Peta
28
2. Kriteria Lahan Pertanian
Setelah proses I, yaitu data terkumpul dan dibandingkan satu aspek dengan aspek yang lain, langkah selanjutnya adalah menentukan kriteria
kelas lahan pertanian. Berikut ini dijabarkan kelas-kelas lahan bagi pemanfaatan pertanian berdasarkan tabulasi silang data-data yang terkumpul
pada poin 1 di atas.
a. Kelas I
Tanah pada lahan ini sesuai untuk segala jenis penggunaan tanpa perlu tindakan pengawetan tanah yang khusus, seperti lereng yang datar, bahaya
erosi yang kecil, solum dalam, drainase baik, mudah diolah, dapat menahan air dengan baik, responsif terhadap pemupukan, tidak terancam banjir, dan
iklim setempat sesuai untuk pertumbuhan tanaman.
Jenis tanah pada lahan kelas ini tidak mempunyai penghambat ataupun accaman kerusakan, sehingga dapat digarap untuk tanaman semusim dengan
aman. Tindakan pemupukan dan pemeliharaan struktur tanah diperlukan agar lahan dapat mempertahankan kesuburan dan produktivitasnya.
b. Kelas II
Tanah pada lahan ini sesuai untuk segala jenis kegiatan pertanian dengan sedikit hambatan dan kerusakan. Ciri tanah kelas II ini, yaitu lereng
landai, kepekaan erosi sedang atau telah mengalami erosi, bertekstur halus hingga agak kasar, solum agak dalam, struktur tanah dan daya olah agak
kurang baik, salinitas ringan-sedang, kadang terlanda banjir, drainase sedang, dan iklim agak kurang koheren dengan jenis tanaman tertentu.
Jika digarap untuk jenis tanaman semusim sedikit diperlukan konservasi tanah, seperti pengolahan menurut kontur, pergiliran tanaman
dengan tanaman penutup tanah atau pupuk hijau, guludan, selain tindakan pemupukan seperti pada tanah lahan kelas I.
c. Kelas III
Tanah pada lahan jenis ini memerlukan konsentrasi yang lebih dalam menangani konservasi tanahnya karena mempunyai ancaman kerusakan
yang lebih besar dibanding kelas sebelumnya. Ciri tanah ini, seperti lereng agak miring dan bergelombang, drainase buruk, solum sedang, permeabilitas
tanah bawah lambat, peka terhadap erosi, kapasitas menahan air rendah, kesuburan rendah dan tidak mudah diperbaiki, sering kali mengalami banjir,
lapisan padas dangkal, salinitas sedang, dan hambatan iklim agak besar.
d. Kelas IV
Tanah pada lahan jenis ini mempunyai penghambat yang lebih besar dari kelas sebelumnya, yaitu lereng miring 15-30 dan berbukit, kepekaan
erosi besar, solum dangkal, kapasitas menahan air rendah, sering tergenang, drainase jelek, salinitas tinggi, dan iklim kurang menguntungkan.
Geografi untuk SMA-MA Kelas XII
29
e. Kelas V
Tanah pada jenis lahan ini tidak sesuai untuk jenis tanaman semusim karena lereng datar atau cekung, seringkali terlanda banjir, sering tergenang,
berbatu-batu, pada perakaran sering dijumpai catclay, dan berawa-rawa. Jenis ini lebih cocok untuk hutan produksi atau hutan lindung, padang
penggembalaan atau suaka alam.
f. Kelas VII
Jenis tanah pada lahan ini tidak sesuai untuk pertanian, penggunaannya terbatas untuk padang penggembalaan, hutan produksi, hutan lindung, dan
cagar alam. Pengelolaan lahan perlu dibuat teras bangku, pengolahan lahan sesuai kontur, sedangkan penutupan tanah dengan rumput perlu diusahakan.
Ciri jenis ini, yaitu kecuraman lereng 30 sampai 45, ancaman erosi berat, jika telah erosi berat ditanggulangi, solum tanah sangat dangkal, berbatu-batu,
dan faktor iklim pun tidak mendukung.
g. Kelas VIII
Lahan kelas ini tidak sesuai untuk pertanian dan teknik konservasi lahan ini dengan cara didiamkan dalam keadaan alami. Ancaman kerusakan pada
jenis lahan ini meliputi kecuraman lereng mencapai 65, berbatu-batu, kapasitas menahan air sangat rendah, solum sangat dangkal, sering kali
dijumpai singkapan batuan, dan padang pasir.
Sumber: www.tarakan.go.id
Gambar 1.23 Peta tanah Pulau Tarakan. Peta tanah merupakan salah satu data yang harus dikumpulkan untuk menentukan
kriteria lahan pertanian.