Faktor Pendukung dan Penghambat

4.1.4.3 Mengambil tindakan perbaikan dan pengembangan Setelah dilakukan penilaian atas kinerja konselor, langkah selanjutnya dalam evaluasi adalah melakukan tindakan perbaikan dan pengembangan apabila dari hasil pengawasan ditemukan hal yang dirasa menjadi kurang searah atau bahkan menjadi kendala dalam pencapaian tujuan. Pengambilan tindakan perbaikan dan pengembangan ini dilakukan oleh auditor lihat halaman 190, WKS: 45-50. Selain oleh auiditor, tindak lanjut kegiatan BK ditunjukkan juga pada satuan layanan lihat halaman 150-151, laporan hasil layanan lihat halaman 156-157. Hal ini menunjukkan bahwa selain berfungsi sebagai penilai tugas auditor adalah untuk memberikan solusi atas permasalahan yang terjadi selama kegiatan bimbingan dan konseling berlangsung.

4.1.5 Faktor Pendukung dan Penghambat

4.1.5.1 Faktor Pendukung Faktor pendukung bimbingan dan konseling di SMA Negeri 3 Semarang ditunjukkan dengan adanya fasilitas yang ada di sekolah lihat halaman 134-136, selain itu Kusmiyati juga menyatakan bahwa pendukung kegiatan BK di SMA Negeri 3 Semarang adalah fasilitas yang memadai dan koordinasi yang baik diantara konselor dan personel sekolah lain lihat halaman 205, KBK: 174-176 dan KBK: 181-183. Drs. Kamta Agus Sajaka menyebutkan pendukung dari kegiatan BK disekolah adalah koordinasi yang baik antar semua personel di sekolah lihat halanan 192, WKS: 102-103. Sedangakan Dra. Christiani menyatakan bahwa pendukung dari kegiatan BK adalah konselor yang cukup professional dan cukup berpengalaman dalam mengatasi masalah lihat halaman 208-209, WK XII: 46-48. Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendukung kegiatan BK di SMA Negeri 3 Semarang adalah 1 fasilitas yang memadai, 2 koordinasi antar konselor dan personel sekolah yang baik, dan 3 konselor yang cukup professional dan berpengalaman. 4.1.5.2 Faktor Penghambat Faktor penghambat kegiatan bimbingan dan konseling dinyatakan oleh Drs. Kamta Agus Sajaka lihat halaman 106, WKS: 108-109 dan Soleh Amin M. Pd., lihat halaman 228, GP: 58-65 adalah kompetensi TIK konselor yang masih kurang, usia konselor yang sudah tua, dan jumlah konselor yang masih kurang. Selain itu, faktor penghambat dari kegiatan BK di SMA Negeri 3 Semarang adalah kurangnya terbukanya manajemen BK lihat halaman 216, WK X: 98-107 dan kinerja konselor yang belum maksimal dalam melaksanakan kegiatan BK lihat halaman 220, STU: 53-62. Berdasarkan hasil observasi peneliti, kendala dalam pelaksanaan BK adalah masih adanya kesalahpahaman BK dimana BK untuk mengatasi masalah saja dan kurang optimalnya kegiatan BK pada hari pengembangan diri. Maka dapat disimpulkan bahwa penghambat dari kegiatan BK di SMA Negeri 3 Semarang adalah 1 ketidakadaan jam di dalam pembelajaran untuk kegiatan BK, 2 ketidakoptimalan kegiatan BK pada hari pengembangan diri, 3 kompetensi konselor yang sudah tidak sesuai dengan tuntutan sekarang, 4 jumlah konselor yang masih kurang, 5 adanya kesalahpahaman BK, 6 kurang optimalnya kinerja konselor, dan 7 ketidakterbukaan dalam manajemen BK.

4.2 Pembahasan