Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan pelibatan kepala sekolah terkait dengan kebijakan dan penanganan masalah, wakil kepala
sekolah dengan penanganan masalah, wali kelas terkait dengan informasi tentang siswa dan penanganan masalah siswa, guru mata pelajaran terkait dengan analisis
nilai, dan TU terkait dengan data dan form-form surat. Sehingga dapat disimpulkan adanya pelibatan dan koordinasi yang baik antara konselor dan
personel sekolah yang lain.
4.1.3 Pelaksanaan Actuacting
Pelaksanaan merupakan langkah selanjutnya setelah konselor melakukan perencanaan dan pengorganisasian, pelaksanaan adalah implementasi dari
program yang telah direncanakan oleh konselor. Pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling merupakan inti dari manajemen bimbingan dan konseling, hal ini
dikarenakan dalam pelaksanaan konselor akan menunjukkan action terhadap sasaran mereka sesuai dengan program yang telah direncanakan. Wujud dari
pelaksanaan bimbingan dan konseling adalah pelaksanaan layanan BK dan kegiatan pendukung BK.
Berdasarkan hasil observasi peneliti, pemberian layanan kepada siswa dilakukan lebih banyak secara kelompok dan individual lihat halaman 203, KBK:
118-119 dan layanan yang lebih sering dilakukan adalah layanan konsultasi dan informasi. Sedangkan untuk layanan klasikal dilakukan pada saat jam kosong atau
meminta jam guru atau wali kelas lihat halaman 201, KBK: 56-58, karena dilakukan pada saat jam kosong materi yang diberikan tinggal mengambil pada
program. Kusmiyati S. Pd., menyatakan materi yang dberikan disesuaikan dengan
program tetapi tidak selalu sesuai dengan materi yang telah disiapkan lihat halaman 201, KBK: 59-66. Sedangkan pada hari pengembangan diri tidak
dilakukan kegiatan BK di SMA Negeri 3 Semarang, hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan BK di hari pengembangan diri berjalan kurang optimal.
Pada saat penelitian, peneliti tidak melihat konselor melakukan kegiatan bimbingan kelompok dan konseling kelompok akan tetapi Kusmiyati S. Pd.,
mengungkapkan bahwa pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok dan konseling kelompok dilakukan pada saat jam kosong atau hari Sabtu lihat halaman 191201,
KBK: 70-74. Sedangkan dalam penanganan masalah, Drs. Kamta Agus Sajaka mengungkapkan ada tahapan yang dilalui lihat halaman 191-192, WKS: 83-91,
penanganan masalah tersebut dapat diperjelas dengan bagan sebagai berikut:
4.1 Bagan penanganan masalah siswa di SMA Negeri 3 Semarang Siswa
memiliki masalah
Informasi dengan wali kelas dan guru mata pelajaran dan
data hasil need assesment
Konselor sekolah
Jika permasalahan belum terselesaikan, maka lang-
kah selanjutnya
adalah konferensi kasus dengan
dipimpin kepala sekolah Masalah masih belum tertangani,
konselor berkon-sultasi dengan wali kelas bahkan dimungkinkan
melakakukan home visit
Apabila masalah masih belum terselesaikan, konselor berkon-
sultasi dengan wakil kepala sekolah
untuk tindakan
selanjutnya
Untuk penunjang kegiatan bimbingan dan konseling, Kusmiyati S. Pd., mengungkapkan bahwa konselor SMA Negeri 3 Semarang melaksanakan
kegiatan pendukung bimbingan dan konseling lihat halaman 124-128, KBK: 119- 123 dan juga diperkuat oleh pernyataan wali kelas XII, Dra. Christiani Yuliana,
M. Pd., lihat halaman 208, WK XII: 31-37. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam proses pemberian layanan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 3
Semarang tidak berbeda dengan pelayanan bimbingan dan konseling pada umumnya yaitu layanan yang diberikan sesuai dengan pola layanan BK 17 plus.
Perbedaan yang terlihat hanya terjadi pada waktu pemberian layanan dan format pemberian layanan, dimana pemberian layanan dilakukan pada saat jam kosong
atau hari Sabtu dan format yang digunakan kelompok dan individual. Berdasarkan hasil observasi peneliti lihat halaman 183-188, layanan yang
lebih sering dilakukan konselor adalah layanan informasi dan konsultasi hal ini terlihat dari banyaknya siswa kelas XII yang datang untuk meminta informasi
tentang studi lanjut. Selain itu, siswa kelas X juga terkadang datang ke ruang BK untuk meminta penjelasan atas sistem yang berlaku di SMA Negeri 3 Semarang
sedangkan siswa kelas XI jarang terlihat di ruang BK. Kegiatan konselor selain memberikan layanan kepada siswa juga disibukkan dengan kegiatan administrasi
bimbingan dan konseling dan kegiatan yang bersifat kenon-BKan. Kesimpulan dari proses pelaksanaan kegiatan BK di SMA Negeri 3
Semarang berjalan kurang baik, hal ini dikarenakan meskipun sudah ada program BK akan tetapi pelaksanaan kegiatan secara klasikal dilakukan secara spontan dan
kegiatan BK pada hari pengembangan diri tidak dilakukan secara optimal. Selain
itu, pelayanan BK di SMA Negeri 3 Semarang cenderung dilakukan secara kelompok dan individual yang berakibat pada ketidakmerataan pelayanan serta
konselor juga melakukan kegiatan yang bersifat administratif dan non-BK.
4.1.4 Evaluasi Controlling