Matriks Internal – Eksternal Strategi Pengembangan Wisata

81 kunjungan wisatawan di TPMI maka masyarakat dapat menjual makanan dan minuman, jasa penginapan, souvenir dan kerajinan tangan lainnya. 3 Penyajian produk wisata harus mengandung unsur pendidikan - Kegiatan wisata harus di pandu oleh petugas TPMI dan menjelaskan manfaat kawasan pelestarian alam, sehingga kegiatan wisata yang dilakukan tidak hanya mengandung unsur rekreasi saja tetapi ada unsur pendidikan didalamnya. - Para pengelola TPMI dan penyelenggara pariwisata harus dapat mendidik dan melatih para pegawainya dan masyarakat di sekitar kawasan di bidang pariwisata alam dan konservasi agar pengelolaan pariwisata dapat dilakukan dengan profesional. 4 Mendukung upaya konservasi - Kegiatan ekowisata harus dapat melindungi obyeknya yang berada dikawasan konservasi maupun di kawasan lainnya, karena kawasan tersebut berfungsi sebagai sistem penyangga kehidupan - Ekowisata harus dapat menunjang upaya pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa karena merupakan modal utama dalam pengembangan pariwisata alam. - Tidak mengurangi baik kuantitas dan kwalitas tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya yang berada dalam kawasan konservasi maupun kawasan hutan lainnya.

5.3.4. Matriks Internal – Eksternal

Analisa SWOT digunakan untuk mengetahui strategi pengembangan pariwisata dengan konsep ekowisata dengan melihat kombinasi faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut memberikan dampak positif yang berasal dari dari kekuatan dan peluang, sedangkan dampak negative berasal dari ancaman dan kelemahan. Pembahasan mengenai strategi dan formulasi strategi pengembangan wisata di kawasan TPMI dapat dilihat pada tabel 20, 21, 22 dan 23. Faktor strategi internal yang merupakan kekuatan memiliki skor sebesar 2,000 Tabel 20. Faktor kekuatan yang memiliki skor tertinggi terdapat di variasi pemandangan lepas dan berbagai jenis atraksi alam 0,226. Adapun variasi pemandangan lepas yang terdapat meliputi pemandangan lepas hamparan hutan 82 dan pemandangan lepas pegunungan. Sedangkan variasi atraksi alam meliputi: pusat latihan gajah, flora unggulan dan panorama alam. Tabel 20 Faktor kekuatan internal strategi pengembangan ekowisata di TPMI Kekuatan Bobot Rating Skor 1. Variasi pemandangan lepas 0,113 2 0,226 2. Berbagai jenis atraksi alam 0,113 2 0,226 3. Variasi bangunan dan benda bersejarah atau tradisional 0,113 1 0,113 4. Variasi atraksi budaya 0,113 3 0,340 5. Variasi jenis wisata yang ada saat ini 0,113 3 0,340 6. Variasi prasarana yang telah ada saat ini di dalam dan sekitar kawasan radius 1 km 0,038 4 0,151 7. Variasi sarana penunjang lainnya yang telah ada saat ini di dalam dan sekitar kawasan radius 1 km 0,038 3 0,113 8. Jumlah petugas jagapiketpatroli di lapangan 0,038 0,000 9. Kompetensi petugas dilapangan diklatpelatihan 0,038 1 0,038 10. Variasi infrastruktur di dalam kawasan dan disekitar kawasan 0,057 3 0,170 11. Variasi institusi yang terlibat 0,038 1 0,038 12. Penetapan tanggung jawab sesuai tugas pokok dan fungsinya 0,038 1 0,038 13. Sistem organisasi dan administrasi 0,038 1 0,038 14. Segmentasi dan promosi 0,094 1 0,094 15. Keamanan 0,019 4 0,075 Jumlah 1,000 2,000 Sumber : Data primer diolah 2005 Faktor kekuatan yang terdapat di kawasan TPMI berbagai jenis atraksi budaya yaitu meliputi adat istiadatkearifan lokal, kerajinan tangan dan kesenian daerah 0,340. Sedangkan variasi jenis kegiatan yanga ada saat ini 0,340 meliputi trackingberjalan-jalan di hutan, mendaki gunung, camping, pendidikan cinta alam, lintas alam, mengamati flora, mengamati fauna, piknik, atraksi gajah, atraksi budaya dan mengamati pemandangan dan keindahan alam. Selain itu yang menjadi faktor kekuatan adalah variasi pemandangan lepas yang terdiri dari pandangan lepas pantai dan pandangan lepas hutan, sedangkan berbagai jenis atraksi alam terdiri dari pusat latihan gajah, flora unggulan dan panorama alam. Dari kedua kekuatan ini memperoleh skor yang sama yaitu 0,22. Kekuatan berbagai variasi kegiatan wisata yang ada saat ini dapat dijadikan faktor utama yang menunjang pengembangan kawasan TPMI. 83 Tabel 21 Faktor kelemahan internal strategi pengembangan ekowisata di TPMI Kelemahan Bobot Rating Skor 1. Variasi akses kedalam kawasan 0,045 -2 -0,091 2. Berbagai penyebab sulitnya berjumpa dengan flora dan fauna 0,227 -3 -0,682 3. Berbagai penyebab rawannya keberadaan florafauna langka 0,136 -2 -0,273 4. Variasi buruknya kondisi akomodasi 0,136 -1 -0,136 5. Berbagai kelemahan fasilitas dan pelayanan di dalam kawasan atau sekitar pintu masuk 0,091 -3 -0,273 6. Berbagai kelemahan insfrastruktur 0,091 -1 -0,091 7. Berbagai kelemahan dalam pendanaan 0,136 -4 -0,545 8. Kelemahan sistem organisasi dan administrasi 0,136 -1 -0,136 Jumlah 1,000 -0,226 Sumber : Data primer diolah 2005 Faktor strategi internal yang merupakan kelemahan memiliki skor sebesar 0,226 tabel 21, dengan nilai kelemahan yang tertinggi terdapat pada berbagai penyebab sulitnya berjumpa dengan flora dan fauna -0,682, meliputi populasinya jarang dan jumlahnya sedikit, daerahnya terjal dan medannya juga sulit, muncul pada saat dan waktu tertentu saja dan bukan jalur yang di lewati satwa. Kelemahan lainnya adalah dalam hal pendanaan memperoleh skor -0,545, yang meliputi; tidak cukuptidak ada dana untuk memelihara, tidak ada dana untuk rehabilitasi insfrastruktur dan tidak adatidak cukup dana untuk pengembangan insfrastruktur. Hal ini di karenakan sumber dana untuk pengembangan TPMI hanya dari APBD Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, sedangkan dari Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Aceh Pidie tidak mengalokasikan dana untuk pengembangan TPMI. Kelemahan lain terdapat di berbagai kelemahan fasilitas dan pelayanan di dalam kawasan -0,273 meliputi pusat informasi tidak berfungsitidak ada, pusat pelayanan kesehatan tidak menentu dan papan petunjuk tidak adarusak. 84 Tabel 22 Faktor peluang eksternal strategi pengembangan ekowisata di TPMI Peluang Bobot Rating Skor 1. Pendapat dan interaksi oleh masyarakat sekitar 0,147 3 0,441 2. Keinginan masyarakat untuk ikut berpartisipasi 0,147 2 0,294 3. Kemampuan menguasai bahasa oleh masyarakat 0,029 2 0,059 4. Berbagai dukungan stakeholders terhadap kegiatan wisata 0,147 3 0,441 5. Kondisi sarana dan prasaran transportasi 0,059 4 0,235 6. Jenis transportasi wisata yang ada menuju lokasi 0,059 2 0,118 7. Variasi pemanfaatan akomodasi 0,088 1 0,088 8. Variasi penginapan berdasarkan kelasnya 0,088 1 0,088 9. Variasi Penginapan berdasarkan jumlah kamarnya 0,088 0,000 10. Variasi souvenirkerajinan tangan 0,118 1 0,118 11. Pelibatan berbagai institusi 0,029 3 0,088 Jumlah 1,000 1,971 Sumber : Data primer diolah 2005 Faktor strategi eksternal yang merupakan peluang bagi pengembangan TPMI memiliki skor sebesar 1,971 Tabel 22. Faktor peluang terbesar terdapat pada pendapat dan interaksi oleh masyarakat sekitar 0,441. Peluang ini terlihat dengan adanya dukungan masyarakat sekitar, keinginan masyarakat untuk menjaga sumberdaya alam, harapan masyarakat untuk dilibatkan dalam kegiatan wisata yang ada dan masyarakat lebih mengetahui obyek wisata yang ada di dalam kawasan TPMI. Sedangkan peluang dari dukungan stakeholders terhadap kegiatan wisata memperoleh skor 0,441, dukungan ini meliputi adanya dukungan dari pihak pengelola, adanya dukungan dari perguruan tinggi, adanya dukungan dari LSM dan adanya dukungan dari Pemda Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Keinginan masyarakat untuk ikut berpartisipasi memperoleh skor sebesar 0,294. Peluang ini meliputi pemandu wisata, pengangkut barang dan penyewaan transportasi. Peluang ini sangat membantu wisatawan untuk membantu mengunjungi semua obyek wisatawan yang ada di kawasan TPMI. Peluang yang ditunjukkan dengan dukungan dan keinginan berpartisipasi dari masyarakat sekitarnya perlu dimanfaatkan dengan sabaik-baiknya guna pengembangan wisata itu sendiri. Hal ini perlu dilakukan guna mengatasi kelemahan yang muncul akibat kurang memadainya ketersediaan fasilitas dan pelayanan yang diberikan oleh pihak pengelola. Sedangkan peluang lainnya yang sangat mendukung pengembangan wisata di kawasan TPMI adalah kondisi sarana dan prasarana transportasi yang meliputi jumlah angkutan yang 85 banyak setiap saat angkutan tersedia, jalanan cukup baik dan kawasan dekat kota kurang dari 50 km. Peluang ini sangat strategis untuk pengembangan TPMI di masa yang akan datang. Faktor strategis eksternal berupa ancaman yang ditunjukkan dalam tabel 23 memiliki skor -0,667. Skor tertinggi terlihat dari segi ancaman akibat berbagai ancaman bencana alam terhadap obyek wisata -0,333, yang meliputi: Kebakaran hutan, dampak dari terjadinya gempa bumi dan gelombang tsunami, dan kemarau yang berkepanjangan. Selanjutnya ancaman lain yang menghambat pengembangan TPMI adalah terjadinya tindak kejahatan dalam bentuk penghadangan -0,167. Ancaman lain yang mempunyai skor yang sama adalah berbagai ancaman dari kegiatan manusia dan berbagai bencana alam terhadap insfrastruktur -0,067. Berbagai ancaman kegiatan manusia meliput terjadinya penebangan liar, terjadinya peladang berpindah dan kurangnya kesadaran masayarakat untuk ikut menjaga kelestarian sumberdaya alam. Sedangkan berbagai ancaman bencana alam terhadap infrastruktur terjadinya kebakaran . Tabel 23 Faktor ancaman eksternal strategi pengembangan ekowisata di TPMI Ancaman Bobot Rating Skor 1. Berbagai ancaman kegiatan manusia 0,033 -2 -0,067 2. Berbagai ancaman bencana alam terhadap obyek wisata 0,167 -2 -0,333 3. Berbagai ancaman pencemaran lingkungan 0,100 0,000 4. Berbagai ancaman terhadap perubahan budaya masyarakat 0,100 0,000 5. Jenis wisata saingan lainnya yang berada 50 Km dari lokasi 0,033 -1 -0,033 6. Variasi kejahatan 0,167 -1 -0,167 7. Berbagai ancaman bencana alam terhadap insfrastruktur 0,067 -1 -0,067 8. Variasi pertikaian konflik yang pernah terjadi 0,167 0,000 9. Wabah penyakit yang pernah terjadi 0,167 0,000 Jumlah 1,000 -0,667 Sumber : Data primer diolah 2005 Ancaman kebakaran yang terjadi di TPMI karena sebagian besar kawasan TPMI di tumbuhi oleh tanaman pinus Pinus merkusii strain Aceh. Tanaman pinus ini sangat rentan terhadap kebakaran hutan, sehingga dampak yang ditimbulkan dari kebakaran akan merusak pemandangan dan suasana sejuk TPMI. Terjadinya bencana alam gempa bumi dan gelombang tsunami pada tangal 26 Desember 2004 yang lalu, secara fisik TPMI tidak mendapatkan dampak secara 86 langsung, tetapi dampak yang tidak langsung dirasakan adalah banyaknya masyarakat yang hilang mata pencaharian membuka lahan baru di sekitar TPMI. Kegiatan ini mereka laksanakan untuk mempertahankan kehidupan keluarganya. Pemerintah dalam hal ini sangat sulit untuk mengatasi kegiatan tersebut, karena apabila pemerintah melarang, disisi lain pemerintah sendiri tidak mampu menyediakan lapangan kerja bagi mereka. Tetapi walaupun demikian kawasan TPMI harus diselamatkan karena ini merupakan kawasan pelestarian hutan. Kondisi ini perlu dengan segera di tangani secara intensif oleh pihak pengelola bersama- sama dengan pihak-pihak terkait lainnya. Tetapi sekarang ini kegiatan tersebut berangsur-angsur mulai membaik dengan diadakanya cash for work padat karya yang dilakukan oleh NGO luar negeri dan pemerintah Indonesia. Ancaman terhadap kegiatan penebangan liar juga terjadi di TPMI, karena hal ini ada hubungannya dengan keperluan kayu yang sangat besar dan mendesak untuk keperluan rehabilitasi Aceh pasca tsunami pada tanggal 26 Desember 2004. TPMI mempunyai berbagai jenis kayu yang komersil dan lokasinya yang dekat dengan kota Banda Aceh serta kondisi jalan yang sangat memungkinkan. Kondisi ini menjadi peluang bagi penebang liar untuk memanfaatkan kawasan TPMI tersebut untuk di eksploitasi. Fenomena lain yang menjadi ancaman di sekitar kawasan TPMI adalah terjadinya penghadangan-penghadangan antara TNI dan GAM, sehingga membuat keresahan terhadap wisatawan yang berkunjung ke TPMI. Tetapi untuk saat sekarang ini kondisi di sekitar TPMI sudah relatif kondusif, hal ini terbukti dengan banyaknya minat pengunjung yang datang pada setiap hari libur ke TPMI. 5.3.5. Perumusan Grand Strategy Pengembangan Ekowisata di TPMI Strategi prioritas dapat di peroleh dengan menggunakan matriks grand strategy. Nilai skor yang di peroleh dari matriks internal-eksternal digunakan untuk menentukan strategi pengembangan ekowisata di kawasan TPMI di masa mendatang. Nilai penjumlahan untuk faktor kekuatan dan faktor kelemahan dapat dilihat pada matrik internal Tabel 20 dan Tabel 21. Sedangkan nilai penjumlahan untuk faktor peluang dan faktor ancaman dapat di lihat pada matrik eksternal Tabel 22 dan Tabel 23 87 Berdasarkan nilai penjumlahan faktor internal Tabel 20 dan Tabel 21 menunjukkan bahwa antara kekuataan 2,000 dan kelemahan -0,226 adalah = 1,734 positif. Nilai tersebut berarti faktor kekuatan lebih dominan di bandingkan dengan faktor kelemahan yang dimiliki. Sedangkan nilai penjumlahan faktor eksternal Tabel 22 dan Tabel 23 menunjukkan bahwa antara peluang 1,971 dan faktor ancaman -0,667 adalah = 1,304 positif. Nilai ini berarti bahwa antara peluang dan ancaman, lebih dominan faktor peluang. Jadi posisi ordinat berada pada 1,734; 1,304, sehingga posisi strategi berada pada kuadransel 1. Artinya pengembangan TPMI di masa yang akan datang dari faktor internal memiliki kekuatan dan dari faktor eksternal mempunyai peluang yang sangat baik. Gambar 12. Gambar 12 Posisi strategi pengembangan ekowisata di kawasan TPMI

5.3.6. Rekomendasi Grand Strategy Pengembangan Ekowisata di TPMI