30 berupa serbuk memiliki kelarutan yang lebih baik ketika diaplikasikan
pada sabun, sehingga sabun transparan yang dihasilkan memiliki penampakan yang lebih baik.
Serbuk lengkuas diperoleh dengan menambahkan bahan pengisi yang pada dasarnya berfungsi sebagai pengikat. Bahan pengisi yang
digunakan adalah maltodeksrin sebesar 12. Serbuk lengkuas diperoleh melalui proses pengeringan dengan pengering semprot spray dryer dan
menghasilkan rendemen sebesar 19.10.
B. PENELITIAN UTAMA
1. Aplikasi Ekstrak Lengkuas dalam Pembuatan Sabun Transparan
Pada pembuatan sabun transparan dilakukan penambahan ekstrak lengkuas dalam tiga tingkat konsentrasi yaitu 1, 2 dan 3. Konsentrasi
ini dipilih berdasarkan rentang konsentrasi ekstrak lengkuas yang efektif menghambat pertumbuhan M. canis dan T. Mentagrophytes. Hezmela
2006 melakukan penelitian untuk menentukan rentang nilai konsentrasi ekstrak yang optimal untuk menghambat pertumbuhan kedua jamur uji
tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa rentang konsentrasi ekstrak untuk menghambat pertumbuhan M. canis adalah
0.3-5, sedangkan untuk T. Mentagrophytes adalah 0.5-10. Selain itu, pemilihan konsentrasi ekstrak lengkuas dalam sabun transparan ini
juga didasarkan pada rentang konsentrasi bahan aktif sabun yang berada dipasaran.
Tahap awal dari pembuatan sabun transparan adalah mereaksikan asam stearat dengan fase asam lemak dengan NaOH. Asam stearat
dilelehkan dengan pemanasan sampai asam stearat tersebut mencair. Proses pelelehan ini dilakukan untuk mempermudah terjadinya reaksi.
Selanjutnya ditambahkan minyak kelapa dan minyak jarak. Minyak kelapa mengandung asam lemak dominan yaitu asam laurat sebesar 44-53 yang
berfungsi untuk memadatkan dan membentuk busa yang lembut. Sedangkan asam lemak dominan yang terkandung dalam minyak jarak
berperan dalam transparansi sabun.
31 Setelah asam stearat dan minyak homogen kemudian ditambahkan
larutan NaOH 30 pada suhu 60-70
o
C. Pada saat penambahan NaOH ini adonan akan menjadi keras dan lengket yang menunjukkan terbentuknya
stock sabun. Pengadukan terus dilakukan sampai homogen kemudian dilakukan penambahan gliserin sehingga pengadukan lebih mudah
dilakukan. Gliserin berfungsi sebagai humektan atau pelembab dan berperan juga pada transparansi sabun. Selanjutnya dilakukan penambahan
alkohol sebagai pelarut yang juga memiliki peran dalam transparansi sabun.
Proses pembuatan sabun transparan dilanjutkan dengan penambahan sukrosa secara bertahap sambil terus dilakukan pengadukan hingga
sukrosa larut sempurna. Penambahan sukrosa ini menyebabkan transparansi sabun semakin terlihat karena sukrosa berperan dalam
transparansi sabun. Selain itu sukrosa juga dapat memberikan kekerasan yang baik pada sabun transparan. Pada tahap ini suhu dijaga 60-70
o
C, begitu juga dengan pengadukan untuk menghindari penggumpalan dan
karamelisasi sukrosa akibat dari proses pemanasan sehingga dapat menimbulkan warna coklat pada sabun.
Setelah sukrosa larut dan larutan menjadi homogen selanjutnya ditambahkan coco-DEA, NaCl, ekstrak lengkuas dan air. DEA berfungsi
sebagai surfaktan dan penstabil busa. Sedangkan NaCl selain berperan pada proses pembusaan juga berfungsi untuk menurunkan konsentrasi
elektrolit agar sesuai dengan penurunan jumlah alkali pada akhir reaksi sehingga bahan-bahan pembuat sabun tetap seimbang selama proses
pemanasan. Penambahan ekstrak dilakukan setelah sebelumnya dilarutkan dalam air. Pada saat penambahan ekstrak ini suhu harus dijaga maksimal
40
o
C untuk menghindari kemungkinan terjadinya kerusakan pada komponen bioaktif lengkuas. Pengadukan terus dilakukan sampai semua
bahan homogen. Selanjutnya sabun dituangkan dalam cetakan dan didiamkan selama ± 24 jam pada suhu ruang. Sabun transparan yang
dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 6.
32 Gambar 6. Sabun transparan anti jamur dengan berbagai konsentrasi
ekstrak lengkuas Beberapa hal yang harus diperhatikan dan menentukan keberhasilan
dalam pembuatan sabun transparan yaitu pengadukan dan suhu. Pengadukan sedapat mungkin dilakukan dengan kecepatan konstan dan
suhu harus selalu dijaga maksimal 80
o
C. Pengadukan yang terlalu lambat dan suhu yang terlalu rendah akan mengakibatkan penggumpalan.
Sedangkan pengadukan yang terlalu cepat dan suhu yang terlalu tinggi akan mengakibatkan terjadinya pembentukan busa yang berlebihan.
2. Karakteristik Sabun Transparan