Bahan Bakar dan Penerangan Konstruksi Atap

55 menjadi 3 – 4 tahun karena keterbatasan lahan. Hal ini dimasa mendatang menjadi masalah besar bagi mereka karena lahan pertanian mereka sudah tidak cukup untuk mendukung penduduk suatu kampung. apabila tidak dilakukan suatu hal karena panen mereka terus menerus menurun hasilnya sehingga terlihat bahwa saat ini mereka sudah perlu membeli beras untuk makan sehari-hari. Beras hasil panen biasanya disimpan dan dipergunakan apabila dibutuhkan dan untuk acara sosial masyarakat. Konservasi Energi.

a. Bahan Bakar dan Penerangan

Pikukuh telah mengatur gaya hidup masyarakat Baduy dalam melaksanakan kehidupan sehari hari mereka tidak merusak lingkungan, proses kehidupan alami, margasatwa dan habitat tumbuhan dikonservasi. Masyarakat Baduy Dalam menggunakan bahan bakar untuk memasak dari kayu bakar. Kayu merupakan sumber energi terbarukan disebut biomassa. Pada saat membersihkan lahan untuk dipergunakan huma, kayu yang ditebang dipergunakan untuk kayu bakar sedangkan ranting dan daun dipergunakan untuk memupuk tanah. Pada saat sebelum menanam mereka membakar di atas tanah agar akar alang alang mati. Untuk memasak mereka mengumpulkan ranting ranting dan dahan dari leuweung lembur ataupun huma yang disimpan ditepi atau kolong rumah. Mereka tidak menggunakan alat alat yang menggunakan listrik atau bahan bakar fosil sama sekali karena dilarang oleh pikukuh. Bahkan untuk penerangan pun mereka dilarang menggunakan bahan kimiawi. Biasanya mereka menggunakan minyak picung atau kadang kadang lilin. Mereka sangat hemat dalam menggunakan energi untuk penerangan.

b. Transportasi

Konservasi dipraktekkan dalam metoda dan sistem transportasi. Di dalam wilayah Desa Kanekes tidak diperbolehkan menggunakan kendaraan. Jalan hanya dibuat untuk pejalan kaki saja. Orang Baduy dilarang menggunakan kendaraan bermotor. Mereka harus berjalan kaki kemanapun untuk keperluan mereka. Sampai dalam menjajakan hasil bumi ke tempat yang jauh dilakukan dengan berjalan kaki. Mereka sering berjalan sampai ke Jakarta dan kota kota lainnya. 56 Para pemimpin adat tidak setuju dengan program inftrastruktur jalan, penerangan, pendidikan karena akan membuat masyarakat konsumtif. Menurut mereka dengan berlaku konsumtif akan melarat karena menjual sawah untuk membeli motor, TV dan lainnya. Konservasi Margasatwa. Terdapat aturan adat dalam konservasi margasatwa. Masyarakat diperbolehkan mengambil hewan hanya pada waktu waktu tertentu saja biasanya saat ada upacara adat atau daur kehidupan. Hewan tersebut akan dibagikan untuk hidangan masyarakat sekampung. Dalam mengambil hewan seperti dalam berburu. Berburu disebut dengan ngalanjak menurut pikukuh hanya diperbolehkan menggunakan tombak dan dilaksanakan pada bulan kawalu. Pelaksanaan ngalanjak dipimpin oleh Puun dan hewan yang boleh di buru hanya jenis-jenis tertentu seperti peucang, bajing dan mencek. Hewan yang salah tangkap harus dilepas kembali. Menangkap ikan dalam istilah Baduy disebut munday. Menangkap ikan di sungai menurut aturan dalam pikukuh Baduy hanya boleh menggunakan jaring atau jala. Munday dilaksanakan pada buka kawalu dipimpin oleh Puun. Jenis ikan yang boleh dijaring terbatas hanya empat jenis yaitu ikan soro, kancra, parang dan hurang. Ikan jenis lain harus dilepas kan kembali ke sungai. Ayam dipelihara oleh rata rata masyarakat Baduy. Apabila ada upacara adat atau daur kehidupan, masing masing keluarga akan menyumbangkan ayam mereka untuk keperluan acara untuk dibagikan kepada masyarakat seluruh kampung. Struktur Infrastruktur. Lokasi permukiman Baduy Dalam yang terletak paling Utara adalah Kampung Cibeo. Luas kampung Cibeo sekitar 25.000 m 2 . Kampung-kampung Baduy umumnya berada di kaki suatu bukit, sedikit lebih tinggi daripada aliran sungai atau anak sungai sehingga mudah untuk warga kampung mandi dan mencuci dan keperluan lainnya.

1. Sampah

Masyarakat menggunakan metoda yang mengurangi konsumsi sumber daya alam dan membuat banyak buangan. Menurut aturan adat masyarakat harus menyederhanakan kehendak. Kebanyakan aktifitas dilakukan bersama-sama untuk seluruh masyarakat termasuk pembelian keperluan-keperluan kampung. 57 Seluruh masyarakat telah mengerti dari sistem pendidikan mereka bagaimana menangani sampah mereka. Menurut pikukuh Baduy dalam menjalankan hidup orang harus bertindak baik, jujur dan tidak merusak, tidak mencemari lingkungan dan tidak merugikan orang lain selama hidup. Dunia bawah walaupun berkonotasi negatif tidak boleh seenaknya dikotori dirusak atau dicemari karena ada yang menguasai dan mengayominya bahkan merupakan terminal transit menuju ke dunia atas. Sebelum memasuki rumah kaki di cuci di Golodog dengan air yang tersedia di kelek.Oleh karena itu rumah orang Baduy terlihat bersih walaupun sederhana. Masyarakat Baduy sangat mengenal konsevasi dan preservasi lingkungan. Kampung mereka sangat bersih dibandingkan dengan kampung dan desa lain di Indonesia. Seluruh masyarakat Baduy Dalam telah mengerti bagaimana cara untuk menangani sampah yang mayoritas sampah organik. Mereka mengumpulkan sampah untuk ditaruh di tempat sampah di Golodog Tabel 9. Setiap pagi sampah tersebut dibawa ke leuweung lembur untuk dibuang. Adapun saat ini makanan anak-anak telah dijual di kampung dengan berbungkus plastik. Mereka memisahkan plastik dari sampah organik dan membakarnya di parako atau di kampung. Jadi perilaku konservasi dan preservasi lingkungan telah diatur dalam pikukuh dan menjadi prilaku keseharian orang Baduy Dalam.

2. Limbah Cair Sewage

Sistem penanganan limbah cair Sewage difahami oleh seluruh masyarakat. Didalam rumah tidak pernah dilakukan pencucian alat-alat rumah tangga seperti alat makan dan dapur. Pencucian dilakukan di pancuran atau sungai tanpa sabun dan bahan kimia lainnya Untuk keperluan mandi, cuci dan buang air besar mereka menggunakan sungai di dekat kampung. Terdapat aturan dalam penggunaan sungai agar masyarakat tetap menggunakan air yang bersih dan belum tercemar. Pembagian untuk penggunaan adalah dibedakan peruntukan pada bagian hulu dengan hilir dari sungai. Pada bagian yang lebih hulu dipergunakan untuk mandi dan cuci oleh Puun, laki-laki, wanita, dan anak- anak. Bagian yang lebih hilir dipergunakan untuk WC yang dibagi menjadi tempat bagi wanita dan anak anak dan laki-laki. 58 Kualitas air bekas juga tidak berubah karena masih berjalan sesuai ekosistem alam.

3. Energi

Energi yang dipergunakan masyarakat berasal dari sumber terbarukan. Mereka menggunakan minyak picung dan desain bangunan yang porous untuk pencahayaan dan untuk memasak menggunakan biomasa yang berasal dari reuma dan leuweung lembur. Hal tersebut sudah diatur dan diajarkan dalam adat mereka. Mereka tidak menggunakan energi fosil sama sekali dalam kegiatan sehari-hari. Aturan penanaman dan pemanenan pohon sudah diatur oleh adat. Untuk memasak mereka memanen ranting kering pohon dari dalam bioregion. Konservasi energi dilaksanakan pada pembangunan rumah masyarakat seperti: - Orientasi dan lokasi bangunan di rancang agar bangunan menjadi nyaman. - Menggunakan metoda pengudaraan pasif bangunan yang baik dan material porous - Masyarakat menggunakan metoda yang mengkonservasi dan efisiensi energi pada desain bangunan. Penggunaan energi di rumah di minimalkan dengan praktek yang mengkonservasi seperti menggunakan pencahayaan alami dari lubang pori-pori dinding.

4. Bahan Bangunan

Bahan bangunan diambil antara lain dari huma, reuma, leuweung lembur maupun leuweung kolot Tabel 10. Apabila bahan bangunan yang diperlukan diambil dari leuweung kolot maka menurut aturan adat mereka harus meminta ijin dahulu kepada Puun. Penggunaan bahan bangunan adalah : a. alami recycable b. dapat dipergunakan kembalireusable c. berasal dari dalam bioregion Aturan adat telah berhasil mengkonservasi lingkungan dan hutan mereka sehingga baik teknik pengambilan bahan bangunan maupun pengawetan di Baduy menggunakan teknik yang ramah lingkungan. Pembangunan digunakan material 59 dan metoda konstruksi yang alami bersumber dari wilayah terdekat dan tidak menggunakan campuran bahan kimia. Jenis kayu yang dipergunakan antara lain Kayu Huru, Kibuluh, Laban, Bintinu, dan Kikacang. Bambu yang dipergunakan adalah Bambu Tali, Gede, dan Cangkoreh. Konstruksi kayu dapat bertahan sampai 35 tahun dan keawetan konstruksi bambu sekitar lebih dari 15 tahun tanpa diawetkan dengan bahan kimia. Penggunaan material konstruksi seperti kayu dan bambu sudah sejalan dengan anjuran penggunaan bahan yang ramah lingkungan sebab kayu dan bambu adalah bahan bangunan yang terbarukan. Terutama bambu yang termasuk tumbuhan yang cepat tumbuh EPA, 2010. Rumah murah dapat diperoleh dengan menggunakan bahan bambu ataupun kayu yang banyak terdapat terutama di wilayah perdesaan dan cepat pertumbuhannya. Tabel 9 Kearifan lokal dalam pemanfaatan sumber daya alam JENIS PENGGUNAAN MASUK KELUAR SUMBER DAYA ALAM Tidak mencemari lingkungan AIR WC Mandi Cuci Cuci piring disungai dengan terbatas jumlahnya tidak menggunakan sabun tidak menggunakan sabun menggunakan daun Untuk pakan ikan dan hewan air Organik tidak mencemari sungai dan lingkungan dengan bahan kimia ENERGI Penerangan Masak Transportasi minyak picung ranting pohonbiomassa jalan kaki Tidak menggunakan energi fosil Tidak polusi MATERIAL LAINNYA Bangunan Perabot Makanan kayu dan bambu diambil dari lahan yang dikonservasi dan diambil secara ekologis bambu tidak menggunakan penyedap, pengawet dan pewarna bahan kimia. Tidak diawetkantercemar dengan bahan kimia bahan yang toksik Sampah organik, degredable diproses dileuweung lembur IKLIM ANGIN Rumah Udara Ventilasi alamiah Angin tidak kencang Desain sesuai dengan iklim Bersih tidak polusi Udara disaring di leuweung lembur tidak polusi MATAHARI Cahaya Panas Orientasi rumah U-S Vegetasi Tidak polusi

5. Sistem Pembangunan

Proses pendirian rumah dilakukan pada bulan kalima saat di lahan pertanian huma tidak ada kegiatan. Tanah dilarang untuk digali untuk mendirikan rumah dan hal ini disebabkan kepadatan tanah yang akan berkurang daya dukungnya apabila tanah merupakan urugan sehingga kemungkinan akan terjadinya 60 penurunan bangunan. Elemen-elemen konstruksi bangunan dibuat ditempat pengambilan bahan bangunan seperti reuma, huma dan dibawa ke lokasi sudah berupa komponen. Pembuatan rumah Baduy Dalam menggunakan sistem pre- fabrikasi. Sebelum suatu rumah didirikan. bagian-bagian dan komponen- komponen rumah seperti penutup atap, penutup dinding, penutup lantai sudah disiapkan pemilik rumah menjadi bagian-bagian yang siap untuk dipasang. Apabila kayu tidak tersedia di reuma maka dapat di ambil di leuweung kolot atas seijin Puun Tabel 10. Dengan sistem pre-fabrikasi pembangunan rumah menjadi sangat cepat dan efisien. Dalam sehari dapat didirikan sebanyak 5 –10 rumah. Sistem pelaksanaan pembangunan secara gotong royong antar warga sekampung. Sistem pembangunan di Baduy ini sejalan himbauan pembangunan ramah lingkungan yang dikembangkan saat ini dalam rangka proteksi lingkungan. Tabel 10 Sistim konstruksi pembangunan yang ramah lingkungan ELEMEN KONSTRUKSI MATERIAL ASAL MATERIAL TEMPAT PEMBUATAN CARA 1.Atap -Penutup atap -Rangka atap -Kuda kuda Rumbia Bambu Kayu Reuma Leuweung lembur Leuweung Lembur Reuma Leuwung kolot Reuma Kampung Huma Kampung Kampung Gotong royong Keluarga Gotong royong Keluarga Gotong royong Keluarga 2.Kolom Kayu Leuweung kolot Reuma Huma Keluarga 3.Balok Kayu Leuweung kolot Reuma Huma Keluarga 4.Dinding Bambu Leuweung lembur Huma Keluarga 5.Lantai -Penutup lantai -Rangka lantai Bambu Kayu Bambu Leuweung lembur Reuma Leuweung kolot Huma Huma Keluarga Gotong royong 6.Pondasi Batu kali Sungai Kampung Gotong royong EPA 2010 menyarankan agar bahan bangunan yang dipergunakan diproses di tempat dan elemen bangunan dipasang di luar lokasi. Elemen dibawa ke lokasi sudah berupa komponen untuk meminimalkan buangan dan tidak mencemari lokasi dengan bunyi dan debu EPA, 2010. Konservasi Sumber Daya Alam. Preservasi alam sudah diajarkan oleh pikukuh Baduy. Mereka sudah membagi suatu wilayah dengan zoning dan peruntukan yang dimaksudkan untuk mempreservasi lingkungan dan sumber daya air. Dalam pikukuh Baduy wilayah puncak suatu gunung atau bukit harus dibiarkan sebagai hutan dan tidak boleh di ditebangi pohon-pohonnya. Demikian pula hutan yang menjadi hulu dari sungai atau disekitar sungai. Yang 61 diperbolehkan untuk digarap menjadi huma adalah hanya lereng gunung. Air. Masyarakat menggunakan pancuran air yang berasal dari mata air untuk keperluan minum dan memasak. Air untuk keperluan rumah tangga dari sungai sekeliling kampung dalam kondisi bersih tidak perlu di olah lagi. Ketersediaan air bersih merupakan syarat utama dari suatu permukiman sehat Frick dan Suskiyanto, 1998. Masyarakat di komunitas mengerti cara dan menghormati dan memproteksi sumber air. Puncak gunung atau bukit tidak boleh ditanami atau dibuka dan harus dibiarkan. Pohon yang ada hanya boleh diambil hasilnya dan kayunya dengan seijin Puun tidak diijinkan untuk menebang tanpa ijin. Mereka mengetahui bahwa daerah puncak bukit merupakan daerah resapan air dan merupakan sumber mata air yang mengalir ke sungai-sungai dan pancuran yang mereka pergunakan untuk memasak dan MCK. Jadi prilaku konservasi telah diatur oleh pikukuh dan diketahui dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat. Kearifan Lokal dalam Keberlanjutan Aspek Sosial Hasil pencapaian nilai analisis data pada Aspek Sosial mencapai 348 yang berarti masyarakat Baduy Dalam dalam Aspek Sosial menunjukkan progres yang sangat baik pada keberlanjutan Tabel 4. Beberapa hal yang menunjang keberlanjutan dalam Aspek Sosial adalah: Tabel 11 Kearifan lokal dalam Aspek Sosial Aspek Sosial Indikator Keterangan a. Pendidikan a. aturan adat pendidikan adat b.pendidikan praktek berladang dan kehidupan spiritual, bekerja, sosial pemuka adat dan orang tua b. Kesehatan. a. obat tradisional Dukun, tumbuh-tumbuhan c. Ekonomi. a. aturan teknik berladang b. aturan hasil panen c. aturan hasil hutan Tidak dijual, disimpan, bibit dan dimakan Leuit Dapat dijual Sistem barter hilang d.Keberlanjutan sosial a. keterbukaan kekeluargaan b. gotong royong c. komunikasi Homogen, Seluruh aktivitas lisan Aturan Adat. Pendidikan bagi orang Baduy adalah pendidikan adat dan menjalankan perikehidupan yang baik. Dalam menjalankan kehidupan sehari hari masyarakat Baduy melaksanakan sesuai dengan Pikukuh. Pikukuh mengajarkan 62 tata cara mereka dalam bertingkah laku. Pemuka adat selalu membimbing mereka untuk menjalankan pikukuh dengan benar. Tertungkap segala tindakan mereka dilandasi sikap teuwasa, sikap tak berdaya melanggar pantangan adat atau buyut. Mulai mandi, masak, ke huma, merajut, ke pasar sampai bersantai menjelang tidur merupakan hidup keseharian mereka yang senantiasa terjaga oleh adat. Kolenjer kayu bergambar titik-titik dan kotak kotak merupakan alat keramat bagi orang Baduy dalam menentukan langkah dan tindakan mereka. Sistem Pendidikan. Masyarakat Baduy Dalam maupun Baduy Luar tidak bersekolah. Masyarakat Baduy tabu untuk bersekolah formal karena menurut aturan adat mereka pendidikan dari aturan adat lebih baik dibandingkan dengan pendidikan formal di sekolah. Menurut pendapat mereka kalau bersekolah orang akan menjadi pintar dan setelah pintar mereka akan cenderung berlaku buruk terhadap orang lain. Prinsip mereka adalah manusia bukan harus pintar tetapi harus bertindak benar. Pendidikan merupakan hal penting bagi orang Baduy. Orang tua mengajar anak mereka sambil mengerjakan segala sesuatu dan untuk masalah adat oleh pemuka adat. Pendidikan utama di keluarga adalah untuk melestarikan adat mereka. Pendidikan yang diberikan adalah pendidikan tentang bertapa yaitu bagaimana cara untuk mengkonservasi sumber daya alam, membangun, beraktivitas sosial dalam masyarakat dan tata pelaksanaan kehidupan sehari-hari termasuk dalam mengerjakan huma. Mereka dididik untuk mengerti dan mempreservasi keragaman biologi dan tata cara berhubungan dengan lingkungan alami. Teknik pendidikan yang diterapkan adalah belajar sambil praktek. Anak-anak diajarkan segala macam pelajaran setelah diberi contoh sambil melakukan pekerjaan tersebut di bimbing oleh orang tua mereka. Seluruh masyarakat mengetahui aturan mengenai jenis-jenis hewan dan tanaman yang boleh dan yang tidak boleh di wilayah Baduy dan teknik dalam mengambil sumber daya alam seperti tanaman dan hewan. Hal ini sejalan dengan proteksi terhadap sumber daya lokal. Mereka mempreservasi keragaman biologi yang terdapat di wilayah mereka baik jenis-jenis padi dan tumbuhan dan hewan lokal. Kesehatan. Kesehatan masyarakat pada umumnya baik. Di dalam wilayah 63 Baduy tersedia berbagai jenis obat obatan untuk manusia maupun untuk pertanian dan penyimpanan padi. Mereka memiliki cara pengobatan tradisional untuk berbagai macam penyakit. Pada umumnya penyakit yang ada seperti sakit kulit dan batuk pada orang lanjut usia. Pada umumnya para dukun menangani masalah kesehatan. Saat ini bidan sudah diperbolehkan untuk masuk Desa Kanekes untuk mengurus balita, dan orang sakit dan memberikan obat obatan terutama di Baduy Luar. Sistem Ekonomi. Mata pencarian utama masyarakat Baduy adalah pertanian lahan kering yang dilaksanakan dengan berpindah-pindah tempat dalam waktu tertentu. Padi yang ditanam adalah padi ladang varietas lokal yang berumur sekitar 5 bulan. Kegiatan ini disebut ngahuma. Menjual padi tidak diperbolehkan oleh aturan adat. Menurut kepercayaan padi merupakan jelmaan dari dewi Nyi Pohaci Sanghyang Asri yang harus dihormati dan tidak boleh diperjual belikan. Biasanya padi hanya dipinjamkan kepada keluarga yang membutuhkan. Sebagian dari panen disimpan di leuit. Aturan adat dalam berladang terutama terdapatnya leuit dan huma serang mengandung sistem logistik yang baik. Dengan adanya Huma Serang segala keperluan adat akan tetap terjamin. Penyelenggaraan upacara adat yang cukup banyak tidak membebankan kepada warga Baduy. Adanya jenis jenis huma menjamin terkonsevasinya keragaman jenis jenis varietas padi lokal. Berladang juga dilakukan secara individual dan komunal. Huma serang, huma Puun, huma Girang Seurat tidak boleh digarap masyarakat karena merupakan ladang pribadi tetapi warga berkewajiban untuk bekerja dihuma tersebut. Hasil dari Huma Serang yang dikerjakan secara kolektif disimpan dalam lumbung khusus yang kegunaannya untuk upacara adat, menjamu tamu masyarakat, membantu orang jompo, yatim piatu dan warga Baduy. Huma serang diurus oleh Girang Seurat, bawahan Puun. Huma Serang bermakna dua yaitu sebagai keperluan upacara yang telah terprogram dan sebagai pemenuhan hidup pengurusnya. Luas tanah Baduy Dalam sekitar 1065 ha. Luas ladang yang digarap antara 0,5 – 2 ha tergantung kemampuan penggarap . Hasil panen rata rata masyarakat 64 Baduy Dalam adalah 123,75 ranggeong atau sekitar 500 gedeng untuk 1 keluarga. Menurut aturan adat hasil panen yang 13 bagian untuk dimakan, 13 bagian untuk bibit, dan 13 bagian untuk disimpan bilamana terpaksa baru akan dikeluarkan. Penyimpanan padi di leuit biasanya dapat tahan lama sampai berpuluh puluh tahun. Dengan adanya aturan adat untuk menyimpan padi, masyarakat Baduy tidak pernah kekurangan pangan. Untuk kebutuhan sehari hari mereka membeli dari pasar Ciboleger atau Cibengkung sehingga persediaan beras di dalam leuit selalu terjaga. Menurut kebiasaan masyarakat makan dengan ikan asin japuh bakar dan rebusan waluh dengan garam. Ikan di beli di pasar terdekat. Mereka tidak merokok, makanan yang biasa dikonsumsi antara lain gula aren, madu dan tanaman palawija. Jenis-jenis palawija adalah kacang hiris, wijen, jagung, singkong, umbili, cabe, ubi jalar dan kacang tanah. Tanaman ini ditanam di huma bersamaan dengan padi. Padi akan di tanam setahun sekali . Mata pencaharian sampingan Baduy Dalam adalah membuat kerajinan boboko dari bambu, tas koja dari kulit kayu teureup, jarog, topi, tempat minum, membuat kalung, gelang dan berdagang kerajinan tersebut. Hasil hutan merupakan penghasilan sampingan warga Baduy. Hasil hutan dibagi dua yaitu hasil produksi dari leuweung kolot dan reuma. Hasil Leuweung kolot yang dijual adalah aren, durian, petai, keranji, dan madu. Reuma merupakan hutan sekunder yang paling menghasilkan pendapatan bagi masyarakat Baduy karena menghasilkan durian, petai, dukuh, pisang rambutan dan lain lain Masyarakat Baduy dapat mencukupi kebutuhan kebutuhan mereka dengan adanya hutan di sekeliling mereka. Para leluhur dan adat telah membuat zoning dan site plan yang baik dan juga aturan aturan adat yang jelas. Baik dalam pekerjaan utama mereka yaitu mengerjakan huma yang menurut pikukuh adat mereka adalah upacara sakral yaitu mengawinkan Nyi Pohaci. Aturan tentang menanam padi juga telah diatur oleh pikukuh adat. Saat ini yang mereka beli keluar hanyalah garam dan ikan asin dari pasar sekitar. Biasanya pembelian sesuatu dilakukan secara kolektif pada kampung untuk seluruh warga. Jadi pengurus adat yang mengurusi kebutuhan-kebutuhan warga secara kolektif. Sistem Sosial. Masyarakat Baduy sangat erat berhubungan satu dengan 65 lainnya, sebagai layaknya satu keluarga besar. Segala sesuatu acara dilakukan secara bergotong royong. Segala masalah yang terjadi diselesaikan di dalam keluarga, masyarakat atau kalau diperlukan diselesaikan secara adat. Dalam aturan adat banyak acara acara sosial yang harus dilakukan. seperti melakukan upacara adat perkawinan, dan perayan perayaan kematian yang dirayakan 3, 7, 14 harinya dan dilaksanakan secara gotong royong. Pengumuman dilakukan secara lisan sebab mereka selalu bertemu satu dengan lainnya dan ada jadwal waktu tertentu untuk pelaksanaan acara sosial. Proses daur kehidupan seperti kelahiran biasanya dilakukan di rumah masing masing yaitu di ruang Imah dengan dibantu ambeu beurang. Anak Baduy selain bermain juga sudah membantu orang tuanya. Upacara sunatan dan perkawinan diadakan di bale dan dirayakan oleh seluruh kampung. Seluruh masyarakat dan pemuka adat akan berpartisipasi dalam acara ini baik menyumbang makanan, menyiapkan untuk acara adat dan pesta serta pelaksanaan acara perkawinan. Acara ini dipimpim oleh Puun. Untuk acara masal dilaksanakan pada alun-alun di tengah kampung. Menurut survey tahun 2008, populasi penduduk Baduy Dalam hanya 10.8 dari keseluruhan penduduk Baduy yang mendiami 56 kampung di Desa Kanekes. Jumlah penduduk Cibeo tahun 2004 adalah 117 kepala keluarga dengan jumah penduduk sebesar 507 orang. Sedangkan pada tahun 2008 jumlah penduduk menjadi 573 orang dengan jumlah keluarga menjadi 132 kk. Jadi pertambahan penduduk di desa Cibeo sekitar 2.8 per tahunnya. Dengan pertambahan penduduk maka dikuatirkan akan terjadi kekurangan lahan untuk ladang. Hal ini dikuatirkan akan mengakibatkan pergeseran adat dan budaya mereka yang gejalanya sudah mulai tampak saat ini. Kearifan Lokal dalam Keberlanjutan Aspek Spiritual Total nilai aspek spiritual mencapai 414 yang berarti masyarakat Baduy Dalam menunjukkan progres yang sangat baik pada keberlanjutan spiritual Tabel 12. Tabel 12 Kearifan lokal dalam keberlanjutan aspek spiritual Aspek Spiritual Keberlanjutan a.tata wilayah Zoning wilayah, Baduy Dalam, 66 Adatbudaya b.hirarhi suci profan kiblat arah Baduy Luar dan Dangka Utara ke selatan Tinggi- rendah, utara- selatan pelaksanaan aturan adat c. keterikatan masyarakat Visi,tujuan sama, homogen d. sistem informasi terbatas e. kepercayaan f. pemerintahan adat Sunda wiwitan organisasi Tata Wilayah. Wilayah desa Kanekes dibagi menjadi Baduy Luar yang seluruh kampungnya terletak di bagian utara Desa Kanekes dan kampung Baduy Dalam yang terletak di bagian selatan Desa Kanekes. Perkampungan Baduy Luar merupakan pintu masuk ke desa Kanekes. Pengaturan sirkulasi jalan mengikuti arah Utara -Selatan Gambar 2. Jadi pengunjung yang memasuki wilayah Baduy diharuskan masuk melalui bagian Utara yaitu Kampung Kaduketug dimana terdapat Jaro Pamarentah. Dalam peraturan adat terdapat aturan dalam sirkulasi untuk pengunjung. Pengunjung harus mengikuti arah Utara -Selatan. Jadi setiap orang luar yang datang tidak dapat masuk dengan bebas ke wilayah Desa Kanekes selain dari arah sebelah Utara atau kampung Baduy Luar menuju arah Selatan yaitu perkampungan Baduy Dalam. Perkampungan Baduy Luar merupakan pintu masuk ke Desa Kanekes. Kampung Kaduketug merupakan desa terluar dari desa Kanekes dari arah Utara. Selain jalan itu pengunjung tidak diperkenankan memasuki wilayah Baduy. Setiap pengunjung yang memasuki wilayah ini harus berhubungan dengan Jaro Pamarentah dan selanjutnya Jaro Pamarentah akan mengatur sesuai dengan aturan dan tata cara yang berlaku di desa Kanekes. Jaro Pamarentah berfungsi sebagai penghubung orang luar dengan Desa Kanekes terutama untuk kunjungan ke kampung Baduy Dalam. Kampung Baduy Dalam terletak di sebelah Selatan yang berjarak sekitar 15 km dari jalan masuk ke Desa Kanekes dengan jalan yang sangat sulit dilewati karena naik turun dan licin. Jadi tidak ada tamu yang masuk tanpa diketahui dan ijin terutama ke wilayah Baduy Dalam. Wilayah Dangka merupakan penjaga pertama terhadap kemurnian adat dan budaya mereka Gambar 2 Tata wilayah masyarakat Baduy juga merupakan sistem ketahanan sosial budaya setempat terhadap penetrasi agama Hindu, Islam dan Budha dalam jangka waktu yang panjang. Dalam pembagian wilayah terdapat hirarhi dimana semakin kearah Selatan wilayah Desa Kanekes semakin suci dan semakin tinggi dalam menjaga kemurnian adat dan pikukuh. Masing masing kampung Baduy Dalam mempunyai tugas berbeda dalam menjalankan 67 adat. Cikeusik bertugas menjaga kemurnian adat, Cikartawana bertugas menjaga keamanan kawasan dan Cibeo bertugas sebagai penerima tamu dan hubungan masyarakat. Daerah Tangtu merupakan inti jagat yaitu tempat asal mula leluhur manusia di bumi ini. Warga Tangtu merupakan pertapa dan bertugas menjaga agar pikukuh Baduy tetap murni. Panamping berfungsi sebagai penjaga orang yang sedang bertapa. Mereka tinggal pada bagian sebelah utara dari Desa Kanekes yang merupakan pintu masuk ke wilayah ini. Masyarakat Baduy tidak dipaksa dalam menjalankan adat. Apabila ada warga Baduy yang sudah tidak mau melaksanakan adat maka dipersilahkan keluar ke kampung Dangka.Dangka hidup berdampingan dengan orang di luar Baduy, hanya pada upacara adat mereka datang. Dangka berfungsi sebagai penyaring pertama pada kemurnian adat Baduy Dalam. Derajat kesucian dalam adat Baduy dicerminkan dengan pakaian mereka. Baduy Dalam berpakaian putih berarti suci, sedangkan pakaian Baduy Luar hitam berarti kotor Kepercayaan. Pikukuh masyarakat Baduy merupakan dasar dari segala tindak perbuatan masyarakatnya yang tidak boleh dilanggar. Pikukuh diamalkan dalam peri kehidupan masyarakat dibawah pimpinan Puun sebagai pemimpin adat . Pedoman bagi tingkah laku dan tindakan serta kehidupan sehari hari adalah pikukuh yang dianggap bersumber dari karuhun, yang kemudian diturunkan dari generasi ke generasi. Ajaran utama pikukuh adalah ketentuan bahwa tempat bermukim mereka perlu dipelihara oleh semua orang karena merupakan pancer bumi, atau inti jagad yaitu pusat bumi yang membuat sejahtera kehidupan dunia. Menurut orang Baduy, kehidupan di dunia ini adalah proses perjalanan yang ditempuh seseorang seperti layaknya suatu pengembaraan. Sisi mula dari kehidupan yaitu kelahiran akan menentukan tentang kematian nanti. Hal ini berkaitan dengan cara-cara bagaimana pengembaraan itu diselesaikan. Karuhun yang juga pernah mengalami pengembaraan telah menyusun pikukuh pedoman, adat, aturan hidup bagi para keturunannya. Salah satu prinsip dalam pikukuh adalah buyut, teu wasa yaitu prinsip bahwa; tidak boleh merubah, seperti dikatakan bahwa lojor teu meunang dipotong, pondok teu meunang disambung panjang tidak boleh dipotong, pendek tidak boleh disambung. Puun merupakan pemimpin utama yang dipilih karuhun mewakili Batara Tunggal untuk 68 melaksanakan pikukuh. Kepercayaan yang kuat terhadap agama Sunda Wiwitan merupakan hal yang mendasari keberlanjutan adat mereka. Dengan kepercayaan yang kuat bahwa masa hidup ini akan menentukan kematian nantinya maka ajaran adat mengenai perilaku mereka di dunia dilaksanakan dengan sukarela. Oleh sebab itu maka adat dan budaya Baduy terutama Baduy Dalam tidak banyak mengalami perubahan sejak abad ke 16. Hal tersebut dapat berlangsung hingga saat ini terutama didukung oleh sistem adat, organisasi desa dan pembagian wilayah di atas. Buyut memberi pertanda tentang bagaimana seharusnya orang Baduy berlaku dan bertindak sesuai dengan pikukuh. Masyarakat Baduy harus hidup bersahaja atau apa adanya dan tidak boleh kaya sebab materi dianggap merupakan ancaman ketentraman kehidupan sebuah mandala tempat suci dan sebagai pertapa harus berbuat baik dan patuh kepada pikukuh. Pemerintahan Adat. Masyarakat Baduy dibagi dalam 2 paroh masyarakat yaitu kajeroan dan panamping. Menurut Garna 1985, struktur sosial kehidupan warga masyarakat Baduy seperti tersirat dari pikukuh pada hakekatnya terlingkup oleh tiga bagian kajeroan dan jaro tujuh yang melaksanakannya struktur sosial itu dapat dilihat pada struktur organisasi desa dan juga menjadi landasan pokok bagi mekanisme pemerintahan adat menurut pikukuh Baduy. Karena itu orang Baduy mengangkat Jaro Pamarentah sebagai pelaksana kepala desa menurut keperluan dan untuk berhubungan dengan pemerintah formal. Keadaan itu memberikan peluang bagi kelangsungan dari struktur sosial dan sistem pemerintahan adat Baduy serta kepercayaan Sunda Wiwitan sejak diketahui keberadaan orang Baduy pada zaman Hindia Belanda dulu. Kedudukan para pemimpin adat dan Puun sifatnya kekal. Para pemimpin adat memiliki peranan dan kekuasaan luas terhadap keseluruhan sistem sosial budaya Baduy. Wewenang dan kedudukan itu sudah ditentukan oleh karuhun dan sangat terkait dengan sistem sosial budaya. Oleh sebab itu masyarakatnya hampir tak tergoyahkan oleh pengaruh serta perubahan yang ada. Pemilihan calon untuk Puun, Jaro dan Tangkesan dilakukan oleh warga. Walaupun Baduy Luar dianggap kurang kesuciannya daripada Baduy Dalam tetapi mereka secara organisasi, peraturan kemasyarakatan adat merupakan satu sistem yang saling terkait dan mendukung satu dengan lainnya. 69 Adat dan Budaya. Dalam menjalankan kehidupan sehari hari Pikukuh mengajarkan tata cara mereka dalam bertingkah laku. Pemuka adat selalu membimbing mereka untuk menjalankan pikukuh dengan benar. Tertungkap segala tindakan mereka dilandasi sikap teuwasa, sikap tak berdaya melanggar pantangan adat atau buyut. Mulai mandi, masak, ke huma, merajut, ke pasar sampai bersantai menjelang tidur merupakan hidup keseharian mereka yang senantiasa terjaga oleh adat. Kolenjer kayu bergambar titik titik dan kotak kotak merupakan alat keramat bagi orang Baduy dalam menentukan langkah dan tindakan mereka. Segala perilaku dan kegiatan pada kehidupan di rumah, berhuma atau berpergian dapat dikaji baik buruknya lewat penafsiran dari titik, kotak dan garis silang yang ada pada kolenjer. Alat ini yang dijadikan pegangan dalam proses kehidupan orang Baduy selain menjalani buyut. Budaya setempat dilestarikan melalui aktivitas dan perayaan perayaan dari kehidupan dan siklus dalam perladangan yang dirayakan bersama orang sekampung. Pikukuh menetapkan aturan seluruh perilaku dalam kehidupan termasuk tata cara mengerjakan huma, upacara dan jadwal dalam proses perladangan itu. Dalam merayakan hasil pertanian mereka juga memainkan alat seperti angklung buhun. Rekonstruksi Desain Rumah Baduy Dalam Pengambilan data di Baduy Dalam dilakukan pada 8-11 Agustus 2008. Dengan melakukan wawancara dengan wakil pemuka adat, melakukan pengukuran untuk mengambil data primer, pengamatan pada lokasi. Rekonstruksi Tata Letak Rumah Permukiman masyarakat Baduy Dalam kampung Cibeo mempunyai sistem tata letak dan peraturan tertentu yang serupa dengan tata letak pada wilayah Desa Kanekes. Konsep penempatan seperti ini memang sudah dikenal pada tata letak wilayah dan rumah masyarakat Sunda pada umumnya Salura, 2007. Konsep yang dipergunakan pada masyarakat Baduy dalam membuat tata letak wilayah dan permukiman mengikuti konsep, luhur- handap, kidul- kaler, atau wetan - kulon. Rumah Puun sebagai pemimpin adat diletakan tempat yang lebih suci yaitu 70 arah Selatan kidul dan ditempatkan di tempat yang lebih tinggi dari pada bangunan lainnya luhur-handap sedangkan bangunan Bale dan Lisung diletakkan di bagian Utara Kaler. Untuk penempatan perumahan menggunakan konsep Kulon - Wetan dimana para pemimpin adat ditempatkan diarah Timur Wetan di muka rumah Puun. Sedangkan rumah masyarakat umum diletakkan di bagian Barat Kulon. Untuk orang Baduy bagian Timur mengandung makna yang sangat penting sebagai tempat terbitnya matahari mengandung makna simbolik bagi kehidupan dan kesejahteraan dan memberi cahaya kehidupan. Arah Barat bagi masyarakat Baduy selalu dihubungkan dengan tenggelamnya matahari dan kematian Permana, 2006. Bangunan umum yang sifatnya profan seperti aula bale, saung lisung, dan kuburan ditempatkan didaerah Utara Kaler Gambar 11. Rumah bagian Timur, diperuntukkan untuk para pemuka adat, seperti rumah Jaro Tangtu berada dimuka rumah Puun, disebelahnya terdapat rumah Girang Seurat, di belakang rumah Girang Seurat terletak Saung Panjang. Rumah pemuka adat dan bukan merupakan milik pribadi. Di Baduy Dalam terdapat 6 bangunan umum untuk dipergunakan oleh pemuka adat antara lain; rumah Puun, Jaro Tangtu, Girang Seurat, Saung Panjang, Saung Lisung dan Bale Di bagian Barat berderet perumahan warga masyarakat Baduy Dalam. Gambar 11 Tata letak rumah di lokasi Leuit diletakkan di luar kampung karena suplai makanan tidak boleh berkurang walaupun kebakaran menimpa kampung. 71 Rekonstruksi Rumah Baduy Dalam Rekonstruksi rumah Baduy dalam dilakukan dengan membuat gambar teknik. Gambar yang dibuat meliputi antara lain: gambar denah, potongan, tampak, detail konstruksi dan. sketsa perspektif. Seluruh gambar dibuat dengan 3 dimensi agar dapat lebih mudah dimengerti. Gambar 12 Perspektip denah bangunan 72 Gambar 13 Perspektip tampak Gambar 14 Perspektip tampak samping Gambar 15 Perspektif bangunan Denah. Ruang ruang yang terdapat di dalam rumah adalah Imah, Sosoro, Tepas dan Golodog Gambar 12. Terdapat hirarkhi pada penempatan ruang yang ditandai dengan peninggian lantai ruang. Peninggian lantai bangunan ditentukan oleh penting tidaknya suatu ruang. Ruang Imah lebih tinggi dari lantai ruang lainnya seperti ruang Tepas dan Sosoro. karena ruang Imah dianggap lebih penting dibanding ruang lainnya. Konstruksi Bangunan. Konstruksi bangunan memegang peranan penting dalam pembuatan rumah. Konstruksi bangunan harus benar, kokoh dan juga harus dibuat seefisien mungkin dalam pemakaian sumber daya alam. Masalah efisiensi penggunaan sumber daya alam dalam pembuatan konstruksi bangunan ini merupakan tantangan besar di masa mendatang karena konstruksi menggunakan 73 sumber daya alam dengan persentase besar. Masyarakat dunia menargetkan untuk membuat bangunan ramah Gambar 16 Perspektip potongan melintang Gambar 17 Perspektif potongan memanjang lingkungan dan mempraktekkan gaya hidup yang sederhana dan harmonis antara bangunan dan lingkungannya. Pembangunan harus meminimalkan penggunaan sumber daya alam yang tidak terbarukan. Konstruksi rumah Baduy Dalam terdiri atas konstruksi utama yaitu konstruksi pondasi, kolom, balok dan kuda-kuda Gambar 18,19. Konstruksi atap dan balok menggunakan kayu huru, laban atau kihiang. Konstruksi pelengkap antara lain penutup atap, dinding, dan lantai. Untuk konstruksi lantai, gordeng dan kaso menggunakan bambu gede, apus. Konstruksi bangunan yang diteliti untuk direkonstruksi pada bangunan Baduy Dalam merupakan struktur utama dari bangunan rumah seperti atap, dinding, lantai dan pondasi beserta detail konstruksi dan sistem konstruksinya. Masyarakat dunia menargetkan untuk membuat bangunan ramah lingkungan dan mempraktekkan gaya hidup yang sederhana dan harmonis antara bangunan dengan lingkungannya antara lain EPA, 2010 minimimalkan jumlah energi yang dipergunakan untuk pembangunan, menggunakan teknik konstruksi yang sederhana, meningggalkan bahan yang toksik dan meminimalkan penggunaan bahan bangunan dari sumber yang tidak terbarukan.

a. Konstruksi Atap

Konstruksi atap rumah Baduy Dalam berbentuk rangka. Menurut Garna 1987, atap rumah Baduy membentuk bangun segitiga yang meruncing keatas melambangkan buana nyuncung. Atap arah melintang disebut sulah nyanda. Susunan konstruksi atap terdiri dari; bagian terbawah yaitu kuda kuda di atasnya 74 terdapat rangka pendukung atap dan penutup atap. Konstruksi atap menggunakan bahan kayu dan bambu Gambar 19 Gambar 18 Potongan melintang Gambar 19 Perspektif konstruksi rumah 75 Gambar 20 Piktorial detail konstruksi atap 1. Konstruksi kuda-kuda. Kuda-kuda rumah terbentuk oleh 3 rarangki atau rangka kuda-kuda atap yaitu rarangki pondok, rarangki tukang dan rarangki panjang. Rangka kuda – kuda ini dipasang berjajar dalam arah melintang bangunan. Bahan untuk kuda kuda atap terbuat dari kayu dengan dimensi 8 x 12 cm. Sudut atap adalah 45 o dan 60 o . 2. Konstruksi Rangka Pendukung Atap. Di atas kuda-kuda terdapat rangka pendukung atap. Konstruksi rangka pendukung atap dibuat dengan bahan bambu. Gordeng panglari terbuat dari bambu gede atau apus berdiameter 12 cm. Di atas gordeng ditempatkan usuk lancang yang terbuat dari bambu apus dan tali dengan diameter 4 cm. 3. Konstruksi Penutup Atap Konstruksi penutup atap dipasang di atas usuk dan terbuat dari bahan rumbia kiray. Penutup atap rumbia sudah dirangkai sebelum dipasang. Atap rumbia dianyam pada bambu tali yang dibelah yang berfungsi sebagai reng Gambar 20 atap kirai sebagai penutup atap berjarak 10 cm. Di puncak atap yaitu bagian bubungan suhunan dan pada perpotongan bidang atap ditutup dengan belahan bambu yang di atasnya dipasang penutup ijuk. Penutup ini berfungsi sebagai pentutup bubungan untuk mencegah atap agar tidak bocor. Pada dinding sopi-sopi atap dibuat anyaman bambu abik-abik dengan lubang yang lebih besar 76 dan berfungsi sebagai ventilasi atap. Bahan yang dipergunakan untuk kuda kuda adalah kayu huru, laban atau kihiang. Untuk gordeng dan kaso menggunakan bambu gede, apus. Demikian pula bahan untuk reng dipergunakan bambu apus dan tali yang dibelah. Pada bagian atas ruang tidak ditutup dengan plafond tetapi terdapat para-para yang dipergunakan sebagai gudang.

b. Kolom tihang