Pengorganisasian Organizing Hasil Penelitian

4.1.1.6 Penetapan Fasilitas dan Anggaran Penetapan fasilitas untuk kegiatan klasikal tertulis pada satuan layanan lihat halaman 150 dan fasilitas yang digunakan biasanya yang sudah tersedia pada kelas karena fasilitas SMA Negeri 3 Semarang sangat memadai lihat halaman 134. Pengelolaan anggaran untuk kegiatan bimbingan dan konseling tidak dikelola oleh organisasi bimbingan dan konseling padahal ada bendahara dalam struktur bimbingan dan konseling. Koordinator BK SMA Negeri 3 Semarang, Dra. Sri Mulyati menyatakan bahwa ada alur dalam pengelolaan anggaran yaitu dengan mengajukan proposal kepada sekolah tetapi tidak semua anggaran diajukan misalnya untuk anggaran kegiatan bimbingan kelompok lihat halaman 198, KKS: 94-95. Hal di atas menunjukan bahwa penetapan fasilitas dilakukan pada layanan yang bersifat klasikal dan fasilitas yang digunakan adalah fasilitas yang ada di dalam kelas sedangkan pengelolaan anggaran bimbingan dan konseling di SMA Negeri 3 Semarang tidak dijalankan dengan baik.

4.1.2 Pengorganisasian Organizing

Pengorganisasian adalah langkah selanjutnya dalam manajemen, pengorganisasian merupakan upaya mengatur orang-orang dalam suatu organisasi secara tepat dan menjaga hubungan antar orang-orang tersebut sehingga tujuan yang ditentukan dapat dicapai. Tugas seorang manajer dalam pengorganisasian adalah membagi tugas-tugas kepada orang-orang yang ada di organisasi tersebut dengan melihat karakteristik dan kemampuan mereka. Pengorganisasian merupakan faktor yang penting dalam manajemen bimbingan dan konseling tanpa alokasi jam pembelajaran di SMA Negeri 3, karena dalam pengorganisasian diperlukan penempatan personel yang tepat pada setiap tugas yang ada di organisasi bimbingan dan konseling dan perlu koordinasi yang baik agar tujuan organisasi dapat dicapai. Pengorganisasian manajemen bimbingan dan koseling tanpa alokasi jam pembelajaran meliputi: 4.1.2.1 Sosialisasi Cara Kerja yang Dilakukan Petugas Bimbingan dan Konseling Sosialisasi cara kerja yang dilakukan petugas bimbingan dan konseling atau konselor bertujuan agar stakeholder mengetahui kerja konselor sehingga stakeholder dapat membantu pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling apalagi dengan kondisi SMA Negeri 3 Semarang yang tidak memiliki alokasi jam. Kusmiyati S. Pd., mengungkapkan bahwa konselor memberikan orientasi bimbingan dan konseling pada awal ajaran baru sedangkan sosialisasi kepada orang tua dilakukan saat rapat pleno lihat halaman 202, KBK: 84-89 dan orientasi kepada siswa tersebut juga tertulis program tahunan lihat halaman 137 tetapi dalam program BK tidak disebutkan adanya rencana melakukan sosialisasi kepada orang tua siswa. Drs. Kamta Agus Sajaka menyatakan bahwa sosialisasi diberikan kepada kepala sekolah akan tetapi tidak ada sosialisasi secara khusus kepada orang tua siswa lihat halaman 191, WKS: 55-61. Selain itu, sosialisasi terhadap guru dan karyawan tidak dilakukan oleh konselor sekolah dengan alasan adanya kerja sama yang telah lama dilakukan antara konselor dengan guru lihat halaman 202, KBK: 90-94. Maka dapat disimpulkan bahwa konselor tidak melakukan kegiatan sosialisasi kerja kepada personel sekolah dan siswa, yang dilakukan konselor kepada siswa adalah orientasi dan sosialisasi memiliki arti yang berbeda dengan orientasi. Karena sosialisasi cara kerja konselor memiliki arti konselor tidak hanya mengenalkan program dan cara kerjanya tetapi juga menyebarluaskan program dan cara kerjanya. 4.1.2.2 Pembagian Tugas antar Petugas Bimbingan dan Konseling Konselor Pembagian tugas konselor berfungsi agar terdapat kejelasan atas tugas masing-masing konselor dalam organisasi bimbingan dan konseling, kegiatan pembagian tugas ini merupakan satu-satu kegiatan pengorganisasian yang dilakukan sebelum konselor melakukan perencanaan program, hal ini diungkapkan oleh Dra. Sri Mulyati lihat halaman 196, KKS: 32-34. Berikut merupakan struktur organisasi bimbingan dan konseling di SMA Negeri 3 Semarang: Tabel 4.1 Struktur organisasi BK SMA Negeri 3 Semarang No Jabatan Nama 1 Penanggung Jawab Drs. Bambang Niantomulyo, M.Pd., 2 Koordinator BK Dra. Sri Mulyati M. Pd., 3 Sekretaris Baiq Komariah S. Pd., 4 Bendahara Dra. Rochorowati 5 Litbang Kusmiyati S. Pd., Drs. Djumasri 6 8 Data Suparmi S. Pd., Dra. Istikhomahwati 7 Sarana dan Prasarana Farida Laksmi S. Pd., Dokumentasi: BK SMA Negeri 3 Semarang Pembagian tugas konselor akan mempengaruhi jumlah sasaran yang akan ditangani oleh konselor, pembagian sasaran tersebut dilakukan dengan membagi siswa dengan jumlah konselor yang ada di SMA Negeri 3 Semarang dan apabila ada kelas yang lebih akan diberikan konselor dengan melihat jabatannya di dalam struktur organisasi lihat halaman 196, KKS: 34-37 dan pembagian sasaran ditulis pada papan pembagian tugas lihat halaman 237. Berdasarkan beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembagian tugas antara konselor SMA Negeri 3 Semarang dilakukan sebelum kegiatan perencanaan guna membudahkan dalam pembagian sasaran bimbingan dan konseling dan pembagaian tugas bimbingan dan konseling yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh konselor. Wujud dari pembagian tugas adalah papan struktur organisasi BK dan papan pembagian tugas. 4.1.2.3 Pelibatan dan Koordinasi dengan Stakeholder Pelibatan dan koordinasi dengan stakeholder merupakan kegiatan dimana konselor melibatkan pihak-pihak yang akan terkait dengan pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling dan melakukan kordinasi dengan stakeholder termasuk wali kelas, guru mata pelajaran, orang tua dan karyawan TU. Pelibatan dan koordinasi dengan pihak-pihak tersebut diungkapkan oleh Kusmiyati S. Pd., lihat halaman 200, KBK: 130-131. Hal yang sama juga dinyatakan oleh wali kelas X, Drs. F. A. Sugimin lihat halaman 213-214, WK X: 11-29 dan guru mata pelajaran bahasa Indonesia, Soleh Amin S. Pd., M. Pd., lihat halaman 226, GP: 12-17, serta kepala TU, Suratman S. Pd., lihat halaman 218, STU: 15-18. Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan pelibatan kepala sekolah terkait dengan kebijakan dan penanganan masalah, wakil kepala sekolah dengan penanganan masalah, wali kelas terkait dengan informasi tentang siswa dan penanganan masalah siswa, guru mata pelajaran terkait dengan analisis nilai, dan TU terkait dengan data dan form-form surat. Sehingga dapat disimpulkan adanya pelibatan dan koordinasi yang baik antara konselor dan personel sekolah yang lain.

4.1.3 Pelaksanaan Actuacting