangan: = Chi Kuadrat.

= frekuensi yang diobservasi. = frekuensi yang diharapkan.

Pengambilan keputusan dan penarikan kesimpulan terhadap uji normalitas dilakukan pada taraf signifikansi 0,05. Kaidah keputusannya yaitu: jika

≥ , artinya distribusi data tidak normal. Sedangkan jika

≤ , artinya data berdistribusi normal.

3.6.2.2Uji Homogenitas

Setelah melakukan uji normalitas data, selanjutnya dilakukan uji homogenitas data. Uji homogenitas data akan diuji menggunakan uji Bartlet (Riduwan 2008:119).


(72)

 

Pengambilan keputusan dan penarikan kesimpulan terhadap uji normalitas dilakukan pada taraf signifikasi 5 %. Kaidah keputusannya: jika

≥ , berarti tidak homogen. Sebaliknya jika ≤ , berarti homogen.

3.6.3 Analisis Akhir (Pengujian Hipotesis)

Analisis akhir merupakan analisis yang digunakan untuk menyimpulkan hasil penelitian, apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara yang menggunakan media pembelajaran Batik Pockets dan yang tidak menggunakan media Batik Pockets. Karena uji prasyarat analisis telah memenuhi syarat, yakni data yang diperoleh normal atau homogen, maka untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan, peneliti menggunakan uji t-test.

Taraf signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Kriteria pengujiannya yaitu diterima jika - ≤ ≤ dan ditolak jika - <

atau > . Berdasarkan taraf signifikansi, maka diterima jika signifikansi > 0,05 dan ditolak jika signifikansi < 0,05. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.


(73)

Dalam bab ini akan dibahas hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan di MI Negeri Pecabean kabupaten Tegal. Hasil penelitian tersebut meliputi deskripsi data, uji prasyarat analisis, dan pembahasan.

4.1

Deskripsi data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif berupa data hasil postes siswa. Berikut penjelasan dari data yang diperoleh.

4.1.1 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dengan judul “Keefektifan Penerapan Media Batik Pockets

terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Materi Jenis Motif Batik Daerah Setempat di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pecabean Kabupaten Tegal” dilaksanakan dengan menggunakan populasi siswa kelas V di MI N Pecabean kabupaten Tegal. Dengan memberi perlakuan yang berbeda dalam hal media pembelajaran yang digunakan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas VA digunakan sebagai kelas kontrol dimana pembelajarannya menggunakan media gambar. Dan sebagai kelas eksperimen yaitu VB yang diberi pembelajaran dengan menggunakan media Batik Pockets.

Penelitian dilakukan dalam dua pertemuan untuk masing-masing kelas, baik kelas kontrol ataupun eksperimen. Sebelum melakukan pembelajaran dengan menggunakan media Batik Pockets, terlebih dahulu peneliti masuk ke kedua kelas


(74)

 

populasi guna membiasakan siswa dengan kehadiran peneliti dan kamera. Kegiatan pembiasaan dilakukan dalam satu kali pertemuan selama 1 jam pelajaran di masing-masing kelas. Selain kegiatan pembiasaan, diadakan koordinasi rencana pelaksanaan penelitian dengan kepala sekolah MI N Pecabean Kabupaten Tegal guna menyesuaikan jadwal yang peneliti ajukan dengan agenda kegiatan Madrasah. Rencana pelaksanaan kegiatan yang diajukan mengalami revisi dikarenakan terjadi kemunduran jadwal dari pihak peneliti. Rencana awal penelitian dimulai pada awal April 2013, dan mengalami kemunduran hingga awal Mei 2013.

Pada tanggal 25 April 2013 dilaksanakan pertemuan yang pertama, baik untuk kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Pertemuan di kelas kontrol dilaksanakan pada jam pelajaran ke-1 sampai ke-2. Dan untuk kelas eksperimen dilaksanakan pada jam pelajaran ke-4 sampai ke-5. Gambaran kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama secara lebih rinci ada pada lampiran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1.

Pertemuan kedua untuk kedua kelas dilaksanakan pada tanggal yang berbeda. Pada kelas kontrol peneliti melaksanakan pertemuan yang kedua tanggal 1 Mei 2013. Pertemuan ini dilaksanakan pada jam pelajaran ke-1 hingga jam pelajaran ke-2. Sedangkan pertemuan kedua untuk kelas eksperimen dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 2013. Pertemuan ini dilaksanakan pada jam pelajaran ke-1 hingga jam pelajaran ke-2. Gambaran kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua secara lebih rinci ada pada lampiran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2.


(75)

Kelas kontrol dan kelas eksperimen melaksanakan postes pada hari yang sama. Pada jam pelajaran ke-1 kelas kontrol melaksanakan postes yang diawasi oleh teman sejawat peneliti. Kemudian kelas eksperimen melaksanakan postes pada jam pelajaran ke-3.

4.1.2 Hasil Belajar Siswa

Data dari penelitian ini berupa data hasil belajar siswa kelas V di MI N Pecabean Kabupaten Tegal pada materi jenis motif batik daerah setempat. Data hasil postes kemudian digunakan untuk mengolah data secara kuantitatif pada pengujian hipotesis mengenai hasil belajar siswa. Berikut merupakan data postes siswa pada kelas kontrol dan eksperimen.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Data Postes Kelas Kontrol

Kelas Interval Frekuensi

40 – 49 5

50 – 59 0

60 – 69 6

70 – 79 9

80 – 89 8

90 – 99 1

Jumlah 29

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Data Postes Kelas Eksperimen

Kelompok Eksperimen

Kelas Interval Frekuensi

50 – 57 1

58 – 65 2

66 – 71 2

72 – 79 5

80 – 87 9

88 – 95 7


(76)

 

Tabel 4.1 dan 4.2 merupakan tabel data nilai hasil postes pada kelompok kontrol dan eksperimen. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi baik untuk kelas kontrol maupun kelas eksperimen sesuai dengan daftar nilai yang diperoleh dari postes. Berikut rata-rata nilai kelas kontrol dan kelas eksperimen beserta grafiknya.

Tabel 4.3 Data Hasil Postes

Kelas Skor tertinggi Skor terendah Rata-rata Varians (S²)

Eksperimen 95 50 79,62 127,846

Kontrol 95 40 69,14 203,695

Gambar 4.1 Gambar Grafik Rata-rata Nilai Postes Kelompok Kontrol dan Eksperimen.

Data nilai postes pada kelompok kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.3 Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa skor tertinggi kelompok kontrol = 95, skor terendah = 40. Rata-rata nilai postes di kelompok kontrol ( ) = 69,14 dan varian (S²) = 203,695. Sedangkan skor tertinggi kelompok eksperimen = 95, skor terendah = 50. Rata-rata nilai postes di kelompok eksperimen ( ) =


(77)

4.2

Uji Prasyarat Analisis

4.2.2 Uji normalitas data

Uji normalitas pada sampel digunakan untuk mengatahui kondisi data apakah berdistribusi normal atau tidak. Kondisi data perlu diketahui karena menjadi syarat untuk menggunakan hipotesis statistik parametrik atau statistik non parametrik.

Tabel 4.4 Uji Normalitas Kelas Kolmogorov-Smirnov

a Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig. Hasil eksperimen .149 26 .141 .931 26 .080

Kontrol .145 29 .124 .928 29 .050 a. Lilliefors Significance Correction

Dapat dilihat bahwa nilai signifikansi pada kolom Kolmogorov-Smirnof

kelas kontrol sebesar 0,124, dan kelas eksperimen sebesar 0,141. Nilai signifikansi di kedua kelas lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh berdistribusi normal.

4.2.3 Uji homogenitas data

Tabel 4.5 Uji Homogenitas

Postes Equal variances assumed Equal variances not assumed Levene's Test for

Equality of Variances

F 1,339


(78)

 

Dari tabel diketahui nilai signifikansi sebesar 0, 252 maka terbukti bahwa data tersebut homogen, sehingga pengujian hipotesis menggunakan t-test (statistik parametris).

4.3

Hasi Analisis Akhir (Pengujian Hipotesis)

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui penerimaan atau penolakan terhadap hipotesis yang dianjurkan. Data yang dianalisis disini yaitu data hasil belajar siswa. Analisis akhir dilakukan dengan menggunakan uji t-test. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17. Menu yang digunakan adalah analyze-compare dilanjutkan means- independent-sample t-test. Taraf signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Kriteria pengujiannya yaitu

diterima jika - ≤ ≤ dan ditolak jika - < - atau > . Berdasarkan taraf signifikansi, maka diterima jika signifikansi > 0,05 dan ditolak jika signifikansi < 0,05.

Tabel 4.8 Uji Hipotesis

t-test for Equality of Means

T 2,994 3,032

Df 53 52,247

Sig. (2-tailed) 0,004 0,004 Mean Difference 10,477 10,477

Std. Error

Difference 3,500 3,456

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower 3,458 3,544

Upper 17,497 17,411


(79)

3,032, pada taraf signifikansi 0,004<0,05. Berdasarkan ketentuan pengambilan keputusan pengujian hipotesis dengan taraf signifikansi 0,05% maka untuk df sebesar 53 nilai t tabelnya adalah 2,005, dapat dilihat bahwa 2,994 dan 3,032)> (2,0057) sehingga disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima

(ada perbedaan rerata hasil belajar siswa pada materi Jenis Motif Batik Daerah Setempat antara yang menggunakan media Batik Pockets dengan yang tidak menggunakan media Batik Pockets).

4.4 Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan penerapan media

Batik Pockets terhadap hasil belajar siswa kelas V materi Jenis Motif Batik

Daerah Setempat di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pecabean Kabupaten Tegal. Dalam pelaksanaan penelitian populasi dibagi kedalam dua kelompok/kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Dalam perencanaan pembelajaran untuk kedua kelas diberi perbedaan media pembelajaran yang digunakan, sedangkan dalam hal metode dan materi pembelajaran tetap diperlakukan sama. Dalam penelitian ini yang diteliti yaitu mengenai hasil belajar siswa.

Pengujian hasil belajar dilakukan dengan menggunakan soal tes hasil belajar sebagai instrumen penelitiannya. Sebelum menggunakan instrumen maka peneliti terlebih dahulu melakukan analisis butir soal. Uji statistik yang dilakukan meliputi uji validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran. Setelah soal memenuhi kriteria pada pengujian analisis butir soal tersebut maka dapat digunakan sebagai instrumen postes. Berdasarkan hasil pengujian validitas,


(1)

 

Lampiran 19 Foto Pertemuan 1

Kegiatan Pembelajaran di Kelas Kontrol


(2)

Foto Pertemuan 2

Kegiatan Pembelajaran Kelas Kontrol


(3)

(4)

(5)

 

DAFTAR PUSTAKA

Alter, Frances, at all. 2009 .The challenges of implementing primary arts

education: what our teachers say. Australasian Journal of Early

Chilhood.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Azhar, Arsyad. 2006. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo.

Barmin, Eko Wijiono. 2004. Bermain dan Berkarya Kerajinan Tangan dan

Kesenian Jilid 5 untuk Kelas 5 Sekolah Dasar dan Ibtidaiyah. Solo: Tiga

Serangkai Pustaka Mandiri.

Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.

Dedi S, Deden. 2009. Sejarah Batik Indonesia. Bandung: PT Sarana Panca Karya Nusa.

Garha, Oho. 1998. Pokok-Pokok Kerajinan Tangan dan Kesenian. Jakarta: Depdiknas.

Garha, Oho, Md. Idris. 1980. Pendidikan Kesenian Seni Rupa III. Jakarta: Depdikbud.

Herawati, Ida Siti, Iriaji. 1999. Pendidikan Seni Rupa. Jakarta: Depdikbud.

Nasution, S. 2010. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Riduwan. 2008. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti

Pemula. Bandung: Alfabeta.

Ros, Rafael Garcia, Francisco Peres Gonzalez.2006. Learning Styles, Motivational Orientation, and Instructional Media Preferences: A Study

With Student Teachers in Spain. University of Valencia (Spain).

Saduloh, Uyoh. 2004. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Soedarsono. 1992. Pengantar Apresiasi Seni. Jakarta: Balai Pustaka.

Solich, dkk. 2007. Seni Budaya dan Keterampilan Jilid 5. Jakarta: Penerbit Erlangga.


(6)

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian dan Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed

Methods). Bandung: Alfabeta.

Sumanto. 2006. Pengembangan Kreativitas Seni Rupa Anak SD. Jakarta: Depdiknas.

Sukaryono, Eddi, dkk. 1986. Seni Rupa. Surakarta: Widya Duta.

Susilana, Rudi, Cepi Riyana. 2008. Media Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurtekpend FIP UPI.

Suwarna, dkk. 2006. Pembelajaran Mikro, Pendekatan Praktis Dalam

Menyiapkan Pendidikan Profesional. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Tarjo, Enday. 2004. Strategi Belajar Mengajar Seni Rupa. Bandung: UPI Press.

Tocharman, Maman, dkk. 2006. Pendidikan Seni Rupa. Bandung: UPI Press.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional. 2006. Bandung: Citra Umbara.

Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.

Yamin, Martinis. 2007. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan

Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Prees.

Yusuf, Syamsu. 2009. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.


Dokumen yang terkait

Efektifitas pembelajaran akidah akhlak pada siswa kelas IV di madrasah ibtidaiyah Alhikmah Kalibata Jakarta Selatan

3 17 78

KEEFEKTIFAN MEDIA VIDEO TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS V SD NEGERI KEPANDEAN 03 KECAMATAN DUKUHTURI KABUPATEN TEGAL

0 31 283

KEEFEKTIFAN STRATEGI CATATAN TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR MATERI UNSUR CERITA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI PESAREAN 01 KABUPATEN TEGAL

0 11 246

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN “TEAMS GAMES TOURNAMENT” TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MATERI CAHAYA DAN SIFATNYA DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI PECABEAN KABUPATEN TEGAL

0 11 186

Keefektifan Model Pembelajaran Picture And Picture Terhadap Hasil Belajar Menulis Narasi pada Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pecabean Kabupaten Tegal

1 18 250

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI KENAMPAKAN ALAM MELALUI PENERAPAN MEDIA LINGKUNGAN SEKITAR PADA Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Kenampakan Alam Melalui Penerapan Media Lingkungan Sekitar Pada Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sroyo Jat

0 1 16

PENERAPAN HASIL BELAJAR “MENGGAMBAR ORNAMEN” PADA PEMBUATAN DESAIN MOTIF BATIK KONTEMPORER.

0 0 34

KEEFEKTIFAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR MATERI STRUKTUR BUMI DAN MATAHARI KELAS V SD NEGERI PESAYANGAN 01 KABUPATEN TEGAL -

0 1 74

KEEFEKTIFAN MEDIA FILM TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA SISWA KELAS V SD NEGERI ARANGTANJUNG KABUPATEN KEBUMEN

0 0 63

PENERAPAN MANAJEMEN PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH 6 SYUHADA MAKASSAR

0 1 70