11 wisatawan dan masyarakat setempat, pemberdayaan masyarakat setempat serta
adanya saling menghormati terhadap budaya yang berbeda antara wisatawan dengan masyarakat setempat.
2.2. Ekowisata Sebagai Konsep
Batasan Ekowisata secara nasional dirumuskan oleh Kantor Menteri Negara Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia dalam rencana strategis ekowisata Nasional
adalah suatu “konsep pengembangan dan penyelenggaraan kegiatan berbasis pemanfaatan lingkungan untuk perlindungan, serta berintikan partisipasi aktif
masyarakat, dan dengan penyajian produk bermuatan pendidikan dan pembelajaran, berdampak negatif minimal, memberikan kontribusi positif terhadap
pembangunan ekonomi daerah, dan diberlakukan bagi kawasan lindung, kawasan terbuka, kawasan alam binaan, serta kawasan budaya” Sekartjakrarini Legoh
2004. Wight 1993 menyusun prinsip-prinsip dasar ekowisata lestari ekowisata
berkelanjutan, yaitu 1 Ekowisata tidak merusak sumberdaya dan harus dikembangkan dalam pola yang
selalu didasarkan pada prinsip- prinsip ramah lingkungan. 2 Kegiatan ekowisata harus ditangani langsung oleh pihak pertama, berpartisipasi
penuh dan mengutamakan pada pengalaman. 3 Ekowisata harus melibatkan pendidikan semua pihak yang meliputi masyarakat
lokal, pemerintah, organisasi non pemerintah, industri dan wisatawan sebelum, selama dan sesudah perjalanan.
4 Ekowisata melibatkan penerimaan dan sumberdaya dengan keterbatasannya. 5 Kegiatan ekowisata mampu mendorong pemahaman dan melibatkan kemitraan
antara berbagai pelaku yang mencakup pemerintah, organisasi non pemerintah, industri, ilmuwan dan masyarakat lokal sebelumselama operasi.
6 Pengoperasian ekowisata harus menjamin bahwa pokok-pokok etika bagi praktek yang bertanggung jawab terhadap lingkungan tidak hanya diterapkan
pada sumberdaya alam dan budaya yang menarik wisatawan, tetapi juga diterapkan pada operasional internalnya.
12 7 Ekowisata harus mampu mendorong tanggung jawab moral dan etika serta
perilaku terhadap Iingkungan alam dan budaya yang dilaksanakan oleh semua pihak yang berperan.
8 Ekowisata harus memberikan manfaat dalam jangka panjang bagi sumberdaya masyarakat lokal dan bagi industri manfaat tersebut dapat berupa konservasi,
ilmiah, sosial, budaya, atau pun ekonomi. Tiga dimensi ekowisata menurut Hafild 1995 yaitu
1 Konservasi. Kegiatan wisata yang dilaksanakan membantu usaha pelestarian alam setempat dengan dampak negatif seminimal mungkin.
2 Pendidikan. Para peserta yang mengikuti kegiatan wisata tersebut akan memperoleh ilmu pengetahuan mengenai ekosistem, keunikan biologis dan
kehidupan spasial di wilayah yang dikunjungi. 3 Sosial.
Masyarak at setempat akan mendapat kesempatan untuk menyelenggarakan kegiatan wisata tersebut.
Ekowisata sebagai sarana penunjang dan penyediaan dana untuk konservasi, perlu dievaluasi secara hati-hati sesuai dengan kondisi setempat dan
pembatas -pembatasnya. Para perencana, peserta terkait dan industri pariwisata haruslah mempertimbangkan kemungkinan Feasibility dimensi sosial budaya,
dimesi ekologi dan lingkungan hidup serta ekonomi jangka panjang sebelum sampai pada kesimpulan tentang kecocokan pembangunan atau pengembangan pada
suatu daerah Agandi 1995. Hadinoto 1996 mengemukakan bahwa berdasarkan pengalaman dari
wisata umum, ekowisata memiliki pola sebagai berikut 1 Ekowisata merupakan bagian dari wisata alam. Wisata ini mengutamakan
keadaan alam sebagai atraksinya. Aset budaya masyarakat yang ada dalam kawasan ekowisata harus di jaga.
2 Ekowisata disebut juga wisata minat khusus. Kegiatan ini merupakan wisata petualangan di kawasan terpencil, dimana keadaan alam relatif masih asli.
3 Ekowisata berskala kecil. Jumlah wisatawan merupakan kelompok yang kecil dan menggunakan tempat-tempat kecil untuk akomodasi yang tidak
terkonsentrasi satu tempat. 4 Daya dukung carrying capacity kawasan yang dilalui terus di pantau dan tidak
boleh di lewati. Wisatawan yang melintasi kawasan harus dengan berjalan kaki
13 melewati jalan setapak dan tidak boleh keluar jalur. Daya dukung lingkungan
merupakan tingkat kehadiran wisatawan yang menciptakan dampak terhadap masyarakat lingkungan dan ekonomi yang dapat di terima oleh wisatawan dan
masyarakat setempat sebagai tuan rumah dan lestari pada periode yang akan datang.
5 Ekowisata berdampak kecil karena dilaksanakan di kawasan yang dilindungi, maka tingkah laku wisatawan terkendali. sesuai dengan peraturan yang berlaku,
sehingga tidak merusak atau mengganggu flora dan fauna. 6 Sarana wisata di kawasan wisata harus menerapkan eco-engeneering dengan
arsitektur lokal, tukang dari masyarakat lokal dan dikelola oleh mereka. 7 Agar kegiatan ekowisata berjalan sukses, wisatawan harus didampingi oleh
pemandu yang ahli di bidangnya, dapat menjelaskan bagaimana pengunjung berperan serta melestarikan kawasan. Interpretasi adalah proses untuk
mengembangkan daya tarik pengunjung dengan cara yang menarik dalam menjelaskan suatu lokasi atau dengan mendeskripsikan dan menerangkan
karakteristik lokasi tersebut. 8 Kawasan ekowisata yang merupakan kawasan lindung, harus mampu
mendatangkan pendapatan, sehingga dapat digunakan untuk pemeliharaan, rehabilitasi dan peningkatan konservasi kawasan lindung tersebut.
Supriatna 1997 menyatakan bahwa penyelenggaraan industri pariwisata alam
yang berwawasan lingkungan dilaksanakan dengan memperhatikan faktor- faktor sebagai berikut
1 Konservasi sumberdaya alam dan ekosistemnya. 2 Kelestarian budaya dan mutu lingkungan.
3 Kemampuan untuk mendorong dan meningkatkan perkembangan kehidupan ekonomi dan sosial budaya.
4 Nilai-nilai agama adat istiadat serta pandangan dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.
Berdasarkan defenisi ekowisata, Masyarakat Ekowisata Indonesia 1997 mengemukakan bahwa ada lima elemen penting yang menjadi prinsip kegiatan
ekowisata yaitu
14 1 Perjalanan wisata yang bertanggung jawab. Semua pihak pelaku ekowisata
harus bertanggung jawab untuk meniadakanmeminimalkan dampak negatif kegiatan ini terhadap lingkungan alam dan budaya di daerah tujuan ekowisata.
2 Ke atau di daerah yang masih alami atau di kelola secara kaidah alam. 3 Tujuannya selain untuk menikmati pesona alam, juga untuk mendapatkan tambahan
pengetahuan dan pemahaman mengenai daerah tujuan ekowisata. 4 Dukungan terhadap usaha-usaha konservasi alam.
5 Meningkatkan pendapatan masyarakat setempat. Indonesia mempunyai potensi sangat besar dalam pengembangan
ekowisata kawasan hutan tropika yang tersebar dikepulauan sangat menjanjikan untuk ekowisata dan wisata minat khusus. Ekowisata di beri batasan sebagai
kegiatan yang bertumpu pada lingkungan dan bermanfaat secara ekologi, sosial dan ekonomi masyarakat serta bagi kelestarian sumberdaya dan berkelanjutan.
Lima aspek utama berkembangnya ekowisata adalah 1 adanya keaslian lingkungan alam dan budaya, 2 keberadaan dan dukungan masyarakat 3,
pendidikan dan pengalaman 4, keberlanjutan dan 5 kemampuan manajemen pengelolaan ekowisata Choy 1997.
Menurut Heriawan 1998 sektor pariwisata di percaya akan menjadi sektor potensial dalam pembangunan ekonomi masa depan yang berkaitan dengan
persaingan global. Ada empat pusat perhatian dalam pengembangan sektor ini, yaitu 1 Perluasan dan obyek dan tujuan wisata dengan mempertimbangkan
kekayaan alam dan beragam budaya bangsa, 2 pengembangan berbagai fasilitas seperti hotel, restoran, transportasi termasuk program pengembangan sumberdaya
manusia, 3 Peningkatan promosi dan pemasaran terutama pada negara-negara berpotensi serta pengembagan wisata potensial, 4 perbaikan kualitas jasa
pelayanan yang terkait dengan pariwisata dan 5 karena bersifat multi dimensional maka diperlukan keterpaduan pembangunan lintas sektoral.
Ginzo Aoyama 2000 mengemukakan ekowisata dalam teori prakteknya tumbuh dari kritik terhadap pariwisata massal, yang di pandang merusak terhadap
landasan sumberdayanya, yaitu lingkungan dan kebudayaan. Kritik ini melahirkan berbagai istilah baru, antara lain adalah pariwisata alternatif, pariwisata yang
bertanggung jawab, pariwisata berbasis komunitas, dan eco-tourism. Alasan umum
15 penggunaan konsep ini adalah karena dapat menggambarkan pariwisata yang
termasuk : 1 Bukan pariwisata berskala besarmassal
2 Menciptakan suatu alternatif untuk menghadapi eksploitasi sumberdaya alam baik oleh industrinya maupun penduduk setempat
3 Mempererat hubungan antar bangsa Di antara konsep-konsep ini, eco-tourism dianggap paling populer, sebagian
karena bisa mengkaitkan kebutuhan-kebutuhan dari gerakan lingkungan yang mencari cara-cara dan alat untuk menterjemahkan prinsip-prinsip ekologi ke dalam
praktek pengelolaan berkelanjuta n, dengan tren pasar terbaru seperti perjalanan petualangan dan gaya hidup kembali ke alam back to nature. Karena itu gerakan
lingkungan menganggap konsep pariwisata ini sebagai suatu instrumen konservasi yang bersifat mandiri karena :
1 Bisa memodali sendiri kegiatan usahanya 2 Menciptakan suatu alternatif untuk menghadapi sumber-sumberdaya alam baik
oleh industri maupun masyarakat setempat 3 Sarana pendidikan masyarakat dengan memperluas basis gerakannya
Sementara itu, umumnya industri pariwisata memahami ekowisata sebagai satu tren menguntungkan serta satu cara menciptakan citra yang mendukung
kesadaran akan lingkungan. Tentu terdapat banyak “green entrepreneurs” yang berada di garis depan usaha konservasi ini, tetapi mereka pada umumnya belum
memahami ekowisata sebagai sesuatu yang lebih dari pada suatu bentuk pariwisata massal yang berdampak relatif kecil. Keadaan tersebut dapat dilihat dari bentuk-
bentuk promosi penjualan tiket perjalanan ke kawasan pelestarian alam yang disebut ekowisata. Hal ini terjadi karena ekowisata adalah konsep sangat rentan
terhadap berbagai interpretasi, tergantung siapa yang menginterpretasikannya. Agar suatu obyek pariwisata tetap berkelanjutan, menurut Supriatna at al.
2000 menyatakan bahwa secara konseptual ekowisata dapat dikatakan sebagai suatu konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk
mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan alam dan budaya serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan, sehingga memberikan
manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat. Apabila ditinjau dari segi
16 pengelolaanya, ekowisata merupakan penyelenggaraan kegiatan wisata yang
bertanggung jawab di tempat-tempat alami dan atau daerah-daerah yang di buat berdasarkan kaidah alam dan secara ekonomi berkelanjutan yang mendukung upaya-
upaya pelestarian lingkungan alam dan budaya serta meningkatkan kesejahteraan mas yarakat setempat.
Kaharuddin 2001 menempatkan ekowisata sebagai konsep ekowisata baru yang didasarkan atas :
1 Daerah tujuannya ke kawasan alami dengan adanya pelibatan masyarakat yang memiliki kebudayaan, sehingga juga melibatkan jenis wisata budaya.
2 Kelompok kecil wisatawan bukan jaminan terciptanya kelestarian kawasan tanpa ada gangguan dari pengunjung. Jumlah pengunjung yang banyak,
tetapi mereka sadar lingkungan maka kerusakan yang ditimbulkan juga kecil.
3 Akar dari ekowisata, menempatkan manusia sebagai salah satu komponen penyusunnya, wajib menjaga keseimbangan ekosistem. Ini berarti ekowisata
mempunyai tujuan untuk menyadarkan wisatawan terhadap kelestarian kawasanIingkungan, yang selama ini manusia cenderung menempatkan diri
sebagai penguasa atas alam dan bukan setara dengan alam. 4 Penyadaran Iingkungan dapat di tempuh melalui pemahaman terhadap
obyek melalui pengetahuan terhadap maknafilosofis di balik obyek atau atraksi wisata. Penyadaran ini tidak hanya bisa dilakukan pada obyek wisata
alam, tetapi juga pada obyek wisata budaya. Pesan yang disampaikan ekowisata lebih kepada makna persahabatan, perdamaian antara wisatawan
dengan penduduk lokal dan antara wisatawan dengan Iingkungan. Dari beberapa pengertian tentang ekowisata, maka penulis dapat
memberikan gambaran mengenai ekowisata. Ekowisata merupakan suatu konsep pengembangan pariwisata dimana konsep -konsep tersebut di terapkan
dalam penyelenggaraan kegiatan wisata yaitu perjalanan yang bertanggung jawab dan berwawasan lingkungan, kegiatan wisata yang dilakukan tidak
merusak lingkungan, ada unsur pendidikan dan dapat memberikan manfaat terhadap kawasan itu sendiri serta bermanfaat terhadap masyarakat di sekitar
kawasan. Sedangkan kriteria pemilihan lokasi untuk ekowisata adalah kawasan
17 tersebut harus memiliki keunikan yang khusus, memiliki atraksi budaya yang unik,
ada kesiapan masyarakat setempat, peruntukkan kawasan tidak meragukan dan tersedia aksesibilitas yang memadai serta adanya akomodasi yang memadai.
2.3. Pengembangan Ekowisata