2.8.  Pencegahan Diabetes Mellitus
Pencegahan DM terdiri dari 3 cara yaitu: pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier.
2.8.1.  Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah semua aktivitas yang ditujukan untuk mencegah timbulnya  hiperglikemia  pada  individu  yang  beresiko  untuk  jadi  DM  atau  pada
populasi  umum.  Pencegahan  primer  adalah  cara  yang  paling  sulit  karena  yang menjadi  sasarannya  adalah  orang-orang  yang  belum  sakit.  Pada  pencegahan  ini
dilakukan  dengan  memprogandakan  pola  hidup  yang  sehat  dan  menghindri  pola hidup beresiko. Menjelaskan kepada masyarakat bahwa mencegah lebih baik dari
pada  mengobati.  Kampanye  makanan  sehat  dengan  pola  tradisional  yang mengandung lemak rendah atau pola makanan seimbang.
Selain  makanan  juga  pola  hidup  beresiko  lainnya  juga  harus  dihindari. Menjaga berat badan agar tidak gemuk, dengan olahraga teratur hal ini merupakan
pencegahan primer yang efektif dan murah Suyono, 2009. Pola hidup yang salah
juga perlu dihindari seperti berhenti  merokok dan mengurangi konsumsi alkohol, menghindari  stress  serta  menghindari  obat-obatan  yang  dapat  menimbulkan  DM
Tobing dkk, 2008.
2.8.2.  Pencegahan Sekunder
Pencegahan  sekunder  merupakan  suatu  tindakan  untuk  menemukan penderita  DM  sedini  mungkin  misalnya  dengan  tes  penyaringan  terutama  pada
populasi  beresiko  tinggi,  dengan  demikian  pasien  DM  yang  tidak  terdiagnosis
Universitas Sumatera Utara
dapat terjaring  sehingga dapat dilakukan upaya untuk  mencegah komplikasi atau bila sudah ada komplikasi masih reversibel.
Syarat  untuk  mencegah  komplikasi  adalah  kadar  glukosa  harus  selalu terkendali mendekati angka normal sepanjang hari. Tekanan darah dan kadar lipid
juga  harus  normal,  supaya  tidak  terjadi  resistensi  insulin.  Dalam  pencegahan sekunder  ini  diutamakan  dulu  cara-cara  nonfarmakologis  secara  maksimal,
misalnya  dengan  diet  dan  olahraga.  Bila  tidak  berhasil  baru  menggunakan  obat baik oral maupun insulin.
Pada  pencegahan  sekunder,  penyuluhan  tentang  pola  hidup  sehat  sperti pencegahan  sekunder  perlu  dilaksanakan.  Ditambah  dengan  pelayanan  kesehatan
primer di pusat-pusat pelayanan kesehatan  mulai  dari rumah sakit A  sampai unit paling  depan  yaitu  puskesmas.  Penyuluhan  dilakukan  kepada  pasien  dan  juga
keluarganya  tentang  berbagai  hal  mengenai  penatalaksanaan  dan  pencegahan komplikasi Suyono, 2009.
Menurut  Perkeni  2011;  Gunawan  dan  Sulistia  2007  didalam  upaya pencegahan sekunder diperlukan intervensi farmakoligis antara lain:
a.  Obat Hipoglikemik Oral OHO OHO  biasanya  diberikan  pada  penderita  DM  tipe  2  yang  tidak  dapat
dikontrol  hanya  dengan  diet  dan  latihan  fisik  saja  berdasarkan  cara  kerjanya digolongkan menjadi:
1.  Pemicu sekresi insulin : Sulfonilurea dan glinid Golongan Sulfonilurea mempunyai efek utama meningkatkan sekresi
oleh  sel  beta  pankreas  yang  merupakan  pilihan  utama  untuk  pasien  berat
Universitas Sumatera Utara
badan  normal  atau  kurang,  Sulfonilurea  kerja  panjang  tidak  dianjurkan
pada  orang  tua,  gangguan  faal  hati  dan  ginjal  serta  malnutrisi.  Sedangkan golongan  glinid  cara  kerjanya  sama  dengan  Sulfonilurea  namun  lebih
ditekankan    pada  sekresi  insulin  fase  pertama  yang  baik  untuk  mengatasi hiperglikemia postprandial.
2.  Peningkat sensivitas insulin: biguanid dan tiazolidindion Golongan  biguanid  yang  banyak  digunakan  adalah  metformin.
Metformin menurunkan glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap kerja insulin  pada  tingkat  seluler,  distal  reseptor  insulin  dan  menurunkan
produksi glukosa hati. Merupakan pilihan utama untuk penderita DM yang gemuk  disertai  displidemia  dan  resistensi  insulin.    Tiazolidindion
menurunkan  resistensi  insulin  dengan  meningkatkan  jumlah  protein pengangkut  glukosa,  obat  ini  dikontraindikasikan  pada  gagal  jantung
karena meningkatkan retensi cairan. 3.  Penghambat glukoneogenesis: biguanid
Selain  menurunkan  resistensi  insulin,  metformin  juga  mengurangi produksi  glukosa  hati,  dikontraindikasikan  pada  gangguan  fungsi  ginjal
dengan  kreatinin  serum    1,5  mgdL,  gangguan  fungsi  hati,  serta  pasien dengan kecenderungan hipoksemia seperti pada sepsis.
4.  Penghambat glukosidase alfa : Acarbose Acarbose Bekerja dengan mengurangi absorbsi glukosa di usus halus.
Acarbose mempunyai efek samping pada saluran cerna yaitu kembung dan flatulens.  Menghambat  dipeptidyl  peptidase-4  DPP-4  Glucagon-like
Universitas Sumatera Utara
peptide-1  GLP-1  merupakan  suatu  hormon  peptide  yang  dihasilkan  oleh sel L di  mukosa usus. Peptida  ini disekresi  bila ada makanan  yang  masuk.
GLP-1 merupakan perangsang kuat bagi insulin dan penghambat glukagon. Namun GLP-1 secara cepat diubah menjadi metabolik yang tidak aktif oleh
enzim DPP-4. Penghambat DPP-4 dapat meningkatkan penglepasan insulin dan menghambat penglepasan glukagon.
b.  Insulin Insulin  masih  merupakan  obat  utama  untuk  DM  tipe  1  demi
kelangsungan  hidup penderita. Beberapa  jenis DM tipe 2,  yang tidak dapat diatasi  hanya  dengan  diet  dan  atau  OHO,  pasien  DM  gestasional,  DM
dengan  ketoasidosis,  koma  non  ketososis,  atau  komplikasi  lain,  sebelum tindakan  operasi.  Tujuan  pemberian  insulin  pada  semua  keadaan  tersebut
bukan  hanya  untuk  menormalkan  glukosa  darah  tetapi  juga  memperbaiki semua aspek metabolisme. Keadaan mendekati normaglisemia dicapai pada
DM  dengan  multiple  dosis  harian  insulin,  tujuannya  mencapai  glukosa darah  puasa  90-120  mgdL,  glukosa  postprandial    150  mgdL,  HbA1C
7.  Pada  pasien  kurang  patuh  terhadap  terapi  mungkin  perlu  dicapai  nilai glukosa  darah  yang  lebih  tinggi  140  mgdL  dan  postprandial  200-250
mgdL Gunawan dan sulistia, 2007.
2.8.3.  Pencegahan Tersier