30
sedangkan kuesioner bagi stakeholders berisi karakteristik, partisipasi dan dukungan terhadap pengembangan obyek wisata pada TPMI.
Sampel wisatawan di ambil sebanyak 150 orang, terdiri dari wisatawan aktual dan wisatawan potensial. Pengambilan sampel masyarakat sekitar TPMI di ambil
sebanyak 30 orang yang terdiri dari desa Saree Aceh dan desa Suka Mulia. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, yaitu anggota
masyarakat yang tinggal disekitar dan memiliki akses terdekat menuju kawasan, berusia 17 tahun keatas. Sedangkan untuk mengetahui gambaran umum mengenai
kondisi masyarakat sekitar kawasan TPMI dilakukan wawancara terhadap beberapa kepala keluarga yang merupakan tokoh masyarakat, yang dapat berkomunikasi
lancar dalam bahasa Indonesia dan bahasa Aceh.
3.4. Analisa Data
Metode analisis data adalah metode analisis deskriptif. Data yang berhasil dikumpulkan diolah dengan cara mentabulasikan dan kemudian dianalisis sesuai
dengan jenis data dan tujuan penggunaannya serta diuraikan secara deskriptif. Analisa data yang digunakan yaitu
3.4.1. Analisis Penawaran supply Wisata
Analisis supply ini bertujuan untuk mengetahui potensi penawaran wisata untuk kegiatan wisatawan yang terdapat di dalam kawasan, meliputi sumberdaya
alam hayati, fisik dan seni budaya masyarakat sekitarnya. Analisis ini dilakukan secara kualitatif dengan mendeskripsikan berbagai
potensi alam dan daya tariknya yang berkaitan dengan penawaran wisata seperti 1 Obyek dan daya tarik flora dan fauna: kelangkaan suatu jenis tumbuhan serta
atraksi dari satwa yang dapat di jumpai wisatawan 2 Obyek daya tarik gejala alam: keindahan dari suatu pemandangan alam, kondisi
hutan tanaman pinus dan gejala alam lainnya 3 Obyek dan daya tarik atraksi budaya: adat istiadat, ritual keagamaan dan
kebiasaan lainnya pada masyarakat sekitar hutan 4 Ketersediaan akomodasi: tipe akomodasi dan kondisinya secara umum
5 Fasilitas dan pelayanan: jenis-jenis fasilitas yang tersedia saat ini kondisinya
31
∑
=
=
n i
fi
P W
EWTP
1 1
6 Infrastruktur: berbagai infrastruktur yang tersedia saat ini dan kondisinya 7 Elemen isntitusi: peranan institusi yang ada saat ini
3.4.2. Analisis Permintaan Demand Wisata
Analisis ini ditujukan terhadap para pengunjung Wisatawan, dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik, keinginan, motivasi, harapan dan partisipasi serta
dukungan dari wisatawan terhadap pengembangan wisata di kawasan TPMI. Untuk analisis data pengunjung juga dilakukan dengan melihat sejauh mana pengunjung
mau membayar biaya restribusi apabila TPMI di kelola dengan lebih baik.
3.4.2.1. Analisis Kesediaan Membayar WPT 3.4.2.1.1. Menghitung Rataan WTP
WTP
i
dapat diduga dengan menggunakan nilai tengah dari kelas atau interval WTP responden ke-i. Dari jawaban responden dapat diketahui bahwa WTP
i
yang benar adalah berada antara jawaban yang dipilih batas bahwa kelas WTP dengan WTP berikutnya batas atas kelas WTP. Selanjutnya dugaan rataan WTP
dihitung dengan rumus
dimana
EWTP = dugaan rataan WTP Wi = batas bawah kelas WTP
P
fi
= frekuensi relatif kelas yang bersangkutan n = jumlah kelas
i = kelas ke-i
3.4.2.1.2. Menentukan Model Pendugaan WTP
Untuk mendapatkan model pendugaan WTP, di buat fungsi pendugaan yang merupakan hubungan antara nilai WTP iuran retribusi masuk dengan beberapa
peubah bebas, yakni jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, frekuensi berkunjung, pendapatan, jumlah tanggungan, transportasi, biaya berkunjung, penilaian kondisi
alam, pentingnya TPMI kembangkan, dan persepsi tentang ekowisata. Untuk mendapatkan model penduga digambarkan melalui hubungan berikut
WTP = f Jk, Um, Tp, Fb, Pn, Jt, Tr, Bk, Ka, Pt, Ek
32
dimana WTP = Nilai WTP iuran retribusi masuk
Jk = Jenis kelamin
Um = Umur
TP = Tingkat pendidikan
Fb = Frekuensi berkunjung
Pn = Pendapatan
Jt = Jumlah tanggungan
Tr = Transportasi ke TPMI
Bk = Biaya berkunjung ke TPMI
Ka = Kondisi alam di TPMI
Pt = Pentingnya TPMI dikembangkan
Ek = Persepsi tentang ekowisata
Analisis WTP menggunakan regresi logit, karena dalam penggunaan konsep CVM untuk menentukan nilai WTP, bentuk data yang dikumpulkan berupa data
biner. Dimana data biner, bentuk data yang menggambarkan pilihan responden “YaTidak”. Dengan demikian jenis regresi yang sesuai untuk pemodelan adalah
regresi logit.
3.4.2.1.3. Model Regresi Logit
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Contingent Valuation Method CVM dengan menggunakan Dichotomous Choice Models.
Sementara itu untuk menentukan tingkat validitas, reabilitas dan signifikansi dalam penggunaan CVM ini dilakukan pengujian secara regresi. WTP dibuat kedalam
sebuah model regresi logit untuk menganalisis peubah respon berskala biner Agung 2003.
α +
β
1
x
1
+ β
2
x
2
+ β
3
x
3
+ ..........+ β
11
x
11
+ ε
e PY
1-2
=1 = α
+ β
1
x
1
+ β
2
x
2
+ β
3
x
3
+ ..........+ β
11
x
11
+ ε
1 + e
Dimana: PY
1
=1 = Peluang responden bersedia membayar 0=tidak bersedia; 1=bersedia PY
2
=1 = Peluang besar WTP 0= Rp 1000 – Rp 2500; 1= Rp 2501 – Rp 4000 α
= Konstanta β
1......
β
11
= Koefisien regresi X
1
= Jenis kelamin
33
X
2
= Umur X
3
= Tingkat pendidikan X
4
= Frekuensi berkunjung X
5
= Pendapatan X
6
= Jumlah tanggungan X
7
= Transportasi ke TPMI X
8
= Biaya berkunjung ke TPMI X
9
= Kondisi alam di TPMI X
10
= Pentingnya TPMI dikembangkan X
11
= Persepsi tentang ekowisata ε
= error galat e
= Exp ß odd ratio
k k
i i
X X
X P
P Ln
L β
β β
β +
+ +
+ =
− =
.... 1
2 2
1 1
1
Persamaan tersebut disebut dengan persamaan logistiklogit. Dimana Li dikenal dengan logit, yang merupakan logaritma dari rasio sebelumnya dan linear
dalam variabel independent dan parameter. Metode estimasinya adalah Maximum Likelihood Estimotor MLE dan koefisien yang didapatkan konsisten.
3.4.2.1.4. Pengujian Model Regresi Logit
-
Uji Wald
Uji Wald ini digunakan untuk menguji perbedaan pengaruh antara taraf atribut yang bernilai 1 dengan taraf lain dari atribut tersebut yang semua
peubahnya bernilai 0.
=
i i
SE W
β β
dimana ß
i
: Vektor koefisien dihubungkan dengan penduga koefisien X SE ß
i
: Galat kesalahan dari ß
i
H = ß
i
= 0 H
1
= ß
i
34
-
Odd Ratio
Odd Ratio merupakan kemunculan dari peubah respon Y=1 sebesar exp ß kali jika taraf atribut yang peubah bonekanya bernilai 1 muncul,
dibandingkan dengan taraf atribut tersebut yang semua peubah bonekanya bernilai 0 muncul. Dengan kata lain, odd ratio merupakan interprestasi dari
sebuah peluang. -
Kebaikan Model
Berbeda dengan regresi linier, dalam regresi logit, tingkat kebaikan model dapat dilihat secara langsung dari Percentage Correct dalam Classification
Table. Semakin presentase nilai yang muncul, semakin bagus model yang digunakan.
-
Omnibus Test of Model Coeffisient
Omnibus test of model coeffisient digunakan untuk melihat apakah model yang digunakan nyata atau tidak. Dalam metode pengujian ini terdapat nilai
khi kuadrat yang merupakan ratio likelihood antara model dengan variabel dengan model tanpa variabel
-
Interprestasi koefisien
1 Jika koefisien bertanda + maka odd ratio akan lebih dari 1 2 Jika variabelnya merupakan skala nomimal dummy, maka dummy =1
memiliki kecendrungan untuk Y=1 sebesar exp ß kali dibandingkan dengan dummy 0
3 Jika variabel bukan dummy, maka semakin besar X , maka exp ß ≥
1 sehingga semakin besar nilai X semakin besar pula kecenderungan
untuk Y=1. Pada tabel 12 berikut ini dapat dilihat variabel yang digunakan dalam analisis
regresi logit. Variabel yang dihitung dalam penelitian ini sebanyak sebelas variabel.
35
Tabel 2 Variabel yang digunakan dalam analisis regresi logit
Variabel Deskripsi
Kriteria
0 = Tidak Y1
Apakah setuju membayar retribusi masuk obyek wisata TPMI
1 = Ya 0= Rp 1000 – Rp 2500
Y2 Besar retribusi masuk obyek wisata
TPMI 1= Rp 2501 – Rp 4000
0= Perempuan X
1
Jenis kelamin 1 = Laki-laki
0= Rendah SD SLTP 1= Menengah SLTA
X
2
Tingkat pendidikan 2= Tinggi PT
0=17-35 tahun X
3
Umur 1= 36-55 tahun
0= 1,5 juta 1=1,5 juta - 2 juta
2=2 juta - 2,5 juta X
4
Pendapatan per bulan
3=lebih dari 2,5 juta 0= 2 orang
1=3 – 4 orang X
5
Jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan responden
2=Lebih dari 4 orang 0=Belum pernah
1=1- 2 kali X
6
Frekuensi berkunjung ke TPMI 2= 2 kali
0=Kendaraan umum X
7
Transportasi ke TPMI 1=Kendaraan Pribadi
0= Rp. 100.00,-orang X
8
Biaya sekali berkunjung ke TPMI
1=Rp. 100.000 sd 300.000.- orang 0=Cukup
X
9
Kondisi alam pemandangan di TPMI
1=Baik 0=Kurang Penting
X
10
Pentingkah TPMI dikembangkan 1=Penting
0=Tidak pernah X
11
Pernah mendengar istilah ekowisata? 1= Pernah
Sumber : Data primer diolah 2005
Variabel tidak bebas yang digunakan dalam analisis regresi logit yakni kesediaan membayar WTP. Sementara itu, variabel bebas yang digunakan adalah
sebagai berikut 1 Jenis kelamin
2 Tingkat Pendidikan 3 Umur
4 Pendapatan per bulan 5 Jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan responden
36
6 Frekuensi berkunjung ke TPMI 7 Transportasi ke TPMI
8 Biaya sekali berkunjung ke TPMI 9 Kondisi alam pemandangan di TPMI
10 Pentingkah TPMI dikembangkan 11 Pernah mendengar istilah ekowisata
3.4.3. Analisis Strategi Pengembangan
Pada tahapan ini digunakan analisis SWOT yang merupakan model analisis dengan pendekatan identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan
strategi pengembangan Rangkuti 2000. Untuk menyusun strategi pengembangan suatu kawasan wisata, maka model analisis ini didasarkan pada logika, dimana
pemikiran ini dapat dimaksimalkan pada kekuatan dan peluang, namun juga secara bersamaan meminimalkan kelemahan dan ancaman yang dapat terjadi.
Dalam analisa SWOT Rangkuti 2000, menggunakan matriks yang akan menghasilkan empat kemungkinan alternatif dari suatu strategi yaitu
1 Strategi SO: Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pemikiran untuk memanfaatkan seluruh kekuatan guna merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya
2 Strategi ST: Strategi ini dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang mungkin timbul
3 Strategi WO: Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada
4 Strategi WT: Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yan g ada serta menghindari ancaman
Faktor internal yang mempunyai kekuatan terhadap penawaran dan permintaan wisata di kawasan TPMI dan kelemahannya akan di kaji dilapangan,
begitu pula dengan faktor eksternal peluang dan ancaman yang mempengaruhi penawaran dan permintaan wisata. Selanjutnya dari analisis ini akan di peroleh
suatu strategi pengembangan ekowisata yang sesuai dengan harapan untuk mendukung konservasi kawasan hutan dan mendukung kesejahteraan masyarakat
disekitarnya secara berkelanjutan. Strategi tersebut dapat digambarkan di dalam matriks SWOT sebagai berikut
37
Tabel 3 Matriks SWOT
Faktor Internal Faktor Eksternal
Kekuatan Strengths Kelemahan Weaknesses
Peluang Opportunities SO
WO Ancaman Threats
ST WT
Sumber : Rangkuti 2000
Formulasi strategi ini di susun berdasarkan analisis yang di peroleh dari penerapan model SWOT. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menyusun
formulasi strategi adalah sebagai berikut 1 Penentuan faktor-faktor internal kekuatan dan kelemahan di dalam potensi
penawaran dan permintaan wisata 2 Penetuan faktor-faktor eksternal peluang dan ancaman di dalam potensi
penawaran dan permintaan wisata. 3 Perumusan strategi pengembangan wisata
Untuk pengisian tabel, baik tabel internal Tabel 4 maupun tabel eksternal Tabel 5 dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut
1 Melakukan pengisian di dalam kolom 1 berbagai peluang dan ancaman atau kekuatan dan kelemahan
2 Melakukan pembobotan pada kolom dua 3 Melakukan penetapan skor scoring
4 Pada kolom 4 akan di peroleh nilai tertimbang yang merupakan hasil perkalian bobot dengan skor
5 Memberikan komentar atau catatan pada kolom 5 mengenai alasan dipilihnya faktor tersebut
6 Melakukan penjumlahan nilai tertimbang yang ada dikolom 4, sehingga akan di peroleh total nilai tertimbang. Nilai tertimbang ini akan menunjukkan seberapa
besarnya nilai eksternal dan internal dan nantinya nilai tersebut akan digunakan di dalam matriks grand strategy Gambar 3. Matriks grand strategy digunakan
untuk menentukan apakah pihak yang berkepentingan pengelola akan memanfaatkan posisi yang kuat atau mengatasi kendala yang ada.
38
Tabel 4 Rangkuman matriks internal penawaran dan permintaan wisata
Faktor Internal
SupplyDemand Nilai Bobot
Nilai Tertimbang Ket
1 2
3 4
5 1. Kekuatan
• •
• •
• •
2.Kelemahan
• •
• •
Jumlah
Sumber : Rangkuti 2000
Tabel 5 Rangkuman matriks eksternal penawaran dan permintaan wisata
Faktor internal
SupplyDemand Nilai
Bobot Nilai Tertimbang
Ket 1
2 3
4 5
1. Peluang
• •
• •
• •
2.Ancaman
• •
• •
Jumlah
Sumber : Rangkuti 2000
39
Keterangan Sel 1
= Mendukung strategi yang agresif. Contoh strategi pada sel ini adalah promosi pada segmen tertentu secara intensif dan lebih luas
Sel 2 = Mendukung strategi diversifikasi serta pengembangan berbagai paket
wisata dengan pola partisipasi Sel 3
= Mendukung strategi dengan orientasi putar haluan. Salah satu strategi yang diajukan adalah membuka kerjasama dengan seluruh
stakeholders dan memberikan berbagai intensif Sel 4
= Mendukung strategi defensif, dengan meningkatkan pelayanan pengunjung
Berbagai peluang
Berbagai Ancaman Kelemahan
Internal Kekuatan
Interna
l
Sel 3 Sel 1
Sel 4 Sel 2
Gambar 4 Diagram matriks grand strategy
IV. KEADAAN UMUM LOKASI 4.1. Letak dan Luas
TPMI didasarkan atas Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor.1Kpts-II1998 tanggal 5 Januari 1998 tentang perubahan fungsi sebahagian
kawasan hutan lindung dan hutan produksi yang terletak di kelompok hutan Seulawah Agam seluas ± 6.300 Ha dan menetapkannya sebagai TPMI. Secara
geografis terletak antara 05° 25´15 - 05° 26´ 30 lintang utara dan 95° 38´ - 95° 47 bujur timur. Menurut adminstrasi pemerintahan termasuk dalam Kecamatan
Seulimum Kabupaten Aceh Besar dan Kecamatan Padang Tiji Kabupaten Pidie Nanggroe Aceh Darussalam. Sedangkan menurut wilayah pemangkuan hutan
termasuk ke dalam Resort Polisi Hutan RPH Saree, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan BKPH Seulimum, Dinas Kehutanan Aceh Besar dan Dinas
Kehutanan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Dinas Kehutanan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam 1995.
4.2. Topografi
Keadaan topografi TPMI pada umumnya berbukit – bukit dengan ketinggian 50 – 1800 m dpl. Penyebaran kelas lereng di areal TPMI terbesar 15 – 25 yang
meliputi 44,5 dari luas seluruh areal dan tersebar merata hampir di seluruh areal. Lereng sangat curam 40 menyusun sekitar 14,5, landai sekitar 8 dan datar
14 dari luas areal keseluruhan. Menurut klasifikasi Scmidht dan Ferguson, TPMI termasuk kedalam tipe iklim
B. Hasil pencatatan stasiun klimatologi Indrapuri Kabupaten Aceh Besar rata-rata curah hujan selama lima tahun 1994 – 1998 sebesar 1431,7 mm per tahun
dengan jumlah hari hujan sebanyak 135 hari hujan pertahunnya. Curah hujan tertinggi sebagian besar terjadi di bagian barat TPMI terutama disekitar gunung
Seulawah Agam dan Seulawah Inong, berkisar antara 1750 – 2000.Temperatur udara minimum 22° C dan maksimum 30° C Dinas Kehutanan Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam 1995.