Maksimum 28
Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata Penderita DM tipe2 dengan komplikasi adalah 6,26 hari 6 hari dengan standart
deviasi SD 5,08 5 hari. Lama rawatan penderita DM tipe 2 dengan komplikasi bervariasi yaitu lama rawatan tercepat 1 hari dan lama rawatan terlama adalah 28
hari.
4.9. Keadaan Sewaktu Pulang Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi
Distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan Tahun 2012-2013 berdasarkan keadaan
sewaktu pulang dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.9. Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi
yang Dirawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2012-2013
Keadaan sewaktu pulang f
PBJ 99
70,2 PAPS
32 22,7
Meninggal 10
7,1
Total 141
100
Berdasarkan tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan keadaan sewaktu pulang yang tertinggi
yaitu Pulang Berobat Jalan PBJ 70,2 sedangkan proporsi terendah yaitu meninggal 7,1.
4.10. Analisisis Statistik 4.10.1. Umur Berdasarkan Kategori Komplikasi
Distribusi proporsi umur penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap berdasarkan kategori komplikasi di Rumah Sakit St. Elisabeth
Medan tahun 2012-2013 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.10. Distribusi Proporsi Umur Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi
yang Dirawat
Inap Berdasarkan
Kategori komplikasi di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2012-2013
Kategori Komplikasi Umur
Total ≤ 45
45 f
f f
Komplikasi Akut 1
9,1 10
90,9 11
100 Komplikasi Kronik
11 8,5
119 91,5
130 100
x
=0,005ª df=1
p=0,943
Berdasarkan tabel 4.10 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi akut pada kelompok umur
≤ 45 tahun 9,1 sedangkan pada kelompok umur 45 tahun adalah 90,9. Proporsi penderita DM dengan
komplikasi kronik pada kelompok umur ≤ 45 adalah 8,5 sedangkan pada
kelompok umur 45 tahun yaitu 91,5. Analisis satistik dengan uji chi-square diperoleh dengan p 0,05 berarti
secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna antara umur penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan kategori komplikasi.
4.10.2. Jenis Kelamin Berdasarkan Kategori Komplikasi
Distribusi proporsi jenis kelamin penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap berdasarkan kategori komplikasi di Rumah Sakit St. Elisabeth
Medan tahun 2012-2013 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.11. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi
yang Dirawat
Inap Berdasarkan
Kategori komplikasi di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2012-2013
Kategori Komplikasi Jenis Kelamin
Total Laki-laki
Perempuan f
f f
Komplikasi Akut 3
27,3 8
72,7 11
100 Komplikasi Kronis
71 54,6
59 45,4
130 100
x
=3,040ª df=1
p=0,081
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 4.11 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi akut pada laki-laki yaitu 27,3 sedangkan pada
perempuan 72,7. Proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi Kronik pada laki-laki yaitu 54,6 sedangkan pada perempuan 45,4.
Analisis statistik dengan uji chi-square diperoleh p 0,05 berarti secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin penderita
DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan kategori komplikasi.
4.10.3. Kategori Komplikasi Berdasarkan Pengobatan
Distribusi proporsi kategori komplikasi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap berdasarkan pengobatan di Rumah Sakit St.
Elisabeth Medan tahun 2012-2013 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.12. Distribusi Proporsi Kategori Komplikasi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Pengobatan
di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2012-2013
Kategori Komplikasi Kategori Komplikasi
Total Akut
Kronik f
f f
OHO 8
9,5 76
90,5 84
100 Insulin
2 5,0
38 95,0
40 100
OHO + Insulin 1
5,9 16
94,1 17
100 Berdasarkan tabel 4.12 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita DM
tipe 2 dengan komplikasi yang diberikan OHO terdapat 9,5 yang mengalami komplikasi akut dan 90,5 mengalami komplikasi kronik. Proporsi penderita DM
tipe 2 dengan komplikasi yang diberi pengobatan dengan insulin terdapat 5,0 mengalami komplikasi akut dan 95,0 mengalami komplikasi kronik. Proporsi
penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang diberi pegobatan OHO dan insulin
Universitas Sumatera Utara
terdapat 5,9 mengalami komplikasi akut dan 94,5 mengalami komplikasi kronik.
Analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square tidak dapat dilakukan karena terdapat 2 sel 33,3 dengan expected Count kurang dari 5.
4.10.4. Kategori Komplikasi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang
Distribusi proporsi kategori komplikasi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap berdasarkan keadaan sewaktu pulang di Rumah
Sakit St. Elisabeth Medan tahun 2012-2013 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.13. Distribusi Proporsi Kategori Komplikasi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Keadaan
Sewaktu Pulang di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2012-2013
Kategori Komplikasi Kategori Komplikasi
Total Akut
Kronik f
f f
PBJ 6
6,1 93
93,9 99
100 PAPS
3 9,4
29 90,6
32 100
Meninggal 2
20,0 8
80,0 10
100 Berdasarkan tabel 4.13 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita DM
tipe 2 dengan komplikasi yang pulang berobat jalan terdapat 6,1 mengalami komplikasi akut dan 93,1 mengalami komplikasi kronik. Proporsi penderita DM
tipe 2 dengan komplikasi yang pulang atas permintaan sendiri terdapat 9,4 mengalami komplikasi akut dan 90,6 mengalami komplikasi kronik. Proporsi
penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang meninggal terdapat 20,0 yang mengalami komplikasi akut dan 80,0 mengalami komplikasi kronik.
Analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square tidak dapat dilakukan karena terdapat 2 sel 33,3 dengan expected Count kurang dari 5
Universitas Sumatera Utara
4.10.5. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Kategori Komplikasi
Lama rawatan rata-rata penderita DM tipe 2 dengan Komplikasi yang dirawat inap berdasarkan kategori komplikasi di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan tahun 2012-2013 dapat dilihat pada tabel ini:
Tabel 4.14. Lama Rawatan Rata-rata Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi
yang Dirawat
Inap Berdasarkan
Kategori Komplikasi di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2012-2013
Kategori komplikasi Lama rawatan rata-rata
f Mean
SD
Komplikasi Akut 11
5,45 4,865
Komplikasi kronis 130
6,33 5,110
t = -0,548 df = 139
p= 0,585
Berdasarkan tabel 4.14 diatas dapat diketahui bahwa dari 141 penderita DM tipe 2 dengan komplikasi terdapat 11 penderita DM yang mengalami
komplikasi akut menjalani perawatannya di rumah sakit dengan lama rawatan rata-rata selama 5,45 5 hari, dan 130 penderita DM tipe 2 dengan komplikasi
kronik dengan lama rawatan rata-rata 6,33 6 hari. Analisis statistik dengan mengunakan uji t-test diperoleh p 0,05 berarti
secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan kategori komplikasi.
4.10.6. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya
Lama rawatan rata-rata penderita DM tipe 2 dengan Komplikasi yang dirawat inap berdasarkan sumber biaya di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan tahun
2012-2013 dapat dilihat pada tabel ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.15. Lama Rawatan Rata-rata Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di
RS St. Elisabeth Medan Tahun 2012-2013
Sumber Biaya Lama rawatan rata-rata
f Mean
SD
Biaya sendiri 125
6,14 5,005
Bukan biaya sendiri 16
7,25 5,710
t = -0.825 df = 139
p= 0,411
Berdasarkan tabel 4.15 di atas dapat dilihat bahwa dari 141 penderita DM tipe 2 dengan komplikasi terdapat 125 penderita dengan sumber biaya sendiri
yang memiliki lama rawatan rata-rata 6,14 6 hari dan 16 penderita dengan sumber biaya bukan biaya sendiri biaya perusahaan dan asuransi Prudential yang
memiliki lama rawatan rata-rata 7,25 7 hari. Analisis statistik dengan mengunakan uji t-test diperoleh p 0,05 berarti
secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Sosiodemografi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi
5.1.1. Umur Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi
Distribusi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan tahun 2012-2013 berdasarkan umur dapat
dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 5.1. Diagram Batang Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2
dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Umur di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2012-2013
Berdasarkan gambar 5.1 di atas diketahui bahwa proporsi tertinggi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan umur terdapat pada
kelompok umur 65 tahun 31,9 kemudian diikuti kelompok umur 46-55 tahun 31,2, 56-65 tahun, 36-45 tahun 7,8 sedangkan proporsi terendah pada
kelompok umur ≤ 35 tahun 0,7.
Umur merupakan salah satu faktor risiko terjadinya DM. Pada penelitian ini jumlah kasus penderita DM tipe 2 meningkat drastis di usia 45 tahun. DM
0.7 7.8
31.2 28.4
31.9
5 10
15 20
25 30
35
≤ 35 36-45
46-55 56-65
65 P
r o
p o
r si
Umur Tahun
55
Universitas Sumatera Utara
tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa tua meskipun dapat terjadi juga pada usia dewasa muda Rustama dkk, 2010, seperti dirumah sakit ini ada 1 orang
penderita DM tipe 2 yang mengalami komplikasi pada usia dewasa awal yaitu pada usia 30 tahun dengan komplikasi TB paru. Usia maksimum penderita DM
tipe 2 dengan komplikasi adalah 89 tahun sebanyak 2 orang, dimana keduanya mengalami komplikasi Ulkus Diabetik.
Masyarakat yang merupakan kelompok beresiko tinggi adalah mereka yang berusia 40 tahun, disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi
peningkatan intoleransi glukosa. Adanya proses penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel beta pankreas dalam memproduksi insulin.
Prevalensi DM akan meningkat seiring dengan meningkatnya umur terutama pada kelompok umur lansia Bustan, 2007. Seperti halnya di Rumah Sakit St.
Elisabeth Medan, penderita DM tipe 2 dengan komplikasi paling tinggi pada kelompok usia 65 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian Wild dkk, 2004
tentang perevalensi DM secara global yang menunjukkan bahwa semakin meningkatnya umur, semakin tinggi pula prevalensi DM yang ada.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Wuwungan 2013 di Poliklinik Penyakit Dalam Blu RSUP Prof.dr.R.D Kandou Manado yang
mendapatkan proporsi DM tipe 2 tinggi pada umur ≥45 tahun yaitu 79,2.
Universitas Sumatera Utara
5.1.2. Jenis Kelamin Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi
Distribusi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan tahun 2012-2013 berdasarkan jenis kelamin
dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 5.2. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan
Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Jenis Kelamin di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2012-2013
Berdasarkan gambar 5.2 di atas dilihat bahwa proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan jenis kelamin proporsi tertinggi yaitu laki-laki
52,5 sedangkan perempuan 47,5. Secara global, prevalensi DM lebih tinggi pada laki-laki daripada
perempuan Wild dkk, 2004, menurut WHO 2008 prevalensi DM pada laki-laki lebih tinggi pada Laki-laki yaitu 9,8 sedangkan prevalensi perempuan yaitu
9,2. Semua orang memiliki resiko untuk terkena penyakit DM. Namun
menurut penelitian terbaru, kemungkinan laki-laki menderita DM lebih besar dibandingkan perempuan. Penelitian yang dilakukan oleh Sattar memperoleh laki-
52,5 47,5
Jenis Kelamin
Laki-Laki Perempuan
Universitas Sumatera Utara
laki 51,920 54,3 dan perempuan 43.137 45,7. Seluruhnya merupakan penderita DM tipe 2 dan umumnya mengalami obesitas Admin, 2011.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Wuwungan 2013 di Poliklinik Penyakit Dalam Blu RSUP Prof.dr.R.D Kandou Manado yang
mendapatkan proporsi laki-laki 51,7 yang menderita DM lebih banyak dibandingkan perempuan 48,3.
Berbeda dengan hasil penelitian Sinaga 2012 di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2011 diperoleh bahwa proporsi penderita DM tertinggi
adalah perempuan 65. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kejadian DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan jenis kelamin.
5.1.3. Suku Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi
Distribusi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan tahun 2012-2013 berdasarkan suku dapat dilihat
pada gambar berikut ini:
Gambar 5.3. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan
Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Suku di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2012-2013
82.3 6.4
5,0 4.2
2.1
Suku
Batak Lain-lain
Jawa Nias
Aceh
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan gambar 5.3 di atas dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan suku adalah Suku Batak
82,3, diikuti lain-lain 6,4 terdiri dari suku Tionghoa 2,1, India 1,4, Minang 0,7, Sunda 0,7, Banten 0,7, Flores 0,7, Jawa 5,0, Nias 4,3,
Aceh 2,1. Proporsi suku Batak lebih lebih besar dari suku yang lainnya, hal ini
menunjukkan bahwa bukan berarti suku Batak lebih beresiko untuk menderita DM tipe 2 dengan komplikasi namun hanya menunjukkan bahwa penderita DM
yang datang berobat lebih banyak suku Batak. Suku Batak terdiri dari Batak Toba, Karo, Simalungun, Mandailing,
Pakpak dan Angkola. Dari penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan terdapat 116 82,3 suku Batak,
diantaranya yaitu Batak Toba 64,7, Karo 21,6, Simalungun 9,5, Mandailing 3,4, dan proporsi terendah Pakpak 0.9.
Penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan Sinaga 2012 di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2011 diperoleh bahwa proporsi penderita DM
tertinggi adalah suku Batak sebesar 74,8.
5.1.4. Agama Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi
Distribusi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap di Rumah St. Sakit Elisabeth Medan tahun 2012-2013 berdasarkan agama dapat
dilihat pada gambar berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.4. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan
Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Agama di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2012-2013
Berdasarkan gambar 5.4 di atas diketahui bahwa proporsi tertinggi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan agama yaitu Kristen
Protestan 56,8 diikuti Katolik 24,1, Islam 17,7 sedangkan yang terendah yaitu Budha 1,4.
Proporsi agama Kristen Protestan dan Katolik lebih banyak bukan berarti lebih beresiko mengalami DM tipe 2 namun hanya menunjukkan bahwa penderita
DM tipe 2 dengan komplikasi yang datang berobat mayoritas Kristen Protestan dan Katolik. Proporsi ini sesuai bila dibandingan dengan proporsi suku yang lebih
tinggi pada suku Batak, diamana biasanya suku Batak mayoritas agama Kristen Protestan dan Katolik.
Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan Marpaung 2006 di RSUD Dr. Djasamen saragih Pematangsiantar bahwa proporsi penderita DM
tertinggi berdasarkan agama yaitu agama Kristen Protestan sebesar 66,1
56.8 24.1
17.7 1.4
Agama
Kristen Protestan Katolik
Islam Budha
Universitas Sumatera Utara
5.1.5. Pekerjaan Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi
Distribusi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan tahun 2012-2013 berdasarkan pekerjaan dapat
dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 5.5. Diagram Batang Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2
dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Pekerjaan di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2012-2013
Berdasarkan gambar 5.5 di atas dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi pekerjaan penderita DM tipe 2 dengan komplikasi adalah Ibu Rumah Tangga
IRT 30,5 kemudian diikuti oleh Wiraswasta 29,8, PNSBUMN 15,6, pensiunan 12,1, Lain-Lain 5,0 PendetaPastor 2,9 dan SusterBiarawati
2,1, dan yang terendah adalah Pegawai Swasta dan Petani yang memiliki proporsi sama yaitu 3,5.
Hal ini bukan menunjukkan bahwa IRT lebih beresiko menderita DM tipe 2 dengan komplikasi tetapi menunjukkan IRT lebih banyak datang berobat ke
rumah sakit ini. Selain itu juga dari seluruh penderita DM yang berjenis kelamin perempuan pekerjaannya lebih banyak IRT. Salah satu faktor risiko DM adalah
Kurang aktifitas fisik, biasanya pada Ibu Rumah Tangga kurang aktifitas fisik
30.5 29.8
15.6 12.1
5,0 3.5
3.5 5
10 15
20 25
30 35
Ibu Rumah Tangga
Wiraswasta PNS
BUMN Pensiunan Lain-lain
Pegawai swasta
Petani
P r
o p
o r
si
Pekerjaan
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan yang dilakukan tergolong ringan karena pekerjaan yang dilakukan hanya pekerjaan rumah saja, sehingga tidak jarang IRT mengalami obesitas.
Obesitas juga berisiko menyebabkan terjadinya DM tipe 2. Karena pada keadaan gemuk respon sel beta pankreas terhadap peningkatan glukosa darah menjadi
berkurang. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Tarigan 2012 di RSU Herna
Medan tahun 2009-2010, diperoleh proporsi penderita DM dengan komplikasi berdasarkan pekerjaan tertinggi yaitu Ibu Rumah Tangga 43,3.
5.1.6. Tempat Tinggal Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi
Distribusi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap di Rumah St. Sakit Elisabeth Medan tahun 2012-2013 berdasarkan tempat tinggal
dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 5.6. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan
Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Tempat Tinggal di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2012-2013
Berdasarkan gambar 5.6 di atas dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan tempat tinggal adalah di Kota Medan
62,4 sedangkan di Luar Kota Medan 37,6.
62,4 37,6
Tempat Tinggal
Kota medan Luar Kota Medan
Universitas Sumatera Utara
Penderita yang berasal dari luar kota tempatnya bervariasi, ada yang tempatnya dekat dengan Kota Medan seperti dari Binjai, Langkat, Lubuk Pakam,
Deli Serdang dan Berastagi, namun ada juga tempat tinggalnya jauh dari Kota Medan seperti dari Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan dan Nias bahkan ada juga
yang datang berobat dari luar provinsi seperti dari Riau dan Aceh. Pasien yang berasal dari luar Kota Medan cukup banyak yang berobat ke
rumah sakit ini, kemungkinan penderita ingin mempeloleh pelayanan kesehatan yang lebih baik dibandingkan asal tempat tinggalnya, akan tetapi dari 53 orang
yang berasal dari Luar Kota Medan ada 12 orang pulang atas permintaan sendiri PAPS
Penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan baik yang berasal dari Kota Medan maupun Luar Kota
Medan hampir semuanya datang sendiri, hanya beberapa orang yang dikirim oleh dokter dari rumah sakit lainnya pada kartu status tidak dicantumkan asal rumah
sakit sebelumnya. Penderita yang meninggal 7 orang berasal dari Kota Medan dan 3 orang berasal dari Luar kota Medan.
Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Simamora 2011 di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan tahun 2010, juga diperoleh proporsi tertinggi tempat
tinggal penderita Diabetes Mellitus yang dirawat inap yaitu Kota Medan 60,1.
5.2. Keluhan Utama Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi
Distribusi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap di Rumah St. Sakit Elisabeth Medan tahun 2012-2013 berdasarkan keluhan utama
dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.7. Diagram Batang Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2
dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Keluhan Utama di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2012-2013
Berdasarkan gambar 5.8 di atas dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi keluhan utama DM tipe 2 dengan komplikasi yaitu lemasmual-mual dan muntah
20,6 yang kemudian diikuti keluhan nyeri kakibengkakluka 15,6, sesak nafas dan nyeri dada 14,2 dan sesak nafas dan batuk 14,2, kepala pusingoyong 12,8
, nyeri uluhati 8,5 , penurunan kesadaran 7,1, susah jalan dan bicara 2,8 , kebas-kebas 2,8 dan yang paling terendah yaitu penglihatan kabur 1,4.
Pada penderita DM tipe 2 dengan komplikasi keluhan yang dialami biasanya bervariasi, tergantung jenis komplikasi yang dialami oleh penderita. Dari
semua keluhan utama yang dialami badan lemas, mual-mual dan muntah, sering sakit kepala dan oyongpusing hampir semua jenis komplikasi DM tipe 2 pernah
mengeluh hal tersebut. Komplikasi akut biasanya ditandai dengan keluhan gangguan elektrolit, dehidrasi sehingga tidak jarang terjadi penurunan kesadaran
bahkan penderita dapat meninggal apabila tidak segera ditangani. Keluhan pada komplikasi kronik biasanya tergantung jenis komplikasi yang diderita.
20.6 15.6
14.2 14.2
12.8 8.5
7.1 2.8
2.8 1.4
5 10
15 20
25 Lemas mual dan muntah
Nyeri kakibengkakluka Sesak nafas dan nyeri dada
Sesak nafas dan batuk Kepala pusing oyong
Nyeri Uluhati Penurunan kesadaran
Sulit berjalan dan bicara Kebas-kebas
Penglihatan kabur
Proporsi
Keluhan Utama
Universitas Sumatera Utara
Komplikasi neuropati diabetik dan ulkus diabetik sering ditandai dengan sakit pada kaki, ada bengkak dan luka. Biasanya luka dikaki susah sembuh, karena
susah kering, bahkan ada juga anak jari kaki hingga hitam, menimbulkan bau busuk sehingga luka semakin parah akhirnya harus di amputasi. Pada penelitian
ini di temukan 3 orang 2,1 yang dilakukan tindakan amputasi. Komplikasi TB paru biasanya ditandai dengan keluhan batuk panjang, batuk berdahak dan batuk
berdarah, selain itu juga ditandai sesak nafas. Komplikasi stroke juga sering mengalami keluhan susah berjalan dan susah berbicara. Sehingga penderita tidak
bisa beraktivitas secara mandiri. Keluhan sesak nafas dan nyeri dada biasanya terjadi pada komplikasi PJK.
5.3. Jenis Komplikasi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi