5
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
3. peserta kegiatan yang diadakan oleh instansi pemerintah atau satuan kerja.
Penerima penghasilan yang berstatus Pegawai dapat dikategorikan sebagai Pegawai Tetap dan Pegawai Tidak Tetap. Dalam ruang lingkup
bendahara pemerintah, Pegawai dapat dikategorikan sebagai Pegawai tetap apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Memiliki surat keputusan pengangkatan sebagai Pegawai, termasuk CPNS atau Pegawai honorer.
2. Biasanya surat keputusan tersebut memiliki jangka waktu lebih dari setahun.
3. Menerima penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur. Penghasilan secara teratur tersebut arinya pembayaran dilakukan
secara berkala pada suatu periode tertentu. Sedangkan kriteria Pegawai Tidak Tetap adalah sebagai berikut:
1. Memiliki perjanjian atau kontrak pelaksanaan pekerjaan tertentu dalam suatu jangka tertentu.
2. Menerima penghasilan apabila yang bersangkutan bekerja berdasarkan jumlah hari kerja, jumlah unit hasil pekerjaan yang
dihasilkan, atau penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja.
Berdasarkan kriteria tersebut, dalam ruang lingkup bendahara pemerintah, yang dimaksud Pegawai Tetap idak hanya terbatas Pegawai
yang berstatus sebagai PNS, anggota TNI atau POLRI, dan pejabat negara, termasuk CPNS, Pegawai yang diusulkan menjadi CPNS Pegawai magang
dan Pegawai honorer. Sedangkan contoh Pegawai Tidak Tetap misalnya adalah orang pribadi yang dikontrak oleh Badan Pusat Staisik BPS
sebagai petugas sensus penduduk yang dibayar berdasar data penduduk yang berhasil dikumpulkan.
Contoh penerima penghasilan Bukan Pegawai adalah orang pribadi pemberi jasa pemeliharaan AC di kantor pemerintah, narasumber
pelaihan yang diadakan pemerintah selain yang berstatus sebagai PNS, dan peserta pelaihan ketenagakerjaan yang diselenggarakan oleh
pemerintah.
6
BENDAHARA MAHIR PAJAK
b. Sifat Pengenaan PPh
PPh Pasal 21 yang wajib dipotong oleh bendahara pemerintah pada dasarnya terbagi menjadi dua jenis, yaitu PPh yang bersifat idak inal
atau dikenai tarif PPh Pasal 17 sesuai dengan ketentuan umum UU PPh dan PPh yang bersifat inal.
Secara umum, PPh Pasal 21 yang dipotong bendahara pemerintah bersifat idak inal. PPh Pasal 21 yang dipotong oleh bendahara
pemerintah yang bersifat inal hanya dikenakan atas penghasilan idak tetap dan idak teratur berupa honorarium atau imbalan idak tetap
dan idak teratur lainnya, dengan nama dan dalam bentuk apapun yang menjadi beban APBN atau APBD dan dibayarkan kepada PNS termasuk
CPNS, anggota TNI atau POLRI, pejabat negara, dan pensiunannya.
c. Dasar Pengenaan PPh
Dasar pengenaan PPh atas penghasilan yang dikenai PPh Pasal 21 yang idak bersifat inal adalah sebagai berikut:
1. Pegawai Tetap Dasar pengenaan PPh Pasal 21 untuk Pegawai Tetap adalah
Penghasilan Kena Pajak, yang dihitung dengan cara mengurangi jumlah penghasilan neto dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP.
Sedangkan penghasilan neto dihitung dengan cara mengurangi penghasilan bruto dengan biaya jabatan sebesar 5 dari penghasilan
bruto dengan jumlah biaya jabatan maksimal Rp500.000,00 lima ratus ribu rupiah sebulan atau Rp6.000.000,00 enam juta rupiah setahun.
2. Pegawai Tidak Tetap Dasar pengenaan PPh Pasal 21 untuk penghasilan yang diterima
atau diperoleh Pegawai Tidak Tetap adalah sebagai berikut: a. Dalam hal penghasilan bruto yang dibayar bulanan telah
melebihi Rp4.500.000,00 dalam sebulan, dasar pengenaan PPh Pasal 21 dihitung dengan cara jumlah penghasilan bruto
dikurangi PTKP per bulan. b. Dalam hal penghasilan bruto sehari atau penghasilan bruto
rata-rata sehari telah melebihi Rp450.000,00 namun akumulasi penghasilannya dalam sebulan kurang dari Rp4.500.000,00
7
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
dasar pengenaan PPh Pasal 21 dihitung dengan cara jumlah penghasilan bruto dikurangi dengan jumlah sebesar
Rp450.000,00. c. Penghasilan sehari atau rata-rata penghasilan sehari lebih dari
Rp450.000,00 atau akumulasi penghasilannya dalam sebulan telah lebih dari Rp4.500.000,00, tetapi idak lebih dari
Rp10.200.000,00, dasar pengenaan PPh Pasal 21 dihitung dengan cara jumlah penghasilan bruto dikurangi dengan PTKP
harian sejumlah hari kerja yang sebenarnya. d. Dalam hal jumlah penghasilan kumulaif dalam satu bulan
kalender telah melebihi Rp10.200.000,00, PPh Pasal 21 dihitung dengan menerapkan tarif Pasal 17 ayat 1 huruf a Undang-
Undang Pajak Penghasilan atas jumlah Penghasilan Kena Pajak yang disetahunkan
e. Sedangkan atas penghasilan sehari atau rata-rata penghasilan sehari idak melebihi Rp450.000,00 dan akumulasi
penghasilannya dalam sebulan idak melebihi Rp4.500.000,00 idak dilakukan pemotongan PPh Pasal 21.
3. Bukan Pegawai Dasar pengenaan PPh Pasal 21 untuk penghasilan yang diterima atau
diperoleh Bukan Pegawai adalah sebagai berikut: a. Bukan Pegawai yang menerima penghasilan bersifat
berkesinambungan. Yang dimaksud dengan penghasilan bersifat berkesinambungan
adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh dari satu bendahara pemerintah dalam satu tahun pajak lebih dari satu
kali. Dasar pengenaan PPh Pasal 21 yang diterima atau diperoleh
Bukan Pegawai yang menerima penghasilan bersifat
berkesinambungan adalah sebesar 50 lima puluh persen dari jumlah penghasilan bruto dikurangi PTKP per bulan.
PTKP tersebut dapat diberikan sepanjang orang pribadi yang bersangkutan Bukan Pegawai telah mempunyai NPWP dan
hanya memperoleh penghasilan dari hubungan kerja dengan satu Pemotong PPh Pasal 21