SABUN TRANSPARAN TINJAUAN PUSTAKA A.

10 Persyaratan yang harus dipenuhi oleh pelarut untuk mengekstrak rempah-rempah antara lain adalah tidak berbau dan tidak berasa, sehingga tidak mempengaruhi produk akhir. Mudah berpenetrasi karena viskositasnya rendah, sehingga efisiensi ekstraksi tinggi. Mudah dipisahkan tanpa meninggalkan residu sehingga produk dapat bebas dari pelarut. Selain itu, dapat digunakan secara selektif dengan berbagai kondisi suhu dan tekanan ekstraksi untuk mendapatkan ekstrak dengan mutu terbaik Moyler, 1994. Pemilihan pelarut untuk proses ekstraksi tergantung dari komponen yang akan diisolasi. Salah satu sifat yang penting adalah polaritas suatu senyawa. Suatu senyawa polar diekstraksi dengan menggunakan pelarut polar, demikian pula untuk senyawa semi polar dan non polar. Derajat polaritas tergantung pada besarnya tetapan dielektrik, makin besar tetapan dielektrik makin polar pelarut tersebut Houghton dan Raman, 1998. Rangkaian proses ekstraksi meliputi persiapan bahan yang akan diekstrak, kontak bahan dengan pelarut, pemisahan residu dengan filtrat dan proses penghilangan pelarut dari ekstrak. Pemilihan proses ekstraksi juga mempertimbangkan titik didih dari pelarut yang digunakan. Jokopriyambodo et al. 1999 menyatakan bahwa hasil ekstraksi khususnya dari rimpang lengkuas dipengaruhi oleh jenis dan rasio pelarut, derajat kehalusan simplisia serta teknik dan waktu ekstraksi. Ekstraksi dengan cara perkolasi dan maserasi tidak menunjukkan perbedaan terhadap kadar ekstrak total lengkuas sedangkan pelarut yang paling banyak menghasilkan ekstrak total adalah pelarut etanol : air 7 : 3, vv. Metode ekstraksi yang juga pernah diaplikasikan untuk lengkuas adalah menggunakan pelarut etanol dan campuran pentana dan dietil eter 1 : 1, vv, namun ekstrak etanol tidak memberikan aktivitas antimikroba terhadap Candida albicans Janssen dan Scheffer, 1985.

E. SABUN TRANSPARAN

Sabun adalah garam alkali karboksilat RCOONa dimana gugus R bersifat hidrofobik karena bersifat non polar dan COONa bersifat hidrofilik karena polar. Dalam Standar Nasional Indonesia SNI Nomor 06-3532-1994 11 BSN, 1994 dijelaskan bahwa sabun merupakan pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara basa natrium atau kalium dengan asam lemak hewani. Sabun mandi merupakan sabun natrium yang pada umumnya ditambahkan zat pewangi atau antiseptik dan digunakan untuk membersihkan tubuh manusia dan tidak membahayakan kesehatan. Hambali et al. 2005 menerangkan bahwa sabun dibedakan atas dua macam berdasarkan jenisnya yaitu sabun padat batangan dan sabun cair. Sabun padat dapat dibedakan lagi atas sabun opaque, sabun translucent, dan sabun transparan. Jenis-jenis sabun tersebut dibedakan berdasarkan transparansinya yang sangat dipengaruhi oleh komposisi formula dan proses produksi. Gambar 2 berikut merupakan gambar dari sabun padat batangan. Sabun Opaque Sabun Translucent Sabun Transparan Gambar 2. Jenis-jenis sabun padat Anonim, 2007 Sabun transparan merupakan salah satu jenis sabun yang memiliki penampilan lebih menarik karena penampakannya yang transparan. Sabun transparan menjadi bening karena dalam proses pembuatannya dilarutkan dalam alkohol. Alkohol ini juga ditambahkan untuk mencegah pengkristalan. Sabun transparan juga sering disebut sebagai sabun gliserin karena untuk memperoleh sifat transparan juga perlu dilakukan penambahan gliserin pada sabun Lane, 2003 Proses pembuatan sabun dapat dilakukan dengan dua cara yaitu proses saponifikasi dan proses netralisasi. Pada proses saponifikasi akan diperoleh produk samping berupa gliserol, sedangkan sabun yang diperoleh dengan proses netralisasi tidak menghasilkan gliserol. Proses saponifikasi terjadi karena reaksi trigliserida dengan alkali, sedangkan proses netralisasi terjadi karena reaksi antara asam lemak bebas dengan alkali Kirk dan Othmer,1954. 12 Proses saponifikasi terjadi pada suhu 80 o C-100 o C Spitz, 1996. Gambar 3 menunjukkan reaksi kimia pada proses saponifikasi adalah sebagai berikut : H-C-COOH O H 2 C-OH HC-COOH + 3NaOH 3RC + HC-OH H 2 C-COOH ONa H 2 C-OH Trigleserida Alkali Sabun Gliserol Gambar 3. Proses saponifikasi Spitz, 1996 Proses netralisasi asam lemak tidak menghasilkan gliserol yang reaksinya dapat dilihat pada Gambar 4 dibawah ini : O R COO H + NaOH RC + H 2 O ONa Asam lemak Alkali Sabun Air Gambar 4. Proses netralisasi asam lemak Cavitch, 2001 Proses pembersihan kotoran dengan menggunakan sabun tidak dapat dilepaskan dari keterlibatan air didalamnya. Air H 2 O merupakan cairan yang umumnya digunakan untuk membersihkan sesuatu yang memiliki tegangan permukaan. Setiap molekul dalam struktur model air, dikelilingi dan ditarik oleh molekul air yang lainnya. Tegangan permukaan tersebut terbentuk pada saat molekul air yang terdapat pada permukaan air ditarik ke tubuh air. Tegangan ini mengakibatkan air membentuk butiran-butiran pada permukaan kaca, kain yang lambat laun akan membasahi bagian permukaan dan menghambat proses pembersihan. Tegangan permukaan dalam proses pembersihan harus dikurangi sehingga air dapat menyebar dan membasahi seluruh permukaan. Bahan yang dapat menurunkan tegangan permukaan pada air secara efektif disebut surface active agent atau surfaktan Anonim, 2006. Surfaktan memiliki fungsi penting lain dalam membersihkan, seperti menghilangkan dan membentuk emulsi, serta mengangkat kotoran dalam bentuk suspensi sehingga kotoran tersebut dapat dibuang. Surfaktan dapat juga 13 mengandung alkali yang berfungsi untuk membuang kotoran yang bersifat asam. Soap and Detergent Association atau SDA 2001 mengungkapkan bahwa surfaktan diklasifikasikan berdasarkan muatan ionik didalam air yaitu anionik, kationik, dan amfoter. Sabun merupakan surfaktan anionik. Sediaan kosmetik merupakan bahan atau campuran bahan yang digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada badan atau bagian tubuh manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa dan tidak termasuk obat. Penggolongan kosmetik berdasarkan kegunaannya adalah sebagai higiene tubuh sabun dan sampo, tata rias pemerah pipi, lipstik, wangi- wangian dan proteksi sun screen. Tujuan sediaan kosmetika mandi antara lain untuk membersihkan tubuh, membantu melunakkan air sadah, memberi keharuman dan rasa segar serta menghaluskan dan melembutkan kulit Imron, 1985. Fungsi utama sabun mandi yaitu untuk mengangkat kotoran, sel-sel kulit mati, mikroorganisme dan menghilangkan bau badan. Sabun dapat mengangkat kotoran dari kulit karena memiliki dua gugus yang berbeda kepolarannya, yaitu gugus nonpolar dan gugus polar. Gugus non polar adalah gugus yang tidak suka air hidrofobik, sehingga dapat mengikat kotoran pada kulit. Gugus polar adalah gugus yang suka air hidrofilik yang ketika dibilas maka kotoran akan terikat dengan air bilasan.

F. FORMULASI SABUN TRANSPARAN