j. Peneliti memberikan penyelesaian jika terdapat masalah yang belum terselesaikan oleh siswa dengan penjelasannya.
k. Peneliti membagikan lembar tugas individu untuk dikerjakan oleh masing- masing siswa.
l. Peneliti membagikan lembar tugas kelompok untuk dikerjakan atau didiskusikan di rumah kepada masing-masing kelompok.
m. Peneliti menyuruh siswa untuk mempelajari dan mendiskusikan materi di rumah atau di luar jam pelajaran dengan CD interaktif.
n. Pada akhir tatap muka 3, peneliti menginformasikan tentang pelaksanaan tes kemampuan pemecahan masalah pada pertemuan yang akan datang.
3 Tahap akhir pembelajaran: memberikan soal tes kemampuan pemecahan masalah matematika tentang program linear kepada setiap siswa untuk dikerjakan. Hasil
tes ini kemudian dijadikan sebagai data kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
Secara keseluruhan pembelajaran strategi STAD berbantuan CD interaktif ini dapat dilihat pada skemabagan di bawah ini.
Bagan 1. Strategi STAD Berbantuan CD Interaktif
Persiapan 1. membuat lembar tugas kelompok
2. membuat lembar tugas Individu 3. membentuk kelompok
4. menjelaskan aturan 5. membagikan CD interaktif
Pelaksanaan 1. penyajian materi
2. diskusi kelompok 3..kerja kelompok
Test 4. kerja individu
F. Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Matematika
Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan adanya keaktifan dengan beraneka macam bentuk, mulai dari kegiatan secara fisik maupun psikis.
Kegiatan yang berbentuk fisik biasanya mudah untuk diamati oleh seorang guru, hal ini karena dapat ditunjukkan dengan gerak secara fisik yang menunjukkan
keaktifannya dalam proses pembelajaran di kelas. Kegiatan fisik ini dapat berupa membaca, menulis, mendengar, merangkum, bertanya, menjawab dan sebagainya.
Adapun kegiatan yang berbentuk psikis biasanya susah untuk diamati oleh seorang guru, hal ini dikarenakan pada kegiatan psikis ini lebih cenderung tidak ditampakkan
oleh siswa pada umumnya. Menurut Sriyono 1991:75 yang dimaksud keaktifan di sini adalah pada waktu guru mengajar ia harus mengusahakan agar siswa-siswanya
aktif, baik jasmani maupun rokhani yang meliputi: keaktifan indera, keaktifan akal, keaktifan ingatan dan keaktifan emosi..
a. Keaktifan indera: para siswa harus dirangsang agar dapat menggunakan alat inderanya sebaik mungkin.
b. Keaktifan akal: akal para siswa harus aktif atau diaktifkan untuk memecahkan masalah, mempertimbangkan, menyusun pendapat, dan mengambil keputusan.
c. Keaktifan ingatan: pada waktu pembelajaran siswa harus aktif menerima bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru kemudian menyimpannya dalam otak, dan
pada suatu saat siswa siap serta mampu mengutarakan kembali. d. Keaktifan emosi: untuk dapat menumbuhkan keaktifan emosi ini hendaklah siswa
senantiasa berusaha mencintai pelajarannya, karena sesungguhnya mencintai pelajaran akan menambah hasil belajar siswa.
G. Keterampilan Berproses Siswa dalam Pembelajaran Matematika
Proses menurut Syah 2003:109 berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil
tertentu, serta keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus sesuai dengan keadaan untuk mencapai
hasil tertentu. Keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik melainkan juga pengejawantahan fungsi mental yang bersifat kognitif. Jadi, keterampilan berproses
dalam pembelajaran adalah suatu kecakapan yang diperoleh akibat langkah-langkah strategi pembelajaran sehingga terjadi perubahan tingkah laku.
Winkel 1999:34 berpendapat bahwa hasil belajar marupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai seseorang dan pada setiap kegiatan belajar dapat
menimbulkan suatu perubahan yang khas. Sedangkan prestasi belajar adalah merupakan tingkat kemampuan seorang siswa dalam menguasai bahan pelajaran yang
telah diajarkan kepadanya Depdiknas, 1999. Oleh karena itu dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah merupakan tingkat kemampuan
seorang siswa baik dari segi pengetahuan maupun keterampilannya. MAN Babakan adalah sebuah sekolah di bawah naungan Departemen Agama
setingkat SMA memiliki sejumlah 1142 siswa dengan latar belakang kemampuan yang berbeda. Keaktifan siswa yang meliputi empat aspek tersebut dalam mengikuti
proses pembelajaran matematika pada khususnya belum menunjukkan keaktifan yang maksimal, yakni aktif 100. Hal ini dapat diketahui melalui pengamatan dan
pengalaman penulis selaku guru matematika serta pengamatan dan pengalaman guru-guru matematika lain hasil wawancara di MAN Babakan Tegal. Keterampilan
berproses siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika pada khususnya juga belum menunjukkan keterampilan berproses yang maksimal, yakni memiliki
keterampilan berproses 100. Hal ini dapat diketahui melalui pengamatan dan pengalaman penulis selaku guru matematika serta pengamatan dan pengalaman
guru-guru matematika lain hasil wawancara di MAN Babakan Tegal. Oleh karena itu muncul kesepakatan bersama guru-guru matematika di MAN
Babakan Tegal bahwa keaktifan dan keterampilan berproses siswa dalam mengikuti
pembelajaran matematika dianggap maksimalbaik jika mencapai angka 70. Untuk selanjutnya pada penelitian ini disebutkan bahwa jika keaktifan siswa mencapai
skornilai lebih dari 70 berarti keaktifan siswa mencapai ketuntasan dan jika keterampilan berproses siswa mencapai skornilai lebih dari 70 berarti keterampilan
berproses siswa mencapai ketuntasan.
H. Pembelajaran Program Linear