11
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Sumber Dana: APBNAPBD
Penghasilan tetap dan teratur setiap bulan
Penghasilan tidak tetap dan teratur honorarium
Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI dan POLRI, dan Pensiunannya Terutang PPh Pasal 21
Diterima oleh
Bersifat tidak final Bersifat final
PPh Pasal 21 Ditanggung Pemerintah, kecuali PPh Pasal
21 atas tambahan tarif 20 karena belum memiliki NPWP
PPh Pasal 21 Tidak Ditanggung Pemerintah
f. Cara Penghitungan dan Pemotongan
1. Penghasilan Bruto Disetahunkan Kondisi yang mengharuskan penghasilan bruto disetahunkan
bagi penerima penghasilan yang berasal dari APBNAPBD yaitu dalam hal penerima penghasilan berstatus sebagai Pegawai
Tidak Tetap yang menerima upah harian, upah mingguan, upah satuan, atau upah borongan dan menerima penghasilan dengan
jumlah kumulaif dalam satu bulan kalender telah melebihi Rp10.200.000,00.
2. Cara Penghitungan Penghitungan PPh Pasal 21 adalah dasar pengenaan PPh
sebagaimana telah dijelaskan dalam bagian C dikalikan dengan tarif PPh.
12
BENDAHARA MAHIR PAJAK
3. Tarif Pemotongan PPh untuk Penerima Penghasilan yang Tidak Memiliki NPWP
Dalam hal penerima penghasilan idak memiliki NPWP, bendahara pemerintah melakukan pemotongan PPh Pasal 21
dengan tarif 20 dua puluh persen lebih inggi dari tarif PPh untuk Pegawai yang memiliki NPWP Tarif PPh yang dijelaskan
dalam Bagian E. Dalam hal penerima penghasilan yang telah dipotong dengan
tarif lebih inggi tersebut telah memiliki NPWP, maka selisih tarif sebesar 20 dua puluh persen tersebut tetap diperhitungkan
sebagai pajak yang telah dibayar untuk bulan setelah penerima penghasilan memiliki NPWP. Sebagai ilustrasi, Hisyam telah
berstatus CPNS sejak bulan Mei 2016 namun baru memiliki NPWP sejak bulan Agustus 2016. Selisih PPh Pasal 21 yang telah
dipotong menggunakan tarif 20 dua puluh persen lebih inggi untuk bulan Mei s.d. Juli 2016 sebesar Rp200.000,00 dua ratus
ribu rupiah. Selisih Rp200.000,00 dua ratus ribu rupiah diperhitungkan sebagai kredit pajak untuk pemotongan PPh
Pasal 21 mulai bulan Agustus 2016 dan bulan selanjutnya dalam hal masih terdapat kredit pajak.
Peraturan terkait pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 21 adalah: 1. Pasal 21 Undang-undang PPh;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2010; 3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252PMK.032008;
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262PMK.032010; 5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101PMK.0102016;
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102PMK.0102016; 7. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-14PJ2013;
8. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER - 32PJ2015.