10
BENDAHARA MAHIR PAJAK
e. Tarif PPh
1. Tarif PPh atas penghasilan yang dikenai PPh yang idak bersifat inal, sesuai dengan Pasal 17 UU PPh adalah sebagai berikut:
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif
sampai dengan Rp50.000.000,00 5
di atas Rp50.000.000,00 s.d. Rp250.000.000,00 15
di atas Rp 250.000.000,00 s.d. Rp500.000.000,00 25 di atas Rp500.000.000,00
30 2. Tarif PPh atas penghasilan yang dikenai PPh yang bersifat inal
berupa honorarium atau imbalan idak tetap dan teratur lainnya yang menjadi beban APBN atau APBD dan dibayarkan kepada
PNS termasuk CPNS adalah sebagai berikut: a. sebesar 0 nol persen dari jumlah bruto honorarium atau
imbalan lain bagi PNS Golongan I dan Golongan II, Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan Pangkat Tamtama dan
Bintara, dan Pensiunannya; b. sebesar 5 persen dari jumlah bruto honorarium atau
imbalan lain bagi PNS Golongan III, Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan Pangkat Perwira Pertama, dan pensiunannya;
c. sebesar 15 lima belas persen dari jumlah bruto honorarium atau imbalan lain bagi Pejabat Negara, PNS
Golongan IV, Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan Pangkat Perwira Menengah dan Perwira Tinggi, dan
Pensiunannya. Skema pemotongan PPh Pasal 21 oleh bendahara pemerintah atas
pembayaran yang berasal dari APBNAPBD kepada Pejabat Negara, PNS termasuk CPNS, anggota TNI atau POLRI, dan pensiunannya adalah
sebagai berikut:
11
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Sumber Dana: APBNAPBD
Penghasilan tetap dan teratur setiap bulan
Penghasilan tidak tetap dan teratur honorarium
Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI dan POLRI, dan Pensiunannya Terutang PPh Pasal 21
Diterima oleh
Bersifat tidak final Bersifat final
PPh Pasal 21 Ditanggung Pemerintah, kecuali PPh Pasal
21 atas tambahan tarif 20 karena belum memiliki NPWP
PPh Pasal 21 Tidak Ditanggung Pemerintah
f. Cara Penghitungan dan Pemotongan
1. Penghasilan Bruto Disetahunkan Kondisi yang mengharuskan penghasilan bruto disetahunkan
bagi penerima penghasilan yang berasal dari APBNAPBD yaitu dalam hal penerima penghasilan berstatus sebagai Pegawai
Tidak Tetap yang menerima upah harian, upah mingguan, upah satuan, atau upah borongan dan menerima penghasilan dengan
jumlah kumulaif dalam satu bulan kalender telah melebihi Rp10.200.000,00.
2. Cara Penghitungan Penghitungan PPh Pasal 21 adalah dasar pengenaan PPh
sebagaimana telah dijelaskan dalam bagian C dikalikan dengan tarif PPh.