Pengembangan Ekowisata TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Ekowisata

17 tersebut harus memiliki keunikan yang khusus, memiliki atraksi budaya yang unik, ada kesiapan masyarakat setempat, peruntukkan kawasan tidak meragukan dan tersedia aksesibilitas yang memadai serta adanya akomodasi yang memadai.

2.3. Pengembangan Ekowisata

Sebagai alat pembangunan, ekowisata dapat mewujudkan tiga tujuan dasar dari konservasi keanekaragaman hayati yaitu 1 melindungi keanekaragaman hayati dan budaya dengan penguatan sistem manajemen kawasan lindung, 2 meningkatkan nilai ekosistem mendukung penggunaan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan, dengan menaikkan pendapatan, kesempatan berusaha dalam ekowisata dan jaringan usaha yang relevan, 3 membagi keuntungan pengembangan ekowisata dengan masyarakat lokal, melalui partisipasi aktif dalam perencanaan dan pengelolaan dari kegiatan ekowisata UNEP 2003. Ketersediaan dan kualitas komponen produk wisata sangat ditentukan oleh kesiapan para pelaku wisata yaitu pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata 2002. Keberhasilan dalam pengelolaan dan pengembangan ekowisata merupakan hasil kerja sama antara Stakeholders yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat Spoule 1996 diacu dalam Fennell 1999. Ada delapan prinsip untuk membangun kemitraan antara Stakeholders yaitu 1 dibangun berdasarkan budaya masyarakat lokal, 2 memberikan tanggung jawab kepada masyarakat lokal, 3 mempertimbangkan untuk mengembalikan kepemilikan daerah yang dilindungi kepada penduduk asli, 4 mengkaji masyarakat lokal, 5 ada keterkaitan program pembangunan dari pemerintah dengan daerah yang dilindungi, 6 memberikan prioritas kepada masyarakat dengan skala kecil, 7 melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan, 8 mempunyai keberanian untuk melakukan pelarangan Fennel 1999. Tempat tujuan wisata merupakan elemen yang penting karena tempat tujuan tersebut umumnya merupakan alasan utama bagi wisatawan untuk berkunjung Cooper et al. 1993 jadi keadaan di tempat tujuan wisata, seperti atraksi wisata, fasilitas, aksesibilitas, pelayanan, dan keamanan akan sangat 18 mempengaruhi jumlah wisatawan. World Tourism Organization WTO dan United Nation Env ironmental Programme UNEP diacu dalam Stecker 1996 menetapkan kriteria-kriteria untuk suatu kawasan ekowisata, kriteria tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan lokasi tujuan ekowisata. 1 Kekhasan atraksi alam flagship attraction - Tipe hutan, sungai, danau - Keanekaragaman hayati - Keunikan spesies tertentu Kemudahan mengamati flora dan fauna 2 Atraksi pendukungpelengkap - Berenang air terjun, sungai, pantai - Kegiatan olahraga jalan kaki, memancing, mendayung - Budaya lokal kesenian, kebiasaan-kebiasaan tradisional - Peninggalan sejarah 3 Aksesibilitas dan Infrastruktur - Jarak ke bandara international atau pusat-pusat wisata - Akses jalan raya, jalan kereta api, penerbangan, pelabuhan - Fasilitas kesehatan - Komunikasi 4 Iklim - Cuaca yang mendukung kegiatan rekreasi - Banyaknya curah hujan dan distribusinya 5 Kondisi Politik dan Sosial - Adanya stabilitas sosial politik - Terjaminnya keamanan wisatawan - Wisatawan dapat di terima oleh masyarakat lokal The Ecotourism Society Eplerwood 1999 diacu dalam Fandeli 2000 menyatakan ada delapan prinsip dalam kegiatan ekowisata yaitu 1 Mencegah dan menanggulangi dari aktivitas wisatawan yang mengganggu terhadap alam dan budaya 2 Pendidikan konservasi lingkungan 3 Pendapatan langsung untuk kawasan 19 4 Partisipasi masyarakat dalam perencanaan 5 Meningkatkan penghasilan masyarakat 6 Menjaga keharmonisan dengan alam 7 Menjaga daya dukung lingkungan 8 Meningkatkan devisa buat pemerintah. Pengembangan ekowisata melibatkan berbagai pihak, yaitu pengunjung atau ekowisatawan, sumberdaya alam, pengelola, masyarakat setempat, kalangan bisnis termasuk tour operator, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan lain sebagainya. Pada prinsipnya pengembangan ekowisata yang baik merupakan simbiosis antara konservasi dan pembangunan, namun kemungkinan timbulnya konflik kepentingan antara pelaku ekowisata bisa terjadi Lindberg et al. 1997. Kegiatan ekowisata dapat diturunkan secara sintesis dari berbagai konsep ekowisata yang telah dikemukakan Fennell 1999. Kegiatan yang berdasarkan prinsip ekowisata tersebut dapat digunakan untuk mengevaluasi kegiatan ekowisata di berbagai obyek ekowisata. Usaha evaluasi kegiatan ekowisata telah banyak dilakukan dengan berbagai metode evaluasi yang dikembangkan, diantaranya adalah yang dikembangkan oleh Wallace Pierce 1996 dengan enam kriteria utama evaluasi, yaitu 1 Berusaha meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat lokal 2 Meningkatkan kesadaran dan pemahaman sistem alam dan budaya setempat, serta keterlibatan pengunjung terhadap berbagai aspek yang mempengaruhi sistem tersebut 3 Berkontribusi terhadap konservasi dan pengelolaan sumberdaya alam yang di lindungi 4 Memaksimalkan partisipasi masyarakat setempat sejak awal dan dalam jangka panjang dalam proses pengambilan keputusan tentang jenis dan jumlah wisata yang ada 5 Memberikan keuntungan ekonomis dan yang lainnya kepada penduduk setempat, yang melengkapi dan tidak menggantikan jenis mata pencaharian tradisional 20 6 Menyediakan kesempatan bagi masyarakat setempat dan karyawan ekowisata untuk mengunjungi dan belajar lebih banyak tentang keindahan alam dan obyek wisata yang menjadi daya tarik pengunjung. 2.4. Taman Hutan Raya Konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya bertujuan mengusahakan terwujudnya kelestarian sumberdaya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya, sehingga lebih dapat mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia. Di dalam tahura dapat dilakukan kegiatan untuk penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, budaya dan wisata. Di dalam zona pemanfaatan tahura, dapat di bangun sarana kepariwisataan dan untuk ini pemerintah dapat memberikan hak pengusahaan, dengan mengikutsertakan masyarakat sekitar secara aktif dalam pengelolaan kawasan Departemen Kehutanan 1996. Menurut Un dang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya. Tahura didefinisikan sebagai kawasan pelestarian untuk tujuan koleksi tumbuhan dan satwa alami atau buatan, jenis asli atau bukan asli, yang di manfaatkan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, budaya, pariwisata dan rekreasi. Dengan melihat fungsi dari tahura, wisata yang berbasis alam ekowisata adalah pilihan yang tepat untuk dikembangkan di kawasan tersebut Anonymous 1997

2.5. Analisis Sediaan dan Permintaan Wisata