dalam manajemen sarana dan prasarana meliputi a perencanaan kebutuhan; b pengadaan; c penyimpanan; d pengoganisasian; e pemeliharaan; dan f
penghapusan sarana dan prasarana pendidikan.
2.1.6 Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling BK
Manajemen terkait dengan kinerja seseorang didalam organisasi tersebut, kinerja berasal dari kata performance yang berarti melakukan, menjalankan dan
melakukan. Mangkunegara 2000: 67 mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seseorang dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sedangkan Rivai 2004: 309 menyatakan kinerja merupakan perilaku yang nyata yang
ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan. Mathis dan Jackson 2001: 78
mengemukakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan.
Sementara Stoner dan Freeman dalam Usman 2011: 487 mengemukakan, kinerja adalah kunci yang harus berfungsi secara efektif agar organisasi secara
keseluruhan dapat berhasil. Usman 2011: 489 mengemukakan kinerja adalah produk yang dihasilkan oleh seseorang pegawai dalam satuan waktu yang telah
ditentukan dengan kriteria tertentu. Beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah suatu
upaya yang dilakukan oleh seseorang dalam melakukan tanggung jawabnya dan mencapai prestasi. Konselor adalah penggerak dalam organisasi manajemen
sehingga kinerja konselor perlu diperhatikan. Kinerja seorang konselor sekolah
terkait dengan tugas pokoknya dalam pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah yang sekarang dikenal dengan “BK Pola 17 plus”. Prayitno 2004: i
mengemukakan pola ini terkait dengan pelaksanaan layanan-layanan bimbingan yang terdiri dari 1 enam bidang yaitu pribadi, belajar, sosial, karir, kehidupan
berkeluarga, dan kehidupan beragama. 2 Sembilan layanan yaitu orientasi, informasi, penguasaan konten, penempatan dan penyaluran, bimbingan kelompok,
konseling kelompok, konseling perseorangan, mediasi dan konsultasi. 3 enam kegiatan pendukung yaitu himpunan data, tampilan kepustakaan, instrumentasi
bimbingan dan konseling, kunjungan rumah, alih tangan kasus, dan konferensi kasus. 4 satu wawasan dan pengetahuan yang mantap meliputi pengertian,
tujuan, prinsip, landasan, dan asas BK. Gibson dan Mitchell 2011: 50-58 menyatakan tugas konselor sekolah
adalah 1 asesmen individu, 2 konseling individu, 3 bimbingan dan konseling kelompok, 4 bantuan karir, 5 penempatan dan tindak lanjut, 6 perujukan, 7
konsultasi, 8 riset, 9 evaluasi dan akuntabilitas, dan 10 pencegahan. Untuk melakukan semua pelayanan tersebut maka seorang konselor
haruslah mempunyai kinerja yang tinggi. Blanchart dalam Usman 2011: 495 menyatakan bahwa seseorang dapat dikatan berkinerja tinggi apabila memiliki
tujuh karakteristik yang disingkat dengan PERFORM, yaitu 1 Purpose and values, 2 Empowerement, 3 Relationship and communication, 4 Flexibility,
5 Optimal productivity, 6 Recognition and apprecition, dan 7 Morale. Kinerja yang tinggi dipengaruhi oleh beberapa faktor, menurut Mathis dan
Jackson 2011: 82 ada 5 faktor yang mempengaruhi yaitu a Kemampuan
mereka, 2 Motivasi, 3 Dukungan yang diterima, 4 Keberadaan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka, dan 5 Hubungan dengan organisasi. Sedangkan
Mangkunegara 2011: 67 menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah 1 Faktor kemampuan secara psikologis yaitu kemampuan ability yang
terdiri dari kemampuan IQ dan pendidikan. Hal ini yang menyebabkan seseorang harus ditempatkan sesuai dengan kemampuannya. 2 Faktor motivasi, motivasi
terbentuk dari sikap seseorang dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi inilah yang mendorong seseorang dalam berusaha untuk mencapai prestasi terbaiknya.
Untuk mengetahui apakah kinerja yang dilakukan konselor sudah baik maka perlu dilakukan penilaian atas kinerja mereka. Penilaian kinerja sangat
penting untuk meningkatkan kualitas organisasi atau lembaga, dalam hal ini tentunya organisasi bimbingan dan konseling di sekolah. Penilaian kerja
merupakan proses menilai dan mengevaluasi kinerja seseorang. Menurut Usman 2011: 487, penilaian kerja merupakan kegiatan untuk menilai keberhasilan atau
kegagalan seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Depdiknas 2007: 33 menyatakan profesionalisasi di bidang bimbingan
dan konseling ditandai oleh 1 pengakuan dari masyarakat dan pemerintah bahwa kegiatan layanannya unik, 2 didasarkan keahlian yang dipelajari secara
sistematik dan butuh waktu yang panjang, 3 penghargaan yang layak pada pengampu, 4 melindungi kemaslahatan pemakai layanan, otoritas publik,
organisasi profesi, dan memiliki izin untuk memberikan layanan pada masyarakat. Dengan demikian penilaian kinerja konselor dinyatakan baik apabila
layanan bimbingan dan konseling mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari
personel sekolah dan masyarakat bahwa layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang unik dan dibutuhkan suatu keahlian untuk
melakukannya.
2.2 Manajemen Bimbingan dan Konseling Tanpa Alokasi Jam