JAMUR DAN PENYAKIT YANG DITIMBULKANNYA

7

C. JAMUR DAN PENYAKIT YANG DITIMBULKANNYA

Dalam sistematika organisme hidup, jamur ditempatkan dalam kelas tersendiri, tidak ditempatkan sebagai kelas tumbuhan dan juga kelas hewani. Sebagian besar jamur adalah saprofilik, di alam berperan sebagai pengurai bahan organik, yang bermanfaat untuk peragian makanan dan juga produksi antibiotika. Di sisi lain jamur dapat menyebabkan penyakit infeksi dikenal dengan nama mikosis Dwidjoseputro, 1985. Mikosis dibedakan dalam 2 kelompok: mikosis superfisial dan mikosis sistemik. Selain itu, mikosis yang terletak di tengah-tengah yaitu akibat Candida, infeksi biasanya superfisial, tetapi kadang-kadang menyebar luas Cavanagh, 1963. Mikosis superfisial ialah penyakit jamur yang mengenai lapisan permukaan kulit yaitu stratum korneum, rambut dan kuku. Mikosis superfisial dibagi dalam 2 kelompok : 1 Yang disebabkan oleh jamur bukan golongan dermatofita yaitu tinea versikolor, otomikosis, piedra hitam, piedra putih, onikomikosis, dan tinea nigra palmaris dan 2 Yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita yang disebut dengan dermatofitosis Sundari dan Winarno, 2001. Volk dan Wheeler 1984 menyebutkan bahwa jasad penyebab dermatofitosis adalah organisme-organisme yang berhubungan erat yang menggunakan keratin terdapat pada kulit, rambut dan kuku untuk pertumbuhannya yaitu jamur golongan dermatofita. Volk dan Wheeler 1984 mengemukakan bahwa daya patogen penyakit utama yang ditimbulkan oleh dermatofit adalah : - Tinea pedis atau penyakit kaki atlit yang memiliki ciri-ciri gatal diantara jari kaki dan terjadinya lecet kecil. Penyakit ini disebabkan oleh Tricophyton atau Epidermophyton floccosum. - Tinea corporis, atau kadas kulit halus yang dicirikan dengan luka bundar dengan batas yang mengandung bintik-bintik. Umumnya penyakit ini disebabkan oleh T. rubrum dan T. mentagrophytes. - Tinea capitis, atau kadas kulit kepala, muncul sebagai perluasan gelang- gelang dikulit kepala, dengan organisme tumbuh didalam dan pada rambut. Penyebab dari penyakit ini adalah M. canis, M. audouinii, dan T. tonsurans. 8 - Tinea unguium atau kadas kuku yang ditandai deangan kuku yang menebal, hilang warna dan mudah patah. Penyakit ini paling umum disebabkan oleh T. rubrum. Penggunaan obat jamur untuk mikosis sistemik, seperti Amfoterisin B yang dihasilkan oleh Streptomyces nodus, mempunyai efek samping kerusakan ginjal. Sedang Nistatin yang dihasilkan oleh Streptomyces noursei merupakan obat mikosis superfisial dengan penggunaan topikal, dapat menyebabkan iritasi kulit meskipun jarang Sundari dan Winarno, 2001. Demikian juga penggunaan obat jamur yang lain terutama untuk mikosis sistemik mempunyai efek samping mulai dari mual, muntah, sakit kepala sampai hipertensi, trombositopenia dan leukopenia Herman, 1996. Pemanfaatan bahan tumbuh-tumbuhan untuk tujuan pengobatan penyakit kulit akibat jamur dikenal juga oleh nenek moyang kita. Umumnya pemakaiannya berdasarkan pengalaman, karena itu, penilaian dan pengkajian khasiatnya secara ilmiah perlu dilakukan baik secara invitro maupun invivo Sundari dan Winarno, 2001. Pengaruh komponen antimikroba terhadap sel mikroba dapat menyebabkan kerusakan sel yang berlanjut pada kematian. Kerusakan yang ditimbulkan komponen antimikroba dapat bersifat mikrosidal yang bersifat tetap, atau mikrostatik yang bersifat dapat pulih kembali. Suatu komponen akan bersifat mikrosidal atau mikrostatik tergantung pada konsentrasi komponen dan kultur yang digunakan Bloomfield, 1991. Mekanisme kerusakan sel akibat komponen antimikroba secara umum telah diketahui, tetapi mekanisme karena komponen bioaktif yang terdapat pada rempah-rempah tertentu belum semuanya diketahui. Namun dapat diasumsikan bahwa setiap jenis rempah menyebabkan kerusakan yang berbeda, dan rempah-rempah yang mempunyai struktur dasar dan tingkat penghambatan yang sama terhadap satu jenis mikroba uji diduga mempunyai mekanisme yang serupa Jay, 1992; Conner, 1993 Kerusakan sel yang ditimbulkan oleh komponen antimikroba berbeda- beda tergantung dari jenis komponennya. Luck dan Jager 1995 membedakan mekanisme komponen antimikroba menjadi beberapa pengaruh yaitu 1 9 pengaruh terhadap dinding sel, 2 pengaruh terhadap membran sel dan mekanisme transpor nutrien, 3, pengaruh terhadap enzim dan 4 pengaruh terhadap sintesis protein dan asam nukleat. Mekanisme kerja dari senyawa antimikroorganisme ada yang memiliki spektrum luas dan ada pula yang memiliki spektrum sempit dan hanya efektif untuk mikroorganisme tertentu. Mekanisme yang dimaksud adalah mekanisme penghambatan yang berhubungan dengan kemampuan suatu senyawa antimikroorganisme dalam mempengaruhi dinding sel Ultee et al., 1998. Pengaruh terhadap dinding sel dapat terjadi akibat akumulasi komponen lokofilat yang terdapat pada dinding sel. Terjadinya akumulasi senyawa antimikroorganisme dipengaruhi oleh bentuk terdisosiasi. Semakin banyak bentuk yang tidak terdisosiasi, maka bioaktifitas senyawa antimikroorganisme tersebut semakin baik Heryani, 2002. Senyawa bioaktif juga bereaksi dengan membran sel. Mekanisme yang terjadi adalah menyerang membran sitoplasma dan mempengaruhi integritas membran sitoplasma sehingga mengakibatkan kebocoran materi intraseluler.

D. EKSTRAKSI KOMPONEN BIOAKTIF