Alkali Garam Bahan Tambahan Lain

15 panjang lainnya, sedangkan bagian lainnya yaitu gugus hidroksil akan memiliki daya tarik terhadap air. Asam Stearat Asam stearat merupakan salah satu jenis asam lemak yang memiliki rantai hidrokarbon yang panjang, mengandung gugus hidroksil disalah satu ujungnya. Asam stearat adalah asam tidak jenuh, tidak ada ikatan rangkap antara atom karbonnya. Asam lemak jenis ini dapat ditemukan pada minyaklemak nabati dan hewani. Asam stearat sering digunakan sebagai bahan dasar pembuatan cream dan sabun. Pada proses pembuatan sabun transparan, jenis asam stearat yang digunakan adalah yang berbentuk kristal putih dan mencair pada suhu 56 o C. Fungsi asam stearat pada proses pembuatan sabun adalah untuk mengeraskan dan menstabilkan busa Hambali et al., 2005. Minyak Kelapa Dalam pembuatan sabun, minyak yang sering digunakan adalah minyak kelapa, minyak kelapa sawit, dan minyak jarak. Minyak kelapa merupakan minyak yang memiliki kandungan asam lemak jenuh yang tinggi. Berdasarkan kandungan asam lemaknya, minyak kelapa digolongkan kedalam minyak asam laurat karena kandungan asam lauratnya paling besar. Asam laurat dapat diperoleh dari minyak kelapa mencapai 40-50 dari total kandungan lemak yang terdapat didalamnya Swern, 1979. Asam laurat ini sangat diperlukan dalam pembuatan sabun karena kemampuannya dalam pembentukan busa. Sabun yang baik seharusnya mengandung asam laurat tidak kurang dari 15.

2. Alkali

Bahan yang sangat penting dalam pembuatan sabun disamping minyak dan lemak adalah alkali. Industri sabun menggunakan sejumlah besar bahan kimia berupa natrium hidroksida NaOH atau dikenal dengan nama kaustik soda. Natrium hidroksida atau kaustik soda adalah senyawa alkali dengan berat molekul 40.01, merupakan bahan padat yang berwarna putih dan dapat mengakibatkan iritasi pada kulit. Senyawa NaOH larut dalam air 16 dan bersifat basa kuat, mempunyai titik leleh 318,4 o C dan titik didih 1390 o C. Pada proses pembuatan sabun, penambahan NaOH harus dilakukan dengan jumlah yang tepat. Apabila NaOH yang ditambahkan terlalu pekat atau jumlahnya berlebih, maka alkali bebas yang tidak berikatan dengan trigliserida atau asam lemak akan terlalu tinggi memberikan pengaruh negatif yaitu iritasi pada kulit. Sebaliknya, apabila NaOH yang ditambahkan terlalu encer atau jumlahnya terlalu sedikit, maka sabun yang dihasilkan akan mengandung asam lemak yang tinggi. Asam lemak bebas pada sabun mengganggu proses emulsi sabun dan kotoran pada saat sabun digunakan Kamikaze, 2002.

3. Garam

Garam dapur NaCl digunakan untuk memisahkan gliserol dari larutan sabun. Garam yang digunakan dapat dalam bentuk kristal atau larutan garam pekat. Swern 1979 menerangkan bahwa Natrium Klorida NaCl merupakan bahan berbentuk kristal kubik, tidak berwarna, bersifat higroskopik rendah dan dapat diberi pewarna serta parfum. NaCl memiliki peran dalam pembusaan sabun. Penambahan NaCl juga bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi elektrolit sesuai dengan penurunan jumlah alkali pada akhir reaksi, sehingga bahan-bahan pembuat sabun tetap seimbang selama proses pemanasan.

4. Bahan Tambahan Lain

Bahan-bahan lain yang digunakan dalam produk sabun antara lain parfum, emulsifier, humektan, antioksidan dan pewarna. Gliserin Gliserin merupakan produk samping dari pemecahan minyak atau lemak untuk menghasilkan asam lemak. Gliserin merupakan humektan, sehingga dapat berfungsi sebagai pelembab pada kulit. Pada kondisi atmosfer sedang ataupun pada kondisi kelembaban tinggi, gliserin dapat 17 melembabkan kulit dan mudah dibilas. Gliserin berbentuk cairan jernih, tidak berbau dan memiliki rasa manis Hambali et al,. 2005. DEA Dietanolamida DEA Dietanolamida adalah surfaktan nonionik yang dihasilkan dari minyak atau lemak. Dietanolamida yang berasal dari minyak atau lemak tersebut dapat dihasilkan dari asam lemak atau metil ester Suryani et al., 2000. DEA merupakan penstabil busa yang paling efektif. DEA juga dapat meningkatkan tekstur kasar busa dan dapat mencegah terjadinya proses penghilangan minyak yang berlebihan pada kulit dan rambut. Dietanolamida dapat diproduksi dengan dua cara yaitu mereaksikan asam lemak fatty acid dengan dietanolamida atau mereksikan metil ester dari asam lemak dengan dietanolamida Suryani et al., 2000.

III. METODOLOGI A.