Komposisi jenis kelamin tenaga kerja memiliki kecenderungan merata hanya terdapat sedikit perbedaan yakni perempuan sebanyak 1857 pekerja atau
sebesar 49 persen sedangkan laki-laki sebanyak 1950 pekerja atau sebesar 51 persen. Perbedaan yang sangat kecil pada komposisi jenis kelamin ini dikarenakan
pada pusat perbelanjaan modern tidak hanya memperkerjakan tenaga wiraniaga yang biasanya didominasi oleh kaum perempuan tetapi juga diperlukan tenaga
teknisi, staf adminstrasi, jasa parkir dan cleaning service. Tenaga kerja laki-laki pada pusat perbelanjaan modern umumnya menempati posisi sebagai teknisi, staff
administrasi serta jasa parkir. Meskipun perbedaan jumlah antar tenaga kerja laki- laki dan perempuan yang tidak terlalu besar, namun untuk posisi tertentu ada yang
diutamakan untuk ditempati oleh perempuan, yakni posisi Tenant Relation TRL. Penempatan perempuan dalam posisi TRL terkait dengan sifat
psikologis yang dimiliki oleh perempuan, yakni pengendalian emosi. Posisi TRL adalah posisi yang menjembatani pihak pengelola dengan para pemilik atau
penyewa kios sehingga dibutuhkan penempatan emosi yang terkendali, karena jika terjadi suatu permasalahan pada kios atau perjanjian kerja maka
penyelesaiannya melalui bagian TRL ini.
6.3.2. Pengurangan Tenaga Kerja
Adanya pusat perbelanjaan modern menimbulkan persaingan usaha antara pusat perbelanjaan modern dengan pasar tradisional dan kios-kios di sekitarnya.
Persaingan usaha ini menyebabkan terjadinya penurunan omset penjualan pedagang di tempat tersebut.
Berdasarkan survey yang dilakukan terhadap pedagang yang berlokasi di pasar tradisional, Pasar Kebon Kembang Pasar Anyar dan Pasar Bogor,
penurunan omset penjualan menyebabkan terjadinya penurunan jumlah tenaga kerja.
Tabel 6.6. Penurunan Jumlah Tenaga Kerja Pada Pedagang di Pasar Tradisional Pedagang
Keterangan Terjadi PHK
Tidak Terjadi PHK Omset Tetap
10 Omset Menurun
8 14
Sumber: Data Primer Hasil Olahan
Sebanyak delapan pedagang dari 32 pedagang yang diamati melakukan Pemutusan Hubungan Kerja PHK terhadap pekerjanya. PHK dilakukan karena
penurunan omset mengakibatkan turunnya margin perdagangan yang diperoleh oleh pedagang sehingga dana untuk menutupi biaya operasional semakin
berkurang. Untuk mempertahankan kelangsungan usahanya maka para pedagang mengurangi jumlah tenaga kerja yang dipekerjakannya.
Pengurangan jumlah tenaga kerja pada setiap pedagang berbeda tergantung dari penurunan omset penjualan yang dialami dan jangka waktu usaha
yang dimiliki oleh pedagang. Semakin besar penurunan omset maka jumlah tenaga kerja yang di PHK umumnya semakin banyak, ada yang mencapai 66
persen dari tenaga kerja yang dipekerjakan atau sebanyak dua dari tiga tenaga kerja, namun secara umum dari delapan pedagang yang melakukan PHK rata-rata
memberhentikan sekitar 44 persen tenaga kerjanya. Besarnya persentase PHK pada pedagang dikarenakan pedagang di pasar tradisional umumnya hanya
memperkerjakan pegawai dalam jumlah kecil dengan rata-rata pegawai sebanyak 2 sampai empat orang sesuai dengan luas kios yang ditempati.
Sebanyak 14 pedagang dari 32 pedagang yang diamati mengalami penurunan omset penjualan, namun tidak sampai melakukan PHK terhadap tenaga
kerjanya. Tidak dilakukannya PHK oleh sebagian pedagang ini dilatarbelakangi oleh berbagai faktor, salah satunya adanya sifat hubungan kekeluargaan dalam
memperkerjakan pegawainya, sehingga selama penurunan omset penjualan tersebut masih mampu menutupi biaya operasional maka pedagang tidak
memberhentikan tenaga kerjanya. Selain menyebabkan penurunan omset penjualan yang berakibat pada
pengurangan jumlah tenaga kerja pada pedagang di pasar tradisional keberadaan pusat perbelanjaan juga mempengaruhi pedagang lain yang meskipun tidak
mengalami penurunan jumlah omset penjualan, namun mereka mengalami kesulitan untuk meningkatkan jumlah tenaga kerja yang mereka pekerjakan.
Kesulitan untuk menambah jumlah tenaga kerja ini terjadi karena adanya kesulitan untuk meningkatkan omset penjualan sebagai akibat adanya persaingan
usaha. Persaingan usaha menyebabkan terjadinya peningkatan biaya operasional pedagang.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN