Zoning Peruntukan Lahan Kajian dan rekonstruksi konsep Eco village dan Eco house pada permukiman Baduy dalam berdasarkan community sustainability assesment

50 bertopografi landai dan curam berbukit. Menurut hasil survey, penduduk Baduy Dalam berdiam di tiga kampung berjumlah 1.053 jiwa, terdiri atas 388 jiwa warga Cikeusik, 537 jiwa warga Cibeo, dan 158 jiwa warga Cikartawana. Letak Kampung Cikeusik adalah 450 m dpl, Cibeo dan Cikartawana 400 m dpl dan Panamping berada pada 300 – 450 m dpl.

b. Zoning

Menurut pikukuh aturanadat Baduy wilayah Kanekes hanya untuk orang Baduy. Karuhun nenek moyang memberi tugas mereka untuk menyepikan tempat itu bagi kepentingan seluruh umat manusia. Pandangan masyarakat Baduy dalam mempertapakan diri menyebabkan tindakan konsevasi sangat menonjol dalam mengeksploitasi lingkungan sumber daya alam. Melalui aturan adat yang ketat, pengelolaan dan pengubahan lahan dilakukan seminimal mungkin dan seperlunya saja. Puncak bukit dan gunung dilarang untuk dijadikan huma maupun diambil kayunya dan yang boleh diusahakan untuk menjadi huma hanya bagian lereng dan lembah saja. Puncak dari pegunungan Kendeng dengan ketinggian 800 – 1200 meter dari permukaan laut merupakan hutan larangan. Tempat ini sangat penting bagi orang Baduy karena terdapat Sasaka Domas. Hutan tersebut terlarang untuk umum dan hanya beberapa orang saja yang terpilih untuk melakukan upacara sakral yang boleh memasukinya. Menurut orang Baduy puncak gunung tersebut tempat bersemayam roh nenek moyang karuhun. Hutan di puncak puncak bukit dilarang untuk dirusak dan diambil kayunya secara berlebihan dan tidak boleh untuk dibuat ladang. Masyarakat Baduy sudah sejak lama mengenal dan melaksanakan konservasi hutan dengan baik sesuai tuntunan adat mereka.

c. Peruntukan Lahan

Aturan adat yang ketat, menyebabkan tindakan konsevasi sangat menonjol dalam mengeksploitasi lingkungan sumber daya alam. Pengolahan dan pengubahan lahan dilakukan seminimal mungkin dan seperlunya saja. Terdapat aturan tentang zoning wilayah di mana puncak bukit dan gunung dijadikan Leuweung kolot atau hutan larangan yang dijadikan sebagai wilayah konservasi. 51 Jadi dilarang untuk dijadikan huma maupun diambil kayunya. Bagian lereng bukit merupakan leuweung ngora yang boleh diusahakan untuk menjadi huma. Wilayah untuk perumahan terletak di lembah. Wilayah Desa Kanekes dibagi menjadi beberapa jenis peruntukan lahan antara lain : Leuweung Tutupan, Leuweung Kolot, Leuweung Ngora, Huma, dan lembur permukiman. Peruntukan Lahan Wilayah Desa Kanekes antara lain: 1. Hutan Larangan: ketentuan pada hutan ini adalah tidak boleh dimasuki oleh masyarakat Baduy. Merupakan sumber dari hulu sungai, merupakan resapan air, tempat sakral dimana Sasaka Domas dan arwah para leluhur Baduy berada. 2. Leuweung Tutupan. Atau disebut juga hutan primer. Hutan ini terletak didekat aliran sungaimata airhulu sungai. Pada hutan ini tidak boleh dijadikan huma. Hutan ini merupakan tempat jalur hijau yang dilarang ditebang pohon pohonnya untuk diambil kayunya dan yang diperbolehkan adalah mengambil hasilnya seperti daun, buah , ranting dan lain lain. Hutan primer tidak boleh dibuka untuk ladang atau keperluan lainnya . 3. Leuweung Kolot, lokasinya dipuncak dan lereng gunung dan bukit. Hutan ini merupakan hutan lindung atau hutan titipan oleh sebab itu pada hutan ini tidak boleh menebang sembarangan. Jikalau ingin mengambil kayu harus seijin Puun. Hanya diperbolehkan mengambil hasilnya seperti buah-buahan dan madu. Hutan ini merupakan tempat resapan air dan hulu sungai dan tidak boleh untuk berladang. 4. Leuweung Ngora . Hutan ini disebut juga reuma atau bekas huma hutan sekunder. Penggunaan reuma harus seijin Puun dan masyarakat boleh mengambil kayu disini. Reuma adalah lahan yang ditinggalkan setelah panen padi dan diberakan selama 3-5 tahun. Reuma kolot; adalah huma yang sudah diberakan selama 4, 7 sampai 9 tahun. 5. Huma, Lahan ini merupakan lahan yang boleh digarap untuk dibuat ladang, boleh ditanami tanaman lain asalkan tidak mengganggu huma, kepemilikan pada pohon tetapi tanpa kepemilikan lahan. Huma boleh 52 ditanami pohon buah, sayuran, dan lain lain. Kemiringan lahan huma biasanya mencapai 45 . 6. Lembur atau permukiman, merupakan daerah yang datar yang terletak didekat sungai dan dikelilingi oleh hutan. Daerah ini merupakan tempat tinggal masyarakat Baduy 7. Leuweung Lembur hutan yang terletak disekitar kampung. Hutan ini merupakan hutan buatan masyarakat Baduy untuk ditanami dengan pohon buah-buahan dan tanaman yang dapat difungsikan dan dijual. Tata Berladang. a. Masa Bera Masyarakat Baduy berladang di lereng-lereng bukit dan tidak sampai ke puncaknya pada lahan yang berkemiringan sampai 45 . Lahan yang dapat digarap untuk dijadikan ladang adalah hutan sekunder yaitu bekas ladang yang telah diberakan cukup lama dan telah menghutan. Ladang masyarakat Baduy terletak di punggung bukit atau lereng diantara kaki bukit dan puncak bukit. Menurut adat berladang hanya boleh dilakukan pada hutan sekunder reuma, sesuai dengan waktunya dengan luas penggunaan secukupnya. Bekas ladang baru dapat ditanami kembali setelah 4 – 9 tahun untuk Baduy Dalam. Kepemilikan tanah lamanya penggunaan untuk berhuma di dalam Kanekes ditentukan oleh adat. Karena itu lahan bekas huma reuma di kampung kampung desa Kanekes dan bakal huma leuweung ngora hampir semuanya sudah dikerjakan dan menjadi milik garapan warga Kanekes. Bekas huma reuma yang letaknya didekat kampung lama kelamaan akan berubah menjadi kebon kebun karena ditanami berbagai tanaman untuk keperluan obat dan keperluan upacara, seperti koneng beureum, honje, seureuh, bangban, laleus, laja, cengek, roay, jahe dan panglay.

b. Kalender Teknik Berladang