2.4. Gejala Diabetes Mellitus
Gejala DM tipe 1 dan tipe 2 tidak banyak berbeda hanya gejalanya lebih ringan dan prosesnya lambat, bahkan kebanyakan orang tidak merasakan adanya
gejala. Akibatnya penderita baru mengetahui menderita DM setelah timbul komplikasi. Biasanya penderita tipe 1 sering mengalami penurunan berat badan,
sedangkan tipe 2 terjadi hal sebaliknya Tobing dkk, 2008. Gejala DM yang biasa terjadi pada penderita DM yaitu Poliuria banyak
kencing, Polidipsi banyak minum, dan Polifagia banyak makan. Gejala ini disebut juga dengan gejala klasik atau gejala khas. Poliuria akan terjadi jika kadar
gula darah melebihi nilai ambang ginjal 180 mgdL, gula akan keluar bersama urin. Untuk mengurangi kekentalan gula dalam urin, tubuh akan menarik air
sebanyak mungkin kedalam urin sehingga volume urin banyak dan menyebabkan sering kencing. Dengan banyaknya urin yang keluar, tubuh akan mengalami
dehidrasi sehingga menyebabkan polidipsi karena sering haus. Sejumlah besar
kalori hilang kedalam air kemih sehingga penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan ini Tubuh akan meningkatkan asupan
makanan dengan timbulnya rasa lapar hal ini penderita DM jadi polifagia Hartini, 2009
Kadang-kadang DM tidak menunjukkan gejala khas tetapi langsung menunjukkan gejala sesudah beberapa tahun mengidap penyakit DM. gejala ini
disebut gejala kronik atau menahun. Gejala kronik yang sering timbul adalah kesemutan, kulit terasa panas seperti tertusuk-tusuk jarum, terasa tebal dikulit,
kram, mudah ngantuk, mata kabur, dan biasanya sering ganti kacamata, gatal
Universitas Sumatera Utara
disekitar kemaluan terutama wanita, serta gigi mudah goyah dan mudah lepas Tjokroprawiro, 2011.
2.5. Diagnosis Diabetes Mellitus
Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan konsentrasi glukosa darah. Dalam menentukan diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan darah
yang diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosis, pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan enzimatik dengan bahan
darah plasma vena. Untuk memastikan diagnosa di lakukan di klinik terpercaya, tetapi dapat juga dengan dipakai bahan darah utuh whole blood, vena, ataupun
angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO Purnamasary, 2009.
Untuk tujuan pemantaun hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer
Perkeni, 2011. Menurut Rustama dkk 2010 diagnosis DM dapat ditegakkan apabila
memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut: 1. Jika ditemukan gejala klasik poliuria, polidipsia dan polifagia. Gejala ini
disampaikan pasien saat berkonsultasi dengan didukung hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu yang lebih besar dari 200 mgdL11,1 mmolL.
2. Kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mgdL 7mmolL. Puasa adalah tanpa
asupan kalori minimal selama 8 jam. 3. Pada penderita yang asimptomatik ditemukan kadar glukosa darah sewaktu
200 mgdL atau kadar glukosa darah lebih tinggi dari normal dengan tes
Universitas Sumatera Utara
toleransi glukosa oral TTGO yang terganggu pada lebih dari satu kali pemeriksaan.
Menurut WHO cara pelaksanaan TTGO dapat dilaksanakan dengan cara: a. Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti biasa dengan
karbohidrat yang cukup dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa.
b. Berpuasa paling sedikit 8 jam mulai malam hari sebelum pemeriksaan, minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan.
c. Diperiksa konsentrasi glukosa darah puasa. d. Diberikan glukosa 75 gram orang dewasa atau 1.75 gramkgBB anak-
anak, dilarutkan dalam air dan diminum dalam waktu 5 menit. e. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel dalam darah untuk
pemeriksaan 2 jam setelah minum larutan glukosa selesai. f. Diperiksa glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa.
g. Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.
Pemeriksaan kadar HbA1c ≥ 6.5 oleh ADA 2011 sudah dimasukkan
menjadi salah satu kriteria diagnosis DM, jika dilakukan pada saran laboratorium yang telah terstandarisasi dengan baik Perkeni, 2011. HbA1c adalah zat yang
terbentuk dari reaksi kimia antara glukosa dan hemoglobin bagian dari sel darah merah. Pemeriksaan HbA1c digunakan sebagai indikator dalam memantau
kontrol gula darah jangka panjang, diagnosis, penentuan prognosis, pengelolaan
Universitas Sumatera Utara
penderita DM. Dengan mengukur glycohemoglobin dapat diketahui berapa besar persentasi hemoglobin yang mengandung gula.
Kadar HbA1c normal adalah 4 - 6 dari Hb total. Bila kadar gula darah tinggi dalam beberapa minggu, maka kadar HbA1c juga akan tinggi. Ikatan
HbA1c yang terbentuk bersifat stabil yang dapat bertahan hingga 2-3 bulan. Kadar HbA1c akan mencerminkan rata-rata kadar dalam jangka waktu 2-3 bulan
sebelum pemeriksaan. Dengan mengukur kadar HbA1c dapat diketahui kualitas kontrol penyakit DM dalam jangka panjang, sehingga diketahui ketaatan penderita
dalam menjalani perencanaan makan dan pengobatan Dalimartha, 2004.
2.6. Epidemiologi Diabetes Mellitus 2.6.1. Distribusi dan Frekuensi