Efektivitas Sabun Transparan Anti jamur Terhadap Jamur Uji

44

3. Efektivitas Sabun Transparan Anti jamur Terhadap Jamur Uji

Kandungan aktif dalam lengkuas diduga memiliki fungsi anti jamur penyebab penyakit kulit. Pada penelitian ini dilakukan uji anti jamur terhadap ekstrak lengkuas yang diaplikasikan dalam formulasi sabun transparan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui daya anti jamur dari sabun transparan yang dihasilkan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa produk sabun transparan yang mengandung ekstrak lengkuas mampu menghambat pertumbuhan jamur uji. Pada sampel yang berupa sabun batangan diameter hambat terhadap jamur uji mencapai lebih dari 40 mm. Bahkan pada Lampiran 21 dan Lampiran 22 terlihat bahwa sabun batangan yang diuji tidak terdapat jamur uji atau dengan kata lain kedua jamur penyebab penyakit kulit tersebut tidak tumbuh sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa sabun yang mengandung ekstrak lengkuas dapat menghambat pertumbuhan jamur sehingga jamur uji tidak tumbuh. Nostro et al. 2000 menyebutkan bahwa ekstrak yang memiliki diameter hambat sebesar 12 mm, merupakan ekstrak yang memiliki aktivitas anti jamur sangat tinggi. Diameter hambat sabun transparan yang mengandung ekstrak lengkuas 1 terhadap T. mentagrophytes pada tingkat pengenceran 1000 ppm, 3000 ppm, dan 5000 secara berurutan adalah 5 mm,7 mm dan 9 mm. Nilai diameter hambat terhadap M. canis pada setiap tingkat pengenceran secara berurutan adalah 5 mm, 7 mm, 10.67 mm. Grafik berikut menyajikan daya hambat sabun transparan yang mengandung ekstrak lengkuas 1 terhadap jamur uji. Gambar 11. Grafik daya hambat sabun transparan dengan ekstrak lengkuas 1 terhadap jamur uji 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 1000 ppm 3000 ppm 5000 ppm Tingkat Pengenceran D ia m et er H a m b at m m T. mentagrophytes M. canis 45 Grafik tersebut menggambarkan bahwa sabun transparan yang mengandung ekstrak lengkuas 1 mampu menghambat pertumbuhan kedua jamur uji. Pada tingkat pengenceran 1000 ppm dan 3000 ppm, diameter hambat menunjukkan bahwa pada tingkat tersebut sabun memiliki daya hambat yang sama terhadap jamur uji. Diameter hambat yang mulai menunjukkan adanya aktivitas menghambat pertumbuhan jamur terlihat pada tingkat pengenceran 3000 ppm dimana diameter hambat mencapai 7 mm. Diameter hambat minimum yang menunjukkan adanya aktivitas mikroba adalah 6 mm Nostro et al., 2000. Berdasarkan grafik juga dapat diketahui bahwa daya hambat sabun transparan meningkat seiring dengan peningkatan tingkat pengenceran. Pada tingkat pengenceran 5000 ppm, hambat sabun terhadap M. canis menunjukkan diameter hambat yang lebih besar dibandingkan dengan T. mentagrophytes. Sabun transparan yang mengandung ekstrak 2 memiliki diameter hambat sebesar 6 mm 1000 ppm, 8.33 mm 3000 ppm dan 11 mm 5000 ppm terhadap T. mentagrophytes. Sedangkan diameter hambat terhadap M. canis pada pengenceran 1000 ppm, 3000 ppm dan 5000 ppm secara berurutan adalah 5 mm, 12 mm, dan 14.33 mm. Daya hambat sabun transparan dengan ekstrak lengkuas 2 disajikan pada grafik berikut : Gambar 12. Grafik daya hambat sabun transparan dengan ektrak lengkuas 2 terhadap jamur uji Berdasarkan nilai diameter hambat, diketahui bahwa sabun transparan dengan ekstrak lengkuas 2 mampu menghambat pertumbuhan T. mentagrophytes pada tingkat pengenceran 1000 ppm. Sedangkan daya 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 1000 ppm 3000 ppm 5000 ppm Tingkat Pengenceran D ia m et er H a m b at m m T. mentagrophytes M.canis 46 hambat terhadap M. canis ditunjukkan pada pengenceran 3000 ppm. Berdasarkan grafik yang disajikan, terlihat bahwa peningkatan tingkat pengenceran menunjukkan peningkatan daya hambat terhadap jamur uji. Diameter hambat memperlihatkan bahwa T. mentagrophytes lebih dahulu dihambat pertumbuhannya oleh sabun. Meski demikian, nilai diameter yang menunjukkan mulainya penghambatan terhadap M. canis memiliki nilai yang lebih tinggi. Diameter hambat terhadap T. mentagrophytes dari sabun transparan yang mengandung ekstrak lengkuas 3 pada pengenceran 1000 ppm, 3000 ppm dan 5000 ppm secara berurutan adalah 7 mm, 9.33 mm dan 14 mm. Pada setiap tingkat pengenceran, diameter hambat terhadap M. canis adalah 10.67 mm, 13.67 mm dan 18 mm. Berikut disajikan grafik yang menggambarkan daya hambat sabun yang mengandung ekstrak lengkuas 3 terhadap jamur uji. Gambar 13. Grafik daya hambat sabun transparan dengan ektrak lengkuas 3 terhadap jamur uji Berdasarkan gambar tersebut dapat diketahui bahwa peningkatan tingkat pengenceran akan meningkatkan daya hambat sabun terhadap jamur uji. Nilai diameter hambat menunjukkan kedua jamur uji mulai terhambat pada tingkat pengenceran 1000 ppm. Namun daya hambat terhadap M. canis lebih tinggi dibandingkan dengan T. mentagrophytes. Pada penelitian ini dilakukan pengujian daya anti jamur terhadap 2 jamur penyebab penyakit mikosis superfisial dari golongan dermatofita yaitu T. mentagrophytes dan M. canis. Penyakit yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita ini biasanya disebut dengan dermatofitosis. 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00 20.00 1000 ppm 3000 ppm 5000 ppm Tingkat Pengenceran D ia m et er H a m b at m m T. mentagrophytes M. canis 47 Volk dan Wheeler 1984, menyebutkan bahwa jasad penyebab dermatofitosis adalah organisme-organisme yang berhubungan erat yang menggunakan keratin terdapat pada kulit, rambut dan kuku untuk pertumbuhannya. T. mentagrophytes merupakan salah satu jamur yang menyebabkan penyakit Tinea Corporis. Penyakit ini berupa kadas kulit halus yang ditandai dengan luka bundar dengan batas yang mengandung bintik-bintik. Sedangkan penyakit yang disebabkan oleh M. canis adalah Tinea Capitis atau kadas kulit kepala. Penyakit ini muncul sebagai perluasan gelang- gelang dikulit kepala dengan organisme tumbuh didalam dan pada rambut. Akibat dari penyakit ini adalah terjadinya peradangan yang menyebabkan luka-luka dalam yang bila sembuh akan menimbulkan bekas dan hilangnya rambut secara permanen. Berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan diketahui bahwa diameter hambat sabun transparan terhadap M. canis berkisar antara 5 mm hingga 18 mm. Sedangkan diameter hambat terhadap T. mentagrophytes menunjukkan hasil dengan kisaran 5-14 mm. Kisaran nilai diameter hambat menunjukkan bahwa M. canis lebih mudah dihambat pertumbuhannya dibandingkan dengan T. mentagrophytes. Hal ini diketahui dari kemampuan sabun transparan yang mengandung ekstrak lengkuas menghambat pertumbuhan M. canis lebih baik dari pada T. mentagrophytes . Hal ini juga menunjukkan bahwa Microsporum canis lebih sensitif terhadap senyawa anti jamur lengkuas. Berdasarkan morfologinya, M. canis memiliki dinding spora yang tebal dan fase pertumbuhan dari jamur ini tergolong lambat. Sebaliknya, T. mentagrophytes memiliki dinding spora yang lebih tipis dengan fase pertumbuhan yang relatif lebih cepat jika dibandingkan dengan M. canis Anonim, 2006. Fase pertumbuhan dari jamur ini berkaitan dengan kecepatan germinasi spora yang berpengaruh terhadap daya anti jamur. Horsfall 1956 mengemukakan bahwa kecepatan germinasi spora berpengaruh terhadap kemampuan anti jamur dalam menghambat pertumbuhan jamur. 48 Griffin 1981, menerangkan bahwa jamur yang memiliki germinasi spora yang cepat akan lebih sulit dihambat pertumbuhannya oleh suatu zat anti jamur bila dibandingkan dengan jamur yang bergerminasi lebih lambat. M. canis yang memiliki fase pertumbuhan dengan germinasi yang lambat mengakibatkan kecepatan senyawa anti jamur lebih dahulu berpenetrasi kedalam sel jamur sebelum spora bergerminasi. Hal ini yang menyebabkan M. canis dapat dihambat lebih baik oleh senyawa anti jamur dibandingkan dengan T. mentagrophytes. Selanjutnya Harborne 1987 menyebutkan bahwa senyawa aktif yang berfungsi sebagai anti jamur antara lain eugenol, kaemferol, kuersetin, galangin serta asetoksicavikol asetat. Senyawa ini merupakan senyawa aktif yang terdapat pada lengkuas. Adapun rumus bangun dari senyawa anti jamur lengkuas dapat dilihat pada Gambar 14. a Eugenol b Kaemferol c Kuersetin d Galangin e Asetoksi khavikol Asetat Gambar 14. Rumus bangun senyawa aktif anti jamur dalam lengkuas Harborne, 1987 Senyawa anti jamur pada sabun transparan yang mengandung ekstrak lengkuas bekerja dengan menimbulkan ketidakteraturan membran sitoplasma jamur. Beberapa senyawa aktif anti jamur pada lengkuas adalah golongan senyawa fenolik. Harborne 1987 menerangkan bahwa senyawa fenolik mampu membentuk kompleks dengan protein melalui ikatan CH 2 CH=CH 2 OCH 3 OH CH 2 CH=CH 2 OCH 3 OH OH O OH O OH OH O OH O OH HO O OH O OH OH OH HO O OH O OH OH OH HO O OH O OH HO O OH O OH 49 hidrogen. Senyawa ini berikatan dengan asam amino dari protein kemudian akan membentuk produk konjugasi yang bersifat hidrofilik. Terbentuknya produk konjugasi ini akan mengakibatkan terhambatnya metabolisme sel. Senyawa yang terbentuk mengubah struktur asam amino yang fungsinya adalah untuk metabolisme sel. Ketidakseimbangan metabolik ini dapat menghambat pertumbuhan atau menimbulkan kematian sel jamur. Susunan utama dari membran sitoplasma anti jamur yang terdiri dari protein dan lemak bersifat rentan terhadap bahan yang dapat menurunkan tegangan permukaan yaitu bahan yang memiliki grup lipofil dan hidrofil Siswandono dan Soekardjo, 1995. Senyawa anti jamur dari lengkuas ini memiliki grup lipofil dan hidrofil dalam molekulnya sehingga memiliki kemampuan untuk menurunkan tegangan permukaan. Membran sitoplasma yang rentan terhadap bahan yang dapat menurunkan tegangan seperti senyawa aktif dalam lengkuas menyebabkan kerusakan pada membran tersebut. Kerusakan pada membran ini memungkinkan ion anorganik yang penting seperti nukleotida, koenzim dan asam amino keluar sel. Selain itu, kerusakan membran sel juga dapat mencegah masuknya bahan-bahan penting kedalam sel sehingga kebutuhan sel tidak terpenuhi dan metabolisme sel juga akan terganggu.

4. Uji Organoleptik