52
ditanami pohon buah, sayuran, dan lain lain. Kemiringan lahan huma biasanya mencapai 45 .
6. Lembur atau permukiman, merupakan daerah yang datar yang terletak didekat sungai dan dikelilingi oleh hutan. Daerah ini merupakan tempat
tinggal masyarakat Baduy 7. Leuweung Lembur hutan yang terletak disekitar kampung. Hutan ini
merupakan hutan buatan masyarakat Baduy untuk ditanami dengan pohon buah-buahan dan tanaman yang dapat difungsikan dan dijual.
Tata Berladang. a.
Masa Bera
Masyarakat Baduy berladang di lereng-lereng bukit dan tidak sampai ke puncaknya pada lahan yang berkemiringan sampai 45 . Lahan yang dapat
digarap untuk dijadikan ladang adalah hutan sekunder yaitu bekas ladang yang telah diberakan cukup lama dan telah menghutan. Ladang masyarakat Baduy
terletak di punggung bukit atau lereng diantara kaki bukit dan puncak bukit. Menurut adat berladang hanya boleh dilakukan pada hutan sekunder reuma,
sesuai dengan waktunya dengan luas penggunaan secukupnya. Bekas ladang baru dapat ditanami kembali setelah 4
– 9 tahun untuk Baduy Dalam. Kepemilikan tanah lamanya penggunaan untuk berhuma di dalam Kanekes
ditentukan oleh adat. Karena itu lahan bekas huma reuma di kampung kampung desa Kanekes dan bakal huma leuweung ngora hampir semuanya sudah
dikerjakan dan menjadi milik garapan warga Kanekes. Bekas huma reuma yang letaknya didekat kampung lama kelamaan akan berubah menjadi kebon kebun
karena ditanami berbagai tanaman untuk keperluan obat dan keperluan upacara, seperti koneng beureum, honje, seureuh, bangban, laleus, laja, cengek, roay, jahe
dan panglay.
b. Kalender Teknik Berladang
Penggunaan lahan di daerah Baduy Dalam disesuaikan dengan kemampuan masing masing pengelolanya. Lahan yang dipergunakan sebagai lahan garapan
luasnya bervariasi antara 0,5 – 2 ha disesuaikan kemampuan untuk mengelolanya.
Untuk Baduy Dalam setiap kepala keluarga umumnya hanya mampu menggarap
53
satu hektar lahan. Ketentuan adat dalam berladang tidak boleh membolak balik tanah dengan cangkul dan menggunakan pupuk kimia. Tanaman utama yang
ditanam di ladang adalah padi, selain itu ditanam juga jagung, kacang panjang, dangdeur, ketimun, roay, terung dan labu. Pada lahan lahan huma banyak
dijumpai pohon kayu yang tumbuh secara tersebar. Dalam mengerjakan ladang mereka menggunakan pengolahan minimum minimum tillage. Pengolahan tanah
hanya ditugal dengan menggunakan kayu runcing disebut aseuk. Perhitungan kalender tahunan masyarakat Baduy erat kaitannya dengan sistem pertanian
mereka. Awal tahun dimulai dengan kondisi alam yang dalam istilah Baduy disebut nanggalkeun kidang kemunculan bintang Waluku. Pada saat itu menurut
mereka matahari sudah bergeser kearah utara yang menyebabkan keadaan tanah menjadi dingin. Keadaan ini merupakan kondisi terbaik sebagai awal penggarapan
ladang. Dalam kalender Baduy jatuh pada bulan Kapat dan biasanya diadakan upacara seba-laksa pada saat itu. Segala aktivitas keseharian masyarakat Baduy
didasari oleh patokan kondisi matahari yang melintas di wilayah mereka dalam
menentukan waktu Tabel 8. Narawas, artinya mencari atau memilih lahan untuk dijadikan huma. Nyacar, berarti menebas rumput atau semak belukar. Nukuh,
berarti mengeringkan rumput dan hasil tebasan lainnya. Ngaduruk adalah
kegiatan membakar sampah yang telah dikumpulkan pada kegiatan nukuh. Ngaseuk, artinya membuat lubang kecil dengan menggunakan aseukan penugal
untuk mananam benih padi. Menugal dilakukan oleh pria, sedangkan memasukkan benih padi ke dalam lubang tugalan dilakukan oleh perempuan.
Ngirab sawan, membersihkan sampah bekas ranting dan daun atau tanaman lain yang mengganggu tanaman padi yang sedang tumbuh. Mipit adalah kegiatan
pertama kali memetik atau menuai padi. Tiga bulan saat pemanenan tersebut sering pula dikenal dengan bulan kawalu. Dibuat, berarti menuai atau memotong
padi panen. Ngunjal, artinya mengangkut hasil panen padi dari huma ke lumbung padi. Nganyaran, upacara makan nasi baru atau nasi pertama kali hasil
dibuat di huma serang. Seluruh tata urutan perladangan di ikuti oleh masyarakat Baduy.
54
Tabel 8 Sistem kalender dan aktivitas berladang
Bulan Baduy Sunda
Masehi Aktivitas
1 Sapar Kapat
Kasa Mei -Juli
Seba, narawas, nyacar 2
Kalima Karo
Juni - Agustus Inisiasi, perkawinan, muja
3 Kanem
Katiga Juli - September
Nukuh,selametan 4
Katujuh Kapat
Agustus - September Ngaduruk, Ngaseuk serang
5 Kadalapan
Kalima September - November
Ngaseuk huma puun 6
Kasalapan Kanem
Oktober - Desember Ngaseuk huma tangtu
7 Kasapuluh
Kapitu November Pebruari
Ngaseuk huma warga 8
Hapit-lemah Kawalu
Desember Maret Mipit
9 Hapit-kayu
Kasonga Januari -Maret
Semi panen 10
Kasa Kasadasa
Februari - April Kawalu tembeuy
11 Karo
Desta Maret -Mei
Kawalu panengah 12
Katiga Sada
April -Juni Kawalu tutug, ngalaksa
Alat pertanian masih menggunakan teknologi sederhana seperti menggunakan kored, aseuk, parang dan bedog. Dalam penanaman padi di ladang
orang Baduy tidak menggunakan alat cangkul, bajak atau menggunakan pupuk, atau obat hama modern. Peralatan yang digunakan yaitu bedoggolok, kujang
parang pendek, baliung kapak besar dan kored pembersih rumput dan aseuk tugal. Untuk pupuk dipergunakan campuran daun mengkudu, atau karakasdaun
kering, air, pasir dan jampi-jampi. c.
Jenis-jenis Ladang
Orang Baduy Tangtu berhuma di wilayah taneuh larangan dan tidak pernah keluar dari daerah itu. Dilihat dari letak dan kegunaan dan orang yang
mengerjakannya terdapat berbagai jenis huma yaitu huma Puun, huma serang , huma tangtu yang masing masing mempunyai fungsi yang berbeda.Huma serang
merupakan huma yang dianggap suci dan menjadi contoh gambaran tentang proses berladang orang Baduy. Huma serang merupakan tempat suci karena
rangkaian proses perladangan penuh dengan upacara adat yang sakral. Letak huma serang di sebelah timur kampung. Bagi masyarakat Baduy arah Timur sebagai
tempat terbitnya matahari mengandung makna simbolik kehidupan dan kesejahteraan dan memberi cahaya kehidupan. Barat dianggap mempunyai makna
kematian yang dihubungkan dengan tenggelamnya matahari. Huma tangtu terletak di bagian utara dan barat merupakan tempat yang sifatnya biasa biasa saja.
Jumlah penduduk setiap tahunnya meningkat dengan sekitar 2 maka dapat dilihat bahwa lahan permukiman mereka menjadi padat. Juga dalam
berladang yang biasanya masa bera harus 7 – 9 tahun sekarang semakin cepat
55
menjadi 3 – 4 tahun karena keterbatasan lahan. Hal ini dimasa mendatang menjadi
masalah besar bagi mereka karena lahan pertanian mereka sudah tidak cukup untuk mendukung penduduk suatu kampung. apabila tidak dilakukan suatu hal
karena panen mereka terus menerus menurun hasilnya sehingga terlihat bahwa saat ini mereka sudah perlu membeli beras untuk makan sehari-hari. Beras hasil
panen biasanya disimpan dan dipergunakan apabila dibutuhkan dan untuk acara sosial masyarakat.
Konservasi Energi.
a. Bahan Bakar dan Penerangan